Pengunjuk Rasa Duduki Kediaman Presiden Sri Lanka, Posisi Presiden Jadi Teka-teki
Ribuan pengunjuk rasa berdemonstrasi di Colombo, Sri Lanka, menuntut Presiden Gotabaya Rajapaksa mundur. Mereka menyerbu serta menduduki kediaman dan kantor sekretariat presiden. Tak diketahui posisi Rajapaksa saat ini.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·5 menit baca
COLOMBO, SABTU — Ribuan pengunjuk rasa menyerbu kediaman resmi Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dan kantor sekretariatnya di Colombo, Sri Lanka, Sabtu (9/7/2022). Diliputi kemarahan terhadap krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade terakhir yang melanda Sri Lanka, mereka menuntut Rajapaksa mundur. Presiden Rajapaksa dilaporkan dievakuasi beberapa saat sebelum pengunjuk rasa menyerbu kediaman resminya.
”Gota pulanglah! Gota pulanglah!” teriak para pengunjuk rasa menyebut nama panggilan Presiden Sri Lanka itu. Mereka menuding salah pengelolaan negara sebagai penyebab memburuknya ekonomi di Sri Lanka saat ini.
Setelah menduduki kediaman presiden, di luar ataupun di dalam kompleks, para pengunjuk rasa melampiaskan kegembiraan. Dalam suasana sukacita, sebagian dari mereka bermain dan berenang di kolam renang di kediaman tersebut. Belum diketahui posisi Rajapaksa saat pengunjuk rasa menyerbu kediamannya.
Juru bicara pemerintah, Mohana Samaranayake, mengatakan bahwa dia tidak tahu di mana posisi Rajapaksa saat ini.
Seorang pejabat teras Departemen Pertahanan Sri Lanka kepada kantor berita AFP mengungkapkan, Presiden Rajapaksa telah dievakuasi meninggalkan kediamannya tidak lama sebelum para pengunjuk rasa menyerbu dan menduduki kompleks kediaman tersebut. Saat pengunjuk rasa tiba dan memadati pintu gerbang kediaman presiden, aparat keamanan melepaskan tembakan ke udara guna menahan laju gerak pengunjuk rasa dan memberi kesempatan kepada Rajapaksa dievakuasi keluar dari kompleks tersebut.
”Presiden dikawal ke lokasi yang aman,” ujar sumber tersebut. ”Beliau masih menjabat presiden, beliau dilindungi oleh unit militer.”
Namun, dua sumber di Departemen Pertahanan yang dikutip kantor berita Reuters, Rajapaksa telah dievakuasi dari kediamannya pada hari Jumat atau sehari sebelum aksi unjuk rasa. Kemarahan melanda Sri Lanka dalam beberapa bulan terakhir akibat krisis ekonomi terburuk dalam tujuh dekade terakhir yang melanda negara tersebut.
Dari rekaman video yang disiarkan saluran televisi berita, NewsFirst, terlihat para pengunjuk rasa mendobrak pintu masuk kompleks kediaman presiden. Mereka juga mendobrak pintu gerbang kantor sekretariat presiden dan memasuki kompleks tersebut. Aparat militer dan kepolisian tak mampu menahan laju mereka.
Dalam beberapa bulan terakhir, kantor sekretariat presiden itu menjadi lokasi unjuk rasa warga. Mereka menggelar tenda-tenda dan melakukan aksi duduk di lokasi tersebut.
PM gelar sidang darurat
Di tengah kekacauan yang terjadi di ibu kota, pada Sabtu ini, Perdana Menteri (PM) Ranil Wickremesinghe mengundang para pemimpin partai untuk menggelar sidang darurat guna membahas situasi saat ini dan berupaya mencari resolusi secara cepat. Melalui pernyataan tertulis, dia juga meminta ketua parlemen untuk mengadakan sidang parlemen.
Seorang sumber pemerintahan mengatakan kepada Reuters, Wickremesinghe juga dipindahkan ke lokasi yang aman.
Dari tayangan langsung melalui Facebook, yang disiarkan dari dalam kediaman presiden, terlihat ratusan pengunjuk rasa sambil membawa bendera Sri Lanka memadati ruangan-ruangan dan koridor di dalam kediaman presiden tersebut. Mereka meneriakkan yel-yel anti-Rajapaksa. Ratusan pengunjuk rasa lainnya memadati halaman luar di dalam kompleks kediaman tersebut.
Kemarahan warga tertuju pada keluarga dan dinasti Rajapaksa. Dinasti ini telah memerintah Sri Lanka selama hampir dua dekade terakhir. Tuduhan korupsi dan salah urus negara diarahkan pada mereka.
Di tengah krisis dan kekacauan saat ini, pada Mei lalu kakak Presiden Rajapaksa mengundurkan diri sebagai perdana menteri. Saat itu, akibat unjuk rasa yang berlangsung panas, ia harus meminta perlindungan di markas Angkatan Laut.
Sejak Mei lalu, posisi perdana menteri dijabat Ranil Wickremesinghe. Namun, Rajapaksa bergeming dan tetap menduduki jabatan presiden meski desakan padanya untuk mundur semakin kencang.
”Kami telah berulang kali menyerukan kepada Gota agar pulang, tetapi dia masih memegang kekuasaan. Kami tidak akan berhenti berunjuk rasa hingga dia mau mendengarkan kami,” kata Sampath Perera (37), nelayan yang menumpang bus dari kota Negombo, sekitar 45 kilometer utara Colombo untuk berunjuk rasa.
Dia termasuk salah satu warga yang dihantam krisis kelangkaan bahan bakar dan inflasi yang menembus rekor 54,6 persen pada bulan Juni.
Datang dari sejumlah wilayah
Otoritas Sri Lanka sempat memberlakukan aturan jam malam, Jumat (8/7/2022), guna mencegah gelombang warga datang ke ibu kota Colombo untuk berunjuk rasa. ”Aturan jam malam itu tidak bisa jadi pencegah, justru malah mendorong lebih banyak warga turun ke jalan untuk menunjukkan perlawanan,” ujar seorang pejabat departemen pertahanan.
Pengunjuk rasa datang dari sejumlah wilayah. ”Para penumpang mengarahkan kereta api-kereta api untuk menuju ke Colombo,” kata pejabat tersebut.
Para pengunjuk rasa itu didukung partai-partai oposisi utama. Oposisi menyewa dan mengerahkan bus-bus untuk mengangkut pengunjuk rasa ke ibu kota.
Sementara tentara bersenjata lengkap juga dikerahkan ke Colombo dengan bus-bus, sehari menjelang aksi unjuk rasa, Sabtu ini. Mereka memperkuat pengamanan oleh aparat kepolisian. Otoritas setempat mengatakan, mereka mengerahkan hampir 20.000 tentara dan polisi untuk mengamankan presiden.
Dalam aksi unjuk rasa pada Sabtu ini, sedikitnya 34 orang, termasuk dua polisi, terluka akibat bentrokan. Seorang pejabat Rumah Sakit Nasional Colombo yang tidak mau disebut identitasnya mengatakan, dua orang dari mereka dalam kondisi kritis.
Sri lanka, negara berpenduduk sekitar 22 juta jiwa, saat ini mengalami kesulitan valuta asing. Hal ini menyebabkan Sri Lanka kesulitan mengimpor bahan bakar, pangan, dan obat-obatan. Ini krisis ekonomi terburuk di negara itu sejak kemerdekaan Sri Lanka tahun 1948.
Krisis tersebut semakin memukul Sri Lanka setelah pandemi Covid-19. Pandemi ini memukul sektor pariwisata yang menjadi andalan pemasukan negara itu serta memangkas pemasukan dari remiten dari warga Sri Lanka yang bekerja di luar negeri. Kondisi tersebut diperparah dengan beban utang pemerintah, lonjakan harga minyak, serta larangan impor bahan-bahan kimia untuk pembuatan pupuk yang juga menghantam sektor pertanian negara itu.
Situasi semakin memburuk dalam beberapa pekan terakhir. Pemerintah tak mampu mendatangkan minyak akibat kehabisan dana, sekolah-sekolah diliburkan, jatah bahan bakar dan solar bagi warga dibatasi hanya untuk layanan dan kebutuhan pokok.
Instabilitas politik saat ini dapat memengaruhi rencana Sri Lanka untuk mendapatkan pinjaman dana talangan dari Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar 3 miliar dollar AS. Colombo juga berharap pada adanya restrukturisasi pembayaran utang luar negeri serta adanya penggalangan dana dari sumber-sumber multilateral dan bilateral guna mengatasi kelangkaan dollar AS dalam kas negeri itu. (AP/AFP/REUTERS)