Banjir Terparah di Australia dalam Tiga Dekade, 18.000 Warga Mengungsi
Warga Australia bertanya-tanya, beberapa wilayah New South Wales yang setahun lalu mengalami kekeringan panjang dan bahkan kebakaran kini kondisinya berbeda 180 derajat: wilayah mereka tergenang hebat oleh banjir.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SYDNEY, SENIN — Sedikitnya 18.000 warga Negara Bagian New South Wales, Australia, Senin (22/3/2021), diperintahkan untuk mengungsi akibat banjir. Curah hujan tinggi selama berhari-hari mengakibatkan wilayah negara bagian itu mengalami banjir terburuk dalam kurun waktu 30 tahun terakhir.
Bencana banjir ini menjadi tantangan sekaligus ujian bagi Australia. Negara itu sebelumnya sudah berjuang melawan kekeringan, kebakaran hutan, hingga tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
”Kerusakannya cukup luar biasa,” kata Marten Clark, pemilik Kafe Port Macquarie. Kafenya terendam air hingga sepinggang orang dewasa. Ia mendapati furniturnya tersapu banjir. Lemari es dan peralatan memasaknya juga rusak.
Gambar dari udara di daerah yang terkena dampak paling parah menunjukkan deretan rumah-rumah yang terkena banjir. Rumah-rumah itu hanya terlihat bagian atapnya, sementara bagian lainnya terendam banjir. Petugas bagian layanan darurat mengatakan, mereka menyelamatkan ratusan orang dari banjir dan menerima lebih dari 8.800 panggilan permintaan layanan bantuan darurat.
Sejauh ini, tidak ada korban jiwa atau cedera serius yang dilaporkan. Namun, diperkirakan hujan deras masih akan turun untuk beberapa waktu ke depan. Karena hal itu, sedikitnya 8 juta penduduk di Sydney dan di seluruh Negara Bagian New South Wales pada awal pekan ini telah diberi tahu untuk bekerja dari rumah jika memungkinkan dan menghindari perjalanan yang tidak perlu.
”Air masih naik,” kata Jo Dunstan, yang memiliki toko bunga di pinggiran luar Sydney, Windsor. ”Kondisi seperti ini sungguh menakutkan.”
Warga bertanya-tanya tentang kondisi teraktual di dekat mereka tinggal. Beberapa wilayah New South Wales itu satu tahun lalu mengalami kekeringan berkepanjangan. Sumber air mereka terbatas dan bahkan mereka menelan pil pahit berupa kebakaran hutan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kini, kondisinya berbeda 180 derajat, wilayah mereka tergenang hebat oleh banjir.
”Ketika Anda telah melalui tiga atau empat insiden yang mengubah hidup di atas satu sama lain, itu dapat membuat Anda merasa seperti berada di titik puncak tekanan,” kata Menteri Besar Negara Bagian New South Wales Gladys Berejiklian. ”Saya tidak tahu kapan pun dalam sejarah negara bagian di mana kami mengalami kondisi cuaca ekstrem ini secara berurutan di tengah pandemi.”
Saya tidak tahu kapan pun dalam sejarah negara bagian di mana kami mengalami kondisi cuaca ekstrem ini secara berurutan di tengah pandemi.
Para ilmuwan sejatinya telah memperingatkan, Australia dapat memperkirakan kejadian cuaca yang lebih sering dan lebih ekstrem sebagai akibat dari perubahan iklim. Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan, Australia ”sedang diuji sekali lagi” oleh ”peristiwa mengerikan”.
Pemerintahan Morrison yang berhaluan konservatif dituduh telah menunda-nunda untuk melakukan tindakan terkait pengendalian dampak perubahan iklim. Terkait bencana banjir kali ini, Morrison mengatakan kepada parlemen bahwa pasukan militer Australia diharapkan akan diterjunkan untuk membantu pembersihan dan pemulihan.
Pantai utara tengah New South Wales adalah satu wilayah yang terkena dampak sangat parah dalam banjir kali ini. Berejiklian menyatakan bahwa wilayah itu telah dilanda bencana terburuk dalam kurun waktu ”satu dalam 100 tahun” terakhir.
Di Lembah Hawkesbury-Nepean, Sydney, sungai yang meluap berada pada tingkat yang tidak terlihat sejak 1990. Bendungan Warragamba, sumber air minum utama kota, meluap pada akhir pekan lalu. Sekitar 500 gigaliter air dikeringkan dari bendungan—kira-kira setara dengan 200.000 kolam renang ukuran Olimpiade atau total volume air di Sydney Harbour.
Penduduk di beberapa daerah yang terkena dampak diizinkan untuk kembali ke rumah mereka setelah air surut. Namun, status kewaspadaan masih tinggi guna mewaspadai kemungkinan banjir terjadi lagi. Otoritas pendidikan mengungkapkan, lebih dari 200 sekolah ditutup, termasuk beberapa yang rusak akibat banjir.
Andrew Hall, CEO Dewan Asuransi Australia, mengatakan bahwa masih terlalu dini memperhitungkan tingkat kerusakan dan ”memperkirakan pengajuan klaim asuransi, khususnya terkait kerusakan-kerusakan yang dialami warga”.
Biro Meteorologi Australia telah meramalkan kondisi ”berbahaya” tersebut, Senin pekan ini. Manajer Operasi Banjir Justin Robinson memperingatkan, hujan diperkirakan menyebabkan banjir di daerah yang sebelumnya tidak terkena dampak serta ”banjir baru di banyak komunitas yang telah terkena dampak”. ”Ini situasi cukup berbahaya yang dihadapi New South Wales saat ini,” katanya.
Rekor curah hujan diperkirakan akan terus turun dalam beberapa hari mendatang karena banjir menyebar ke barat laut negara bagian itu. Peringatan banjir juga dikeluarkan oleh Negara Bagian Queensland. Pejabat kesehatan Australia mengatakan, hujan dan banjir akan menunda peluncuran program vaksinasi Covid-19 di Sydney dan sekitarnya. (AFP/REUTERS)