Paus Fransiskus ke Kanada untuk Minta Maaf kepada Warga Pribumi
Paus Fransiskus bertolak ke Kanada untuk meminta maaf secara langsung kepada warga pribumi kanada terkait pelecehan terhadap anak-anak pribumi di sekolah-sekolah berasrama di masa lalu.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·5 menit baca
VATICAN, MINGGU – Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus, bertolak ke Kanada dari Bandara Fiumicono, Roma, Minggu (24/7/2022) pagi. Di Kanada, Paus akan bertemu masyarakat adat untuk meminta maaf secara langsung atas dugaan pelecehan atas anak-anak warga pribumi Kanada. Kasus itu mulai mencuat tahun lalu setelah penemuan ratusan kuburan di bekas sekolah-sekolah Katolik.
Lawatan Paus dilakukan setelah delegasi masyarakat pribumi Kanada, yakni perwakilan komunitas First Nations, Metis dan Inuit bertemu Paus di Vatikan, akhir Maret 2022. Saat itu dibahas rekonsiliasi dengan komunitas pribumi Kanada setelah hubungan Gereja Katolik dan warga asli Kanada terluka oleh dugaan pelecehan atas anak-anak pribumi di masa lalu. Bahkan ada dugaan kuat terjadi genosida terhadap anak-anak itu.
Satu minggu sebelum keberangkatannya, Paus Fransiskus mengatakan dalam pidatonya pada 17 Juli 2022 di Vatikan bahwa dia bermaksud melakukan “ziarah pertobatan” ke Kanada. Lawatan khusus itu diharapkan berkontribusi pada “proses penyembuhan dan rekonsiliasi dengan masyarakat adat negara itu,” kata Paus, seperti dikutip Vatican News, Minggu.
“Amat memprihatinkan, banyak orang Kristen di Kanada, termasuk beberapa anggota lembaga keagamaan, telah berkontribusi pada kebijakan asimilasi budaya yang, di masa lalu, sangat merugikan masyarakat adat dalam berbagai cara,” kata Paus lagi.
Menurut Vatican News, Paus Fransiskus terbang dari Bandara Fiumicino, Minggu pukul 09.16 waktu setempat atau pukul 14.16 WIB. Pesawat ITA Airways yang membawa rombongan Paus dijadwalkan tiba di kota Edmonton, Kanada barat, pukul 00.12 WIB. Di sana, Paus disambut secara resmi oleh Perdana Menteri Justin Trudeau dan Gubernur Alberta, Salma Lakhani.
Sekretaris Negara Vatikan Kardinal Pietro Parolin mengulangi lagi kata-kata Paus dalam wawancara dengan Media Vatikan, Sabtu (23/7/2022). Dia mengatakan, lawatan Paus ke Kanada ini dilakukan sebagai kelanjutan dari pertemuan di Vatikan akhir Maret lalu dengan perwakilan suku Indian penduduk asli Kanada. Kata kuncinya adalah mendekatkan kembali hubungan Gereja Katolik dengan mereka.
“Paus bermaksud tidak hanya mengucapkan kata-kata, tetapi di atas semua itu untuk mendekat dan memanifestasikan kedekatannya dengan cara yang konkret. Oleh karena itu, ia mulai menyentuh dengan tangannya sendiri penderitaan penduduk setempat, untuk berdoa bersama mereka dan menjadikan dirinya peziarah di tengah-tengah mereka,” kata Parolin.
Disebutkan, Paus akan menyampaikan permohonan maaf langsung secara pribadi kepada keluarga dan para penyintas pelecehan, selama beberapa dekade di sekolah-sekolah berbasis asrama yang dikelola Gereja Katolik di Kanada. Hubungan Gereja dan masyarakat asli terluka menyusul penemuan ratusan kuburan anak-anak penduduk asli di sejumlah bekas sekolah berasrama, Juni 2021.
Pada Juni tahun lalu, Paus Fransiskus mengatakan sedih dengan penemuan sisa-sisa jasad 215 anak-anak, di antaranya berusia tiga tahun, di bekas sekolah Katolik berbasis asrama untuk para siswa pribumi di Kamloops Indian Residential School, Kamloops, British Columbia, Kanada. Penemuan itu diikuti penemuan serupa di banyak lokasi bekas sekolah lainnya di seluruh Kanada. Komunitas First Nations dan Trudeau saat itu mendesak Paus untuk meminta maaf langsung secara terbuka di Kanada.
Kamloops Indian Residential School adalah fasilitas terbesar di Kanada dan dioperasikan oleh Gereja Katolik Roma antara tahun 1890 dan 1969, sebelum pemerintah federal mengambil alih sebagai sekolah harian sampai saat ditutup pada 1978. Warga pun bereaksi dengan datang ke tempat tersebut untuk mengenang kejadian yang memilukan itu.
Lalu pada akhir Maret 2022, Paus telah menerimaperwakilan komunitas Inuit, Métis, dan First Nations dari Kanada di Vatikan. Ketiganya adalah kelompok utama masyarakat adat Kanada sebagaimana diakui dalam Konstitusi Kanada 1982. Mereka menuntut Gereja Katolik bertanggung jawab atas penemuan sisa-sisa jasad pada ratusan kuburan itu.
Semua kuburan tersebut ditemukan di bekas sekolah-sekolah Katolik yang dikelola dengan sistem asrama, yang beroperasi pada tahun 1831-1996. Pemerintah Kanada mengirim sekitar 150.000 anak-anak komunitas First Nations, Métis, dan Inuit ke 139 asrama yang dijalankan sejumlah denominasi Kristen. Mereka dipisahkan dari keluarga, bahasa, dan budayanya.
Tujuan sekolah-sekolah itu untuk mengasimilasi anak-anak pribumi dengan warga pendatang di Kanada yang mengendalikan pemerintahan. Sekolah berasrama itu juga dimaksudkan untuk mengisolasi kaum muda pribumi Kanada dari pengaruh adat dan budaya asli mereka. Adat dan kebudayaan pada masanya dianggap lebih rendah oleh para pendatang di Kanada.
Hampir tiga perempat dari 139 sekolah berasrama itu dijalankan oleh kongregasi misionaris Katolik, baik oleh para pastor, suster, atau biarawan dan biarawati Katolik. Pemerintah Kanada telah mengakui bahwa pelecehan fisik dan seksual merajalela di sekolah-sekolah itu. Para siswa-siswi dipukuli karena mereka berbicara dalam bahasa ibu, bukannya bahasa Inggris.
Banyak anak-anak pribumi dianiaya secara fisik dan seksual. Ribuan anak diyakini telah meninggal karena penyakit, kekurangan gizi atau penelantaran. Sejak Mei 2021, lebih dari 1.300 kuburan tak bertanda telah ditemukan di lokasi bekas sekolah-sekolah tersebut.
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi menemukan, sebagian besar dari sekitar 150.000 anak-anak Pribumi dimasukkan di sekolah berasrama dengan paksa. Dari 139 sekolah dalam sistem tersebut, lebih dari setengahnya dijalankan Gereja Katolik. Komisi memperkirakan, sekitar 4.100 hingga 6.000 anak meninggal akibat pelecehan dan penelantaran.
Dalam lawatannya ke Kanada, Paus akan berbicara kepada sekitar 15.000 orang di komunitas Maskwacis, sekitar 100 kilometer selatan Edmonton. Mereka diperkirakan termasuk penyintas atau mantan siswa dari seluruh Kanada. Setelah misa di hadapan puluhan ribu umat di Edmonton, Selasa, Paus akan menuju barat laut ke situs ziarah penting, Lac Sainte Anne.
Setelah kunjungan ke Kota Quebec dari 27-29 Juli, Paus akan mengakhiri perjalanannya di Iqaluit, pusat terbesar populasi Inuit di Kanada. Di sana Paus akan bertemu para mantan siswa sekolah asrama. Fransiskus adalah Paus kedua yang mengunjungi Kanada setelah Paus Yohanes Paulus II, yang tiga kali berkunjung (pada 1984, 1987 dan 2002). Sekitar 44 persen penduduk Kanada beragama Katolik. (AFP/REUTERS/CAL)