NATO Mulai Prosesi Penerimaan Swedia dan Finlandia, Turki Bisa Mengganjal
NATO memulai prosesi penerimaan Swedia dan Finlandia sebagai anggota. Proses ini termasuk ratifikasi peraturan di masing-masing parlemen negara anggota. Butuh waktu cukup lama, sementara ancaman dari Rusia telah muncul.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
BRUSSELS, SELASA – NATO memulai proses bergabungnya Finlandia dan Swedia menjadi anggota pakta pertahanan tersebut dengan menandatangani protokol aksesi, SElasa (5/7/2022). Protokol tersebut memungkinkan Helsinki dan Stockholm untuk mendapat akses lebih besar ke hasil pengamatan intelejen NATO.
Akan tetapi penandatanganan protokol aksesi itu belum memungkinkan kedua negara mendapatkan mendapatkan perlindungan dari NATO bila sewaktu-waktu mendapat serangan. Hak itu baru bisa didapat setelah parlemen seluruh negara anggota NATO menandatangani ratifikasi yang diperkirakan akan memakan waktu satu tahun.
Penandatanganan protokol aksesi yang berlangsung di markas NATO di Brussels, Belgia, merupakan tindak lanjut dari keputusan Turki untuk mencabut hak vetonya terhadap proposal keanggotaan Swedia dan Finlandia.
"Ini benar-benar momen bersejarah. Dengan 32 negara anggota, kami akan lebih kuat," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg. Hadir dalam penandatanganan itu Menteri Luar Negeri Finlandia Pekka Haavisto dan Menlu Swedia Ann Linde.
Dimulainya prosesi penerimaan Swedia dan Finlandia ke dalam NATO berbarengan dengan rencana perkuatan sistem pertahanan kolektif NATO di timur Eropa sebagai bagian dari konsep strategis baru aliansi keamanan ini. Perkuatan sistem pertahanan kolektif ini membuat negara-negara anggota sepakat untuk meningkatkan jumlah anggota pasukan reaksi cepat, dari semulai 40 ribu orang menjadi sekitar 320 ribu orang.
Selain itu, AS juga memastikan akan memperkuat kehadiran pasukannya di sejumlah wilayah di Eropa. Selain meningkatkan kehadiran armada kapal perusak Angkatan Laut AS di Rota, Spanyol, AS juga akan menambah kehadiran dua skuadron F-35 di Inggris, pasukan darat di Rumania, serta unit pertahanan udara ke Jerman dan Italia. Tidak ketinggalan, di kawasan Baltik, AS akan menyebarkan aset keamanan dan pertahanan di kawasan tersebut.
Perkuatan sistem pertahanan kolektif itu dan rencana keanggotaan Finlandia serta Swedia telah membuat Putin mengeluarkan ultimatum agar NATO tidak membangun fasilitas militer di kedua negara calon anggota. Dia menilai, pembangunan fasilitas militer di Swedia dan Finlandia sebagai sebuah ancaman dan hal itu harus dihadapi dengan ancaman yang sebanding.
Ancaman itu membuat Stoltenberg mendesak 30 negara anggota NATO untuk segera meratifikasi protokol aksesi di parlemen masing-masing negara. Dia mencoba meyakinkan kedua negara calon anggota NATO itu bahwa mereka akan mendapatkan dukungan NATO untuk sementara sampai proses ratifikasi selesai.
"Keamanan Finlandia dan Swedia penting bagi aliansi kami, termasuk selama proses ratifikasi,” katanya. Menurut dia, banyak anggota NATO telah memberikan komitmen yang jelas untuk keamanan Finlandia dan Swedia. NATO sendiri telah meningkatkan kehadirannya di wilayah tersebut, dalam bentuk latihan militer bersama.
Setiap negara anggota NATO memiliki tantangan dan prosedur legislatif yang berbeda untuk dihadapi dalam proses ratifikasi. Parlemen Jerman memastikan akan meratifikasi protokol aksesi itu pada Jumat pekan ini, menjadi negara yang mungkin akan paling cepat melakukan proses ratifikasi.
"Ini adalah proses aksesi tercepat dalam sejarah NATO sejauh ini," kata Stoltenberg.
Turki Bisa Menghadang
Meski 29 negara menyetujui keanggotaan Swedia dan Finlandia, hak yang dimiliki Turki untuk menolak keanggotaan kedua negara itu masih terbuka.
Peringatan itu disampaikan langsung oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Dia memperingatkan bahwa Ankara bisa memblokir proses penerimaaan kedua negara jika mereka gagal gagal memenuhi tuntutan Turki untuk ekstradisi orang-orang yang dianggapnya sebagai tersangka teror. Orang-orang yang dicari di Turki memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok Kurdi yang dilarang atau jaringan ulama pengasingan yang dituduh melakukan kudeta gagal 2016 di Turki.
Erdogan menyatakan, Parlemen Turki dapat menolak untuk meratifikasi kesepakatan itu. Ini adalah ancaman potensial karena aksesi NATO harus secara resmi disetujui oleh 30 negara anggota, yang memberikan masing-masing hak pemblokiran.
Menanggapi hal itu, Stoltenberg mengatakan dia mengharapkan tidak ada perubahan hati. “Ada masalah keamanan yang perlu ditangani. Dan kami melakukan apa yang selalu kami lakukan di NATO. Kami menemukan kesamaan,” katanya.
Menlu Swedia dan Finlandia saat ditanya jurnalis mengenai apakah dalam kesepakatan dengan Turki mereka menentukan orang-orang yang harus diekstradisi mengatakan tidak ada daftar nama yang dimaksud oleh Erdogan atau pemerintah Turki.
“Kami akan menghormati memorandum itu sepenuhnya. Tidak ada daftar atau semacamnya dalam memorandum tersebut, tetapi yang akan kami lakukan adalah menjalin kerja sama yang lebih baik dalam hal teroris,” kata Menlu Swedia Ann Linde.
Menteri Luar Negeri Finlandia Pekka Haavisto juga bersikukuh. “Semua yang disepakati di Madrid dinyatakan dalam dokumen. Tidak ada dokumen tersembunyi di balik itu atau kesepakatan apa pun di balik itu,” kata Haavisto. (AP/AFP/Reuters)