Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen terjun langsung ke Baku, Azerbaijan, untuk memastikan keamanan pasokan gas bagi negara anggota UE. Akan tetapi, butuh waktu dan uang untuk bisa menggantikan pasokan gas Rusia.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
BAKU, SENIN – Negara-negara Eropa terus berjibaku mencukupi kebutuhan gas mereka yang semakin mendesak, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan selama musim dingin yang semakin dekat tapi untuk kebutuhan industri. Untuk memastikan pasokan gas bagi seluruh negara anggota terpenuhi, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen harus turun tangan sendiri, termasuk melakukan perjalanan ke Baku, Azerbaijan, Senin (18/7/2022).
Von der Leyen mengatakan, Uni Eropa ingin menggandakan impor gas mereka dari Azerbaijan. “Uni Eropa beralih ke pemasok energi yang lebih andal. Hari ini saya ke Azerbaijan, menandatangani perjanjian baru untuk menggandakan pengiriman ke UE,” cuit von der Leyen selama kunjungan singkatnya ke Baku.
Nota kesepahaman yang ditandatangani oleh von der Leyen dan Presiden Azerbaijan menyepakati bahwa Azerbaijan akan meningkatkan pasokan gas dari 8,1 miliar kubik meter (bcm) pada 2021 menjadi 12 miliar kubik meter pada tahun 2022. Angka itu akan terus berlipat ganda hingga tahun 2027, yaitu mencapai 20 bcm.
Menurut draf dokumen perjanjian kerja sama yang dilihat Reuters, Komisi Eropa mengusulkan kepada seluruh negara anggota UE untuk melakukan kesepakatan dengan Azerbaijan peningkatan impor gas alam. Untuk itu, seluruh negara yang bersepakat, harus mendukung perluasan jaringan pipa yang akan mengalirkan gas dari Azerbaijan ke masing-masing negara.
Aliyev, dikutip dari laman Euronews, menyebutkan, sejumlah negara Eropa telah mendekati mereka dan meminta agar Baku juga ikut memasok kebutuhan gas di negara-negara tersebut. selama ini, Azerbaijan menjadi pemasok gas bagi Turki, Yunani, Bulgaria, Georgia dan Italia.
Gubad Ibadoghlu, peneliti tamu senior pada London School of Economic, dikutip dari LSE, mengatakan, untuk produksi gasnya, dua ladang gas, yaitu Azeri-Chirag-Guneshli dan Shah Deniz menjadi tulang punggung negara itu. Dari kedua ladang gas tersebut, total produksinya mencapai sekitar 350 miliar kubik meter.
Dari dua ladang gas tersebut, Azerbaijan memfokuskan produksi gas dari Shah Deniz untuk diekspor melalui Koridor Gas Selatan. kapasitas total koridor itu adalah 16 miliar kubik meter gas, yang dialirkan ke Turki (enam bcm) dan sisanya ke negara Eropa lainnya melalui Trans-Adriatic Pipeline (TAP).
Menurut Ibadoghlu, dengan kapasitas koridor hanya sekitar 16 bcm, akan sangat sulit bagi Azerbaijan mengisi kekosongan stok gas dari Rusia sebanyak 155 bcm dalam waktu dekat. Menurut dia, setidaknya dibutuhkan dua proyek besar untuk meningkatkan pasokan gas ke Eropa, mulai dari meluncurkan proyek lainya di lapangan Absheron yang akan memakan waktu sekitar empat hingga lima tahun agar sampai bisa tahap produksi.
Hal lain yang harus dikerjakan adalah meningkatkan kapasitas pengiriman dari jaringan pipa yang sudah ada (khusus untuk wilayah Eropa), dari 10-11 bcm menjadi 20 bcm. Menurut dia, di atas kertas, pengembangan proyek ini membutuhkan waktu walau sangat dimungkinkan. Bahkan, kapasitas TAP bisa ditingkatkan hingga maksimal 31 bcm.
“Akan tetapi, pembeli gas di Eropa harus membuat komitmen hukum dan komersial dengan produsen gas Azerbaijan. Hal ini akan memakan waktu yang tidak sebentar,” kata dia.
Tidak hanya UE sebagai organisasi yang berjibaku mencari pasokan gas bagi anggoanya. Perdana Menteri Italia Mario Draghi juga terbang langsung ke Aljazair untuk bertemu Presiden Abdelmadjid Tebboune guna mendapatkan jaminan pasokan gas dari negara tersebut.
Selama ini, seperti halnya negara-negara anggota UE lainnya, Italia mendapat pasokan gas dari Rusia, sebanyak 29 bcm per tahun. Italia juga mendapatkan pasokan gas dari sumber lain, termasuk Aljazair, sebanyak 23 bcm. Pascinvasi Rusia ke Ukraina dan merosotnya pasokan gas dari Rusia, Aljazair telah memasok 13,9 bcm atau mengalami kenaikan 113 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Italia sangat bergantung pada gas alam untuk menghasilkan listrik, memanaskan dan mendinginkan rumah, serta menggerakkan industrinya. Italia juga telah menjangkau negara-negara penghasil energi lainnya untuk mengamankan sumber-sumber alternatif, termasuk Azerbaijan, Qatar, Kongo, Angola, dan Mozambik.
Duta Besar Rusia untuk Organisasi Internasional di Vienna, Austria, Mikhail Ulyanov mengatakan, negara dan perusahaan milik pemerintah tidak akan pernah menolak untuk melanjutkan memasok gas alam ke Eropa. Mereka, kata dia, akan mematuhi kewajiban kontraktualnya kepada konsumen.
Menunda
Setelah akhir tahun lalu memutuskan akan menutup seluruh pembangkit listrik tenaga nuklirnya dengan alasan keamanan dan pertimbangan lingkungan hidup, Pemerintah Jerman kini dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk memperanjang masa operasional tiga PLTN tersisa. Tiga PLTN tersisa menurut rencana akan ditutup pada akhir tahun ini.
Sikap ini berbeda dengan sikap pemerintah sebelumnya yang menilai bahwa perpanjangan masa pakai ketiga PLTN tidak direkomendasikan. Berdasarkan pemeriksaan awal, permasalahan hukum, perizinan dan asuransi serta tingkat keamanan yang dinilai sangat mahal, menjadi beberapa alasan untuk tidak merekomendasikan perpanjangan operasional.
Kini, di tengah merosotnya pasokan gas dari Rusia, Kementerian Lingkungan dan Ekonomi mengatakan operator jaringan listrik telah meminta pemeriksaan kedua atas kelayakan tenaga nuklir.
"Kami sekarang akan menghitung lagi dan kemudian membuat keputusan berdasarkan fakta yang jelas," kata juru bicara kementerian. Hasil evaluasi diharapkan siap dalam beberapa minggu. (AP/AFP/Reuters)