Dampak Perubahan Iklim, Australia Makin Sering Banjir
Banjir saat ini terjadi di wilayah-wilayah yang tidak terdampak banjir sebelumnya. Sistem cuaca yang terjadi di Sydney saat ini dipicu penghangatan dan udara basah dari dekat khatulistiwa.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
SYDNEY, SENIN – Australia berada di ujung tanduk perubahan iklim. Negara ini menghadapi semakin banyak kekeringan, kebakaran hutan, pemutihan karang di Karang Penghalang Besar atau Great Barrier Reef, dan banjir.
Otoritas kota Sydney, Senin (4/7/2022), mengeluarkan perintah evakuasi baru bagi lebih dari 30.000 orang setelah hujan deras selama tiga hari yang mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah di pinggiran kota tersebut. Pejabat setempat memperkirakan cuaca yang lebih buruk akan melanda wilayah itu hingga beberapa jam berikutnya.
Biro Meteorologi menyebutkan, sistem tekanan rendah yang intens di lepas pantai timur Australia diprakirakan membawa hujan deras sepanjang Senin di bagian selatan Negara Bagian New South Wales. Curah hujan mencapai 100 milimeter akan mengguyur daerah dari Newcastle hingga Sydney yang terentang sejauh 300 kilometer.
Di daerah lain, curah hujan mencapai 200 milimeter, bahkan 350 milimeter sejak akhir pekan lalu. Cuaca buruk semacam ini bisa memicu lebih banyak banjir bandang dan tanah longsor karena daerah tangkapan sungai nyaris penuh. Bendungan Warragamba, penyedia air utama Sydney, bahkan mulai meluap pada hari Minggu.
Di sebagian wilayah kota berpenduduk 5 juta jiwa itu, warga sudah mengalami empat kedaruratan banjir dalam setahun terakhir. ”Informasi terakhir yang kami dapatkan, ada peluang banjir, dan kali ini akan lebih buruk dibandingkan tiga banjir sebelumnya yang melanda wilayah ini dalam 18 bulan terakhir,” kata Menteri Manajemen Kedaruratan Murray Watt kepada ABC.
Ia menambahkan, banjir saat ini terjadi di wilayah-wilayah yang tidak terdampak banjir sebelumnya.
Pada hari ketiga hujan deras, petugas penyelamat telah melakukan 16 penyelamatan. Sebanyak 83 penyelamatan dilakukan pada hari Minggu saja. Ratusan orang masih meminta bantuan hingga Senin pagi waktu setempat.
Banyak orang terjebak di dalam mobil mereka saat mencoba menyeberangi jalanan yang terendam banjir. Banyak pula yang tidak bisa meninggalkan rumah karena dikelilingi air yang semakin tinggi. Jalanan terendam air kecoklatan dan tampak seperti sungai, begitu pula rumah-rumah yang digenangi air setinggi 40 sentimeter.
Hingga saat ini sudah 70 perintah evakuasi dikeluarkan di Sydney. Otoritas mendesak warga untuk meninggalkan rumah sebelum terjebak tanpa listrik. Frustrasi pun menghinggapi warga setelah tiga kali diterpa banjir.
”Kami sudah muak. Sungguh muak. Ini keterlaluan,” kata seorang warga Windsor.
Murray memerintahkan lebih banyak tentara untuk mengevakuasi warga yang telanjur terjebak banjir. Ia mengatakan, Pemerintah Australia telah mengaktifkan sistem manajemen satelit untuk membantu upaya penyelamatan.
Semakin sering
Australia terpukul cukup keras akibat pemanasan global. Banjir menjadi lebih sering dan intens seiring perubahan pola cuaca global. Temperatur yang lebih tinggi berarti atmosfer lebih lembab sehingga melepaskan lebih banyak hujan.
”Tanah sudah jenuh, sungai-sungai meluap, dan bendungan meluber. Sangat berbahaya di luar sana,” kata Komisaris Badan Kedaruratan Negara Bagian New South Wales Carlene York.
Sistem cuaca yang terjadi di Sydney saat ini dipicu penghangatan dan udara basah dari dekat khatulistiwa. Curah hujan di bagian timur Australia sangat bervariasi sehingga sulit menandainya. ”Bagaimanapun, riset kami atas banjir Sydney pada Maret 2021 menemukan kejadian serupa mungkin terjadi 80 persen lebih sering pada akhir abad ke-21,” ujar Kimberley Reid, ilmuwan atmosfer pada Monash University.
Menteri Besar New South Wales Dominic Perrottet mengatakan, Australia harus bersiap mengalami banjir yang lebih sering. ”Tak ada keraguan banjir menjadi semakin lazim. Pemerintah perlu menyesuaikan dan menjamin kita merespons perubahan lingkungan ini dengan tepat,” ujarnya.
Apabila saat ini pemerintah mengevakuasi lebih dari 30.000 orang, bukan tidak mungkin ke depan semakin banyak orang yang perlu dievakuasi saat banjir terjadi. (AP/AFP/REUTERS)