Rusia Siapkan Balasan Sepadan jika NATO Kerahkan Tentara di Finlandia-Swedia
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan, Rusia tak mempermasalahkan keanggotaan Finlandia dan Swedia di NATO. Namun, jika NATO mengerahkan tentara dan membangun infrastruktur di sana, Rusia akan membalas sepadan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
MOSKWA, KAMIS – Rencana penguatan sistem pertahanan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di sisi timur Eropa mendapatkan tanggapan Rusia. Moskwa berencana juga memperkuat pertahanan di sepanjang perbatasan Rusia dengan negara-negara anggota NATO di wilayah tersebut. Dalam pandangan Rusia, persepsi ancaman harus dihadapi dengan ancaman yang sebanding.
Presiden Rusia Vladimir Putin lewat televisi pemerintah, Rabu (29/6/2022), mengatakan, Rusia tak mempermasalahkan keanggotaan Finlandia dan Swedia di NATO. ”Dengan Swedia dan Finlandia, kami tak memiliki masalah seperti yang kami miliki dengan Ukraina. Mereka ingin bergabung dengan NATO, silakan,” katanya.
”Namun, mereka harus memahami bahwa tak ada ancaman sebelumnya. Sementara sekarang, jika kontingen militer dan infrastruktur dikerahkan di sana, kami harus merespons dengan baik dan menciptakan ancaman yang sama untuk wilayah tempat asal datangnya ancaman pada kami,” ujar Putin.
Ia menambahkan, selama bertahun-tahun hubungan Moskwa dengan Stockholm dan Helsinki baik-baik saja. Namun, dengan hampir pastinya kedua negara diterima sebagai anggota NATO, ketegangan di Rusia dengan mereka hampir pasti tidak bisa terhindarkan dan bahkan bisa memburuk.
Pernyataan Putin itu merespons keputusan Turki yang memberi lampu hijau bagi Finlandia dan Swedia untuk menjadi anggota NATO. Selain itu, pada saat bersamaan NATO juga mengeluarkan konsep strategis baru dengan memperkuat sistem pertahanan kolektifnya di Eropa, khususnya pertahanan di sisi timur Eropa.
”Kami mendukung Konsep Strategis baru yang akan menegaskan tujuan utama dan tanggung jawab NATO untuk memastikan sistem pertahanan kolektif kita berdasarkan pendekatan 360 derajat,” demikian pernyataan NATO, Rabu. ”Hal ini berlanjut pada tiga tugas inti NATO, yaitu untuk pencegahan dan pertahanan, pencegahan dan manajemen krisis, serta keamanan kerja sama (keamanan dan pertahanan).”
Untuk itu, dalam KTT NATO di Madrid, Spanyol, Kamis (30/6), negara-negara anggota diharapkan setuju untuk meningkatkan kekuatan pasukan reaksi cepat hingga delapan kali lipat, dari semula hanya berjumlah sekitar 40.000 personel menjadi 320.000 personel tahun depan. Pasukan-pasukan itu akan bermarkas di negara asal mereka, tetapi bisa ditempatkan sewaktu-waktu di sisi timur wilayah NATO.
Amerika Serikat telah memastikan akan memperkuat kehadiran pasukannya di sejumlah wilayah di Eropa. Selain meningkatkan kehadiran armada kapal perusak Angkatan Laut AS di Rota, Spanyol, AS juga akan menambah kehadiran dua skuadron F-35 di Inggris, pasukan darat di Romania, serta unit pertahanan udara ke Jerman dan Italia. Tak ketinggalan, AS akan menyebarkan aset keamanan dan pertahanan di kawasan Baltik.
”Saya pikir, kita semua bisa sepakat bahwa ini KTT NATO yang bersejarah,” kata Presiden AS Joe Biden.
Biden mencatat, terakhir kali NATO memperbarui pernyataan misinya pada 12 tahun silam. Kala itu, Rusia masih diposisikan sebagai mitra. Dokumen pernyataan NATO saat itu juga bahkan tidak menyebut China. Dokumen terbaru yang diumumkan kali ini telah mengubah semua hal tersebut.
”Dunia telah berubah, sangat berubah sejak itu,” ujar Biden. ”Pertemuan puncak ini tentang penguatan aliansi kami, mengatasi tantangan-tantangan dunia kita dan ancaman yang akan kita hadapi pada masa mendatang.”
Mengenai rencana penguatan sistem pertahanan kolektif NATO di sisi timur Eropa, Putin menilai, hal itu adalah bagian dari konsep dan ambisi NATO untuk menjadi ”penguasa tunggal” Eropa. Dia menilai, rencana itu tidak akan membuat situasi kawasan menjadi stabil dan sebaliknya terjadi destabilisasi.
”Para pemimpin negara-negara NATO ingin menegaskan supremasi mereka, ambisi kekaisaran mereka,” kata Putin. Dia juga menyatakan, membantu Ukraina dan rakyatnya bukan tujuan kolektif negara-negara Barat, melainkan membela kepentingan mereka sendiri.
”NATO-isasi” Eropa
Menanggapi ancaman Putin terhadap Swedia dan Finlandia, Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas menyatakan hal itu bukanlah sebuah hal yang baru. ”Tentu saja kami harus bersiap menghadapi kejutan dari Putin. Namun, saya ragu, dia menyerang Swedia atau Finlandia secara langsung,” kata Kallas di KTT NATO di Madrid.
Respons Kallas senada dengan pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy saat berbicara di hadapan puluhan kepala negara anggota NATO. Zelenskyy memperingatkan ”perang” antara Rusia dan negara-negara anggota NATO hanya tinggal menunggu waktu. ”Pertanyaannya, siapa selanjutnya? Moldova? Atau Baltik? Atau Polandia? Jawabannya adalah: semuanya,” katanya.
Presiden Biden mengatakan, harapan Rusia agar NATO dan Eropa terpecah saat Rusia menginvasi Ukraina tidak terbukti. ”Anda akan mendapatkan ’NATO-isasi’ Eropa. Itulah yang tidak dia inginkan, tetapi apa yang perlu dilakukan untuk menjamin keamanan bagi Eropa,” katanya.
Asisten Menteri Pertahanan AS Celeste Wallander menyatakan, kehadiran pasukan AS di Polandia untuk jangka panjang jadi kunci bagi NATO untuk menavigasi lingkungan keamanan yang berubah di Eropa.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, Kamis, mengungkapkan, NATO akan meluncurkan dana inovasi sebesar satu miliar euro guna memperkuat riset teknologi untuk militer. ”Kami sepakat... untuk menyiapkan dana inovasi baru satu miliar (euro),” katanya. (AP/AFP/REUTERS/SAM)
----------
Catatan:
Artikel ini telah diperbarui dengan menambah beberapa detail dan perubahan judul dari versi awal pada Jumat, 1 Juli 2022, pukul 13.30 WIB. Terima kasih - Redaksi