Darurat Energi, Jerman dan Austria Kembali ke Batubara
Pengurangan pasokan gas dari Rusia memaksa Jerman dan Austria mengaktifkan kembali pembangkit listrik berbahan bakar batubara. Dalam jangka pendek, ini vital demi mengamankan kecukupan energi melewati musim dingin.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
PHOTO BY NATALIA KOLESNIKOVA / AFP)
Instalasi pengolahan minyak milik perusahaan energi Rusia Gazprom di tenggara Moskwa, Rusia, 28 April 2022. Uni Eropa memutuskan menjatuhkan sanksi baru, larangan impor minyak mentah dan sulingan Rusia mulai enam bulan ke depan.
BERLIN, SENIN — Pemerintah Jerman menetapkan situasi darurat energi setelah perusahaan gas Rusia, Gazprom, memutuskan untuk mengurangi secara signifikan pasokan gasnya ke negara-negara Eropa melalui pipa gas Nordstream 1. Keputusan pahit harus diambil pemerintahan Kanselir Olaf Scholz, yaitu dengan beralih menggunakan batubara untuk mengamankan ketersediaan energi mereka.
Menteri Ekonomi Robert Habeck, Minggu (19/6/2022), mengatakan, mereka akan mencoba mengimbangi langkah yang diambil Gazprom dengan meningkatkan penggunaan batubara, sumber energi yang polutif. Langkah ini bersifat sementara ketika negara sedang menghadapi situasi pasokan gas yang buruk. Tindakan lain adalah mengimbau masyarakat untuk mengurangi konsumsi gas.
”Itu (penggunaan batubara) pahit. Tapi, dalam situasi ini, (tindakan) ini diperlukan untuk menurunkan penggunaan gas,” kata Habeck. Dia menambahkan, sebuah regulasi baru akan menjabarkan langkah-langkah baru itu. Selanjutnya, hal itu akan diadopsi dalam beberapa minggu mendatang untuk diimplementasikan.
Dengan keputusan itu, Pemerintah Jerman akan mengizinkan penggunaan batubara untuk pembangkit listrik yang saat ini dianggap sebagai cadangan dan upaya terakhir menjaga ketersediaan energi dalam negeri. Langkah lain yang akan dilakukan adalah melelang penjualan gas ke para pengguna, terutama industri yang membutuhkan gas dalam jumlah besar. Tindakan itu diharapkan membantu mengatur dan menurunkan konsumsi gas, terutama oleh industri yang membutuhkan dalam jumlah besar.
Pemerintah Jerman akan menawarkan kompensasi yang sebanding pada perusahaan atau industri yang menjanjikan penghematan penggunaan gas terbesar. VDMA, sebuah grup industri teknik mesin, menyambut baik langkah tersebut. ”Hal itu memungkinkan Anda untuk mengurangi penggunaan gas di tempat atau sektor yang tidak akan terlalu terdampak secara signifikan,” kata perusahaan dalam pernyataannya.
NIKOLAY DOYCHINOV
Foto yang diambil 17 Maret 2022 ini menunjukkan tangki penyimpanan bahan bakar Lukoil di terminal Pelabuhan Rosenets dekat kota Burgas, Bulgaria, di pesisir Laut Hitam.
Gazprom menyatakan, pengiriman gas ke negara-negara yang bukan bekas Uni Soviet turun hampir 30 persen pada periode 1 Januari-15 Juni 2022 dibanding periode yang sama tahun lalu. Setelah mengurangi pasokan gas harian ke Jerman dan Italia, CEO Gazprom Alexei Miller mengatakan pekan lalu bahwa Moskwa akan menerapkan aturannya sendiri.
”Produk kami, aturan kami. Kami tidak bermain dengan aturan yang tidak kami buat,” katanya dalam diskusi panel di Forum Ekonomi Internasional di Saint Petersburg, Rusia, akhir pekan lalu.
Berlin telah berhasil mengurangi bagian gas alamnya yang dipasok oleh Rusia dari 55 persen sebelum invasi menjadi 35 persen, berkat kiriman pasokan dari Norwegia dan Belanda, serta melalui kontrak gas alam cair (LNG).
Pemerintah Jerman dan sejumlah negara Eropa barat membutuhkan setidaknya 90 persen kapasitas fasilitas penyimpanan gas mereka untuk bisa melewati musim dingin. Kini, menurut Habeck, kapasitas penyimpanan gas mereka baru mencapai angka 56,7 persen. Walau demikian, dia yakin dalam beberapa bulan mendatang Jerman bisa mencukupi kebutuhan selama musim dingin dengan beberapa tindakan penghematan.
Namun, Habeck mengakui bahwa situasinya ”serius”. ”Kita seharusnya tidak berada di bawah ilusi apa pun. Kita berada dalam pertarungan dengan (Presiden Rusia Vladimir) Putin,” katanya.
Pemerintah Jerman juga menekankan perlunya penghematan energi, termasuk oleh produsen. ”Setiap kilowatt penting,” katanya.
Penggunaan batubara juga dilakukan Pemerintah Austria. Negara itu akan membuka kembali PLTU berbasis batubara. Bekerja sama dengan Verbund, pemasok listrik utama Austria, pemerintah akan mengaktifkan kembali PLTU di Mellach. Akan tetapi, menurut Kementerian Lingkungan Austria, dikutip dari kantor berita Austria APA, warga harus bersiap untuk menghadapi kemungkinan terburuk karena butuh waktu beberapa bulan agar PLTU itu siap kembali digunakan.
Pembangkit listrik Mellach, PLTU berbahan bakar batubara terakhir Austria, ditutup pada musim semi 2020. Tindakan itu dilakukan di tengah upaya pemerintah beralih ke sumber energi baru terbarukan 100 persen.
Kanselir Austria Karl Nehamer mengatakan, tindakan itu terpaksa dilakukan untuk mengamankan pasokan energi negara. ”Ini tentang mengganti gas Rusia yang hilang dengan sumber atau pemasok lain sehingga dapat terus membangun cadangan,” ucapnya.
Hingga pertengahan Juni, Austria hanya memiliki cadangan 39 persen dari kapasitas total penyimpanan. Negara-negara Eropa barat membutuhkan setidaknya 80-90 persen cadangan untuk bisa melewati musim dingin.
Sementara Pemerintah Italia dilaporkan mendapatkan pasokan gas baru dari Rusia meski volumenya tidak sebesar permintaan. (AP/AFP/REUTERS)