Hujan Tak Berhenti, Banjir di Australia Sukar Ditangani
Hujan deras terus melanda wilayah timur Australia, yaitu di Negara Bagian Queensland dan New South Wales. Akibatnya, penanganan banjir yang telah berlangsung sepekan tidak maksimal.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
AP PHOTO/TERTIUS PICKARD
Banjir terus mengalir di Sungai Brisbane di Brisbane, Australia, Rabu (2/3/2022). Puluhan ribu orang telah diperintahkan mengungsi dari rumah mereka dan banyak lagi yang diminta bersiap mengungsi karena sebagian pantai tenggara Australia tergenang air oleh banjir terburuk dalam beberapa dekade.
SYDNEY, SELASA — Banjir tidak kunjung surut di Australia. Bahkan, warga di sepanjang pesisir timur Negara Bagian New South Wales yang mencakup pantai di Sydney diminta evakuasi. Banjir yang terjadi sejak pekan lalu telah menelan 20 korban jiwa di New South Wales ataupun di Negara Bagian Queensland.
Dua korban terakhir ditemukan di Sydney pada Selasa (8/3/2022). Mereka adalah perempuan berusia 60-an tahun dan anak laki-lakinya yang berusia 30-an tahun. Menurut surat kabar The Telegraph, diduga ibu dan anak ini terjebak di dalam mobil yang kemudian tenggelam oleh banjir.
Di bantaran sungai-sungai Sydney, ketinggian air mencapai 12 meter. Di Queensland, terutama di kota Lismore, ketinggian air mencapai 14,5 meter dan di Brisbane ketinggiannya 8,5 meter. Berdasarkan data Pemerintah Australia, mayoritas korban jiwa adalah orang-orang yang terjebak di dalam mobil karena berusaha menyeberangi jalanan yang terendam.
”Ini tragedi yang besar bagi negara kita. Di saat yang sama, izinkan saya sebagai kepala pemerintahan meminta maaf atas lambatnya bantuan yang datang,” kata Perdana Menteri Australia Scott Morrison.
AFP PHOTO / AUSTRALIAN DEFENCE FORCE
Foto yang diambil pada 28 Februari menunjukkan pemandangan dari udara sebuah gereja dan bangunan lain di sekitarnya yang terendam banjir di wilayah utara kota Lismore, Negara Bagian New South Wales, Australia, dari sebuah helikopter Angkatan Bersenjata Australia.
Departemen Pertahanan menurunkan 5.000 personel militer untuk mengevakuasi warga. Bahkan, Singapura juga memberi bantuan dua helikopter Chinook. Namun, cuaca buruk dan hujan yang tidak berhenti membuat proses evakuasi terhalang. Bahkan, jalan-jalan utama juga belum bisa dibenahi akibat hujan terus-menerus.
Badan Meteorologi Australia menyebutkan bahwa dalam beberapa hari ke depan kisaran curah hujan adalah 120-150 milimeter. Pekan lalu, kisarannya 400-600 milimeter. Juru Bicara Badan Penanggulangan Bencana Australia Peter Campbell mengatakan, ini adalah bencana alam yang parah.
”Kerusakannya serupa dengan ketika Australia dilanda kebakaran hutan dan lahan pada akhir tahun 2019 hingga awal tahun 2020. Sungai, kanal, dan bendungan sudah tidak mampu menahan air akibat fenomena La Nina ekstrem ini,” ujarnya.
Di Negara Bagian New South Wales, pemerintah mengumumkan imbauan evakuasi bagi 70.723 warga di sepanjang pesisir timur. Wilayah ini merupakan rentangan sepanjang 1.500 kilometer. Prakiraan cuaca menyebutkan, hujan deras akan menyebabkan terjadinya banjir di sungai-sungai yang menuju ke muara, ditambah limpahan air rob.
Sementara itu, Menteri Besar Queensland Dominic Perrottet mengungkapkan telah memutakhirkan data. Di negara bagian itu, ada 5.000 rumah rusak parah dan tidak akan bisa ditinggali lagi. ”Tak terbayangkan warga Queensland ada yang mengalami krisis ini,” katanya.
Sebuah bangunan terendam banjir di dekat Windsor di pinggiran Sydney, Australia, Kamis (3/3/2022). Puluhan ribu orang telah diperintahkan untuk mengungsi dari rumah mereka dan banyak lagi yang diberi tahu untuk bersiap mengungsi sebagai bagian dari wilayah Australia. Pantai tenggara dibanjiri oleh banjir terburuk dalam beberapa dekade.
Rumah-rumah yang terendam banjir adalah milik masyarakat kalangan ekonomi lemah. Mereka terpaksa menempati wilayah dataran rendah ataupun dekat dengan bantaran sungai karena harga tanah dan kontrakan rumah murah.
Dilansir dari surat kabar The Guardian Australia, di Brisbane, umumnya para korban banjir tidak memiliki asuransi rumah. Hal ini karena perusahaan asuransi menolak memberi layanan perlindungan kepada properti yang sudah jelas-jelas berada di titik banjir.
”Tanpa asuransi ini, bagaimana kami bisa memperbaiki rumah ataupun memiliki biaya untuk mencari tempat tinggal baru?” keluh seorang warga yang menolak disebut namanya.
Angelo Tesla, pemilik penyewaan perahu dan sampan yang jasanya laku untuk evakuasi korban banjir, mengatakan bahwa titik-titik yang ia datangi ketinggian airnya minimal hingga leher laki-laki dewasa. Di sejumlah permukiman hanya atap rumah di lantai dua yang terlihat.
”Hampir setiap musim hujan ada genangan, tapi tahun ini parah sekali ketinggian airnya. Kasihan sekali orang-orang yang tinggal di daerah itu. Rumahnya benar-benar terendam,” katanya. (AFP)