Setitik sinyal baik datang dari konflik Rusia dan Ukraina, sejak invasi Russia ke Ukraina pada Februari 2022. Dibutuhkan ”tindakan baik” lebih kuat untuk mencari solusi atas perseteruan dua negara itu.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·5 menit baca
RUSSIAN DEFENSE MINISTRY PRESS SERVICE VIA AP, FILE)
Foto yang dirilis Biro Pers Kementerian Pertahanan Rusia pada 17 Mei 2022 memperlihatkan prajurit Rusia menggeledah prajurit Ukraina saat evakuasi pabrik baja Azovstal di Mariupol, Ukraina.
KYIV, RABU — Setitik sinyal baik datang dari konflik Rusia dan Ukraina, sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Sinyal baik ini, ditambah tindakan baik, sangat diperlukan untuk mencari solusi atas perseteruan dua negara itu.
Sinyal ini muncul pada Rabu (29/6/2022) saat kedua negara tersebut bertukar tahanan dalam jumlah besar, hingga 144 orang. Itu jumlah terbesar sejak konflik bersenjata pecah. Sebelumnya, pertukaran tahanan dilakukan dalam jumlah paling banyak belasan orang, meskipun prajurit yang dibebaskan, menurut Ukraina, rata-rata mengalami cedera.
Intelijen Ukraina mengatakan, sebanyak 144 tentara Ukraina, termasuk sejumlah tentara yang mempertahankan pabrik baja Azovstal di kota pelabuhan selatan Mariupol, telah dibebaskan dalam pertukaran tahanan dengan Moskwa.
”Ini adalah pertukaran terbesar sejak dimulainya invasi Rusia. Dari 144 orang yang dibebaskan, 95 orang berjuang di Azovstal,” kata Direktorat Intelijen Utama Kementerian Pertahanan Ukraina di Telegram. Tidak disebutkan kapan dan di mana pertukaran itu terjadi, atau berapa banyak tahanan Rusia yang dibebaskan sebagai ganti pertukaran itu.
Presiden Indonesia Joko Widodo dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memaparkan hasil pertemuan mereka di Istana Mariinsky, Kyiv, pada Rabu (29/6/2022). Dalam pertemuan itu, Jokowi menawarkan menjadi pembawa pesan perdamaian dari Zelenskyy ke Presiden Rusia Vladimir Putin. Selepas bertemu Zelenskyy, Presiden Jokowi akan bertolak ke Moskwa, Rusia, dan menemui Putin.
Intelijen Ukraina menambahkan, 43 prajurit yang dibebaskan adalah anggota resimen Azovstal, bekas unit paramiliter yang sekarang terintegrasi dengan tentara Ukraina. Rusia menganggap unit itu sebagai organisasi neo-Nazi dan mengatakan mereka harus diadili.
Moskwa dan Kyiv telah bertukar tahanan beberapa kali sejak perang meletus. Pertukaran sebelumnya terjadi pada Selasa sebanyak 17 tahanan Ukraina.
Perdana Menteri Ukraina Denys Shmygal mengonfirmasi pertukaran tersebut di Telegram, dan hanya mengatakan, pekerjaan untuk membebaskan para tahanan tersebut cukup ”rumit”.
Krisis pangan
Selain pertukaran tahanan dalam jumlah besar, Rusia juga mengeluarkan pernyataan siap bekerja sama dengan PBB untuk memerangi risiko krisis pangan global dan bersedia memenuhi kewajibannya untuk mengekspor makanan dan pupuk.
Komitmen tersebut dibuat dalam percakapan telepon antara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Meski begitu, tidak disampaikan dengan rinci bagaimana bentuk dukungan Rusia tersebut.
Polisi berjalan di antara reruntuhan yang hancur di sebuah rumah di Bohdanivka, Kyiv sebelah timur laut, pada 14 April 2022, di tengah invasi Rusia di Ukraina.
Pernyataan kesanggupan Rusia untuk tetap mengekspor makanan dan pupuk tersebut disampaikan bersama pernyatan bahwa tindakan Ukraina dan sanksi negara-negara Barat yang harus dipersalahkan atas krisis tersebut. ”Kami tekankan, ekspor gandum Ukraina terhalang oleh penambangan Laut Hitam oleh Kyiv,” kata Lavrov.
Selain itu, ia juga menekankan kesiapan ekspor Rusia terhalang sanksi negara-negara Barat. ”Kami mengonfirmasi kesiapan Rusia untuk terus memenuhi kewajiban mengekspor makanan dan pupuk, meskipun implementasinya secara signifikan diperumit sanksi sepihak ilegal oleh negara-negara Barat dan gangguan produksi global atas rantai pasok pangan akibat pandemi Covid-19,” katanya. Sanksi tersebut, menurut Rusia, berdampak pada ekspor dengan sulitnya mengatur proses pengapalan, asuransi, dan keuangan.
Perang Ukraina-Rusia telah memperburuk krisis pangan global, menyebabkan melonjaknya harga biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar, dan pupuk. Rusia dan Ukraina menyumbang hampir sepertiga dari pasokan gandum dunia, sementara Rusia juga merupakan pengekspor utama pupuk. Adapun Ukraina adalah pengekspor utama minyak jagung dan bunga matahari.
Foto ladang gandum di sebuah pertanian di kota Mykolaiv, Ukraina selatan, 11 Juni 2022, di tengah invasi Rusia ke Ukraina.
Sejak Rusia menginvasi Ukraina, pengiriman biji-bijian Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam terhenti dan jutaan ton biji-bijian tertahan di silo. Moskwa mengatakan, tanggung jawab ada pada Kyiv untuk memindahkan ranjau dari pelabuhan guna membebaskan jalur pelayaran.
Terkait pengeboman mal di Kremenchuk, Presiden Rusia Vladimir Putin membantah pasukan Rusia bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan 18 orang tersebut. ”Tentara kami tidak menyerang situs infrastruktur sipil mana pun. Kami memiliki semua kemampuan untuk mengetahui lokasi yang tepat," kata Putin dalam konferensi pers di ibu kota Turkmenistan, Ashgabat.
Menurut Putin, tentaranya tidak ada yang menembak begitu saja secara acak. “Hal itu biasanya dilakukan berdasarkan data dan target intelijen, dan dengan senjata presisi tinggi. Saya yakin, kali ini semua dilakukan dengan tata cara yang tepat,” kata Putin.
Sebelumnya, Ukraina menuduh Rusia menyerang Kremenchuk, sebuah mal yang terletak 330 kilometer tenggara Kyiv, pada Senin. Rusia membantah tuduhan itu dan mengklaim bahwa tembakan misilnya hanya ditujukan ke pusat senjata, dan pusat misil saat itu sedang tidak beroperasi.
Pejalan kaki menangis di depan jajaran bunga dan mainan anak-anak di sebelah mal yang hancur di Kremenchuk, 29 Juni 2022, dua hari setelah mal dihantam rudal Rusia, menurut keterangan otoritas Ukraina.
Diperkuat
Adanya ”sinyal baik” di atas, menurut dosen Hubungan Internasional Universitas Brawijaya, Malang, Arief Setiawan, butuh lebih diperkuat untuk bisa mengarah pada reduksi konflik. ”Setitik sinyal-sinyal positif seperti itu harus dikuatkan dan diperbanyak. Kedua negara harus sama-sama mengirimkannya, dan didukung PBB atau pihak ketiga yang sama-sama memiliki tujuan baik yang sama, seperti Indonesia,” kata Arief.
Menurut alumnus Peoples' Friendship University of Russia (PFUR) tersebut, peran Indonesia sebagai juru damai dengan kali ini datang ke dua negara tersebut tepat dan harus dilakukan. ”Dalam sejarahnya, Ukraina berperan untuk menginisiasi agar agresi militer Belanda tahun 1947 dibicarakan di PBB. Adapun Rusia, kita tahu persahabatan RI dalam masa kepemimpinan Presiden Soekarno saat itu. Jadi, niat baik Indonesia kali ini untuk membantu memfasilitasi upaya perdamaian kedua pihak harus diapresiai,” katanya.
Menurut Arief, upaya mendamaikan kedua pihak memang tidak mudah dan belum tentu berhasil. ”Namun, kita tidak perlu merisaukan hasilnya karena tantangan selalu ada. Dengan melakukan upaya memfasilitasi perdamaian itu, setidaknya kita membuka peluang perdamaian. Semakin banyak sinyal positif dibuat, harapannya semakin cepat dan semakin besar dampak positif akan muncul,” katanya.
Indonesia mengundang kehadiran dua kepala negara yang tengah berseteru tersebut dalam KTT G20. Sebelumnya, Presiden Putin bersedia hadir secara langsung dalam forum tersebut meski memungkinkan model kehadirannya akan berbeda. Dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga berniat hadir, meski tergantung keamanan dan siapa saja yang hadir dalam KTT G20.
Saat bertemu Zelenskyy, Presiden Jokowi juga menawarkan untuk membawa pesan dari Ukraina untuk Presiden Putin. (REUTERS/AFP)