Korban Gempa Afghanistan Kesulitan Obat dan Makanan
Bantuan yan.g tiba di Afghanistan masih terbatas. Masih sangat banyak korban gempa kesullitan makanan dan tempat tinggal. Obat-obatan juga terbatas.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
KABUL, JUMAT – Penderitaan datang bertubi-tubi terhadap Afghanistan. Di tengah kesulitan ekonomi pascaperang panjang dan kemiskinan parah yang luas, kini warga korban gempa ditimpah kesulitan makanan dan ketiadaan tempat tinggal. Selain itu, penyaluran bantuan yang terbatas juga terkendala hujan deras dan banjir bandang di beberapa daerah.
Kantor berita Reuters, Jumat (24/6/2022) petang, melaporkan, Afghanistan juga sedang kesulitan dengan obat-batan dan bantuan peralatan medis lain untuk perawatan lebih dari 2.000 korban luka. Bantuan negara asing dan lembaga bantuan iternasional belum sepenuhnya tiba di negara itu. Situasi yang dihadap warga Afghanistan betul-betul sulit.
Dilaporkan, para korban selamat di banyak daerah pun bertahan dalam kondisi perut kosong atau tanpa makanan dan tanpa tempat tinggal setelah lebih dari 10.000 bangunan tempat tinggal rusak berat. Tenda darurat atau terpal plastik untuk para korban berteduh sangat terbatas. Hujan yang terus turun dengan derasnya menambah kesengsaraan warga.
Di beberapa tempat, proses pencarian dan evakuasi korban gempa bermagnitudo 6,1 itu, yang menewaskan lebih dari 1.100 orang itu, terhambat banjir. Jalan dan jembatan juga rusak. Anak-anak dan orang lanjut usia menjadi kelompok paling rentan. Selain membutuhkan terpal tenda darurat, makanan, dan obat-obatan, mereka memerlukan selimut dan pakaian tebal lainnya.
Mohammad Nassim Haqqani, juru bicara Kementerian Bencana Taliban, kelompok yang memerintah Afghanistan saat ini, mengatakan, negaranya tidak memiliki persediaan medis untuk merawat para korban luka akibat gempa dahsyat pada Rabu (22/6/2022) itu. Sedangkan regu penyelamat yang berjibaku di wilayah pegunungan terpencil telah mengakhir pencarian para korban gempa.
Haqqani mengatakan, sekitar 2.000 orang terluka dan 10.000 unit rumah hancur sebagian atau seluruhnya. “Kementerian kesehatan kekurangan obat-obatan, kami membutuhkan bantuan medis dan kebutuhan lainnya karena ini bencana besar,” katanya.
Gempa berkekuatan 6,1 SR itu itu berpusat di Paktika, dekat perbatasan dengan Pakistan, sekitar 50 kilometer dari Provinsi Khost ke arah barat daya atau 160 km dari Kabul. Wilayah itu terletak di pegunungan gersang yang dipenuhi pemukiman yang sering diperebutkan selama beberapa dekade perang Afghanistan. Guncangan gempa menyebabkan kerusakan parah.
Jaringan komunikasi yang buruk dan kurangnya jalan yang layak telah menghambat upaya bantuan di tengah krisis kemanusiaan yang memburuk tajam setelah Taliban mengambil alih kekuasaan pada 15 Agustus 2021. Taliban menjadi semakin berkuasa setelah pasukan AS dan koalisinya keluar dari Afghanistan pada akhir Agustus tahun itu.
Bencana gempa itu merupakan ujian terbesar bagi kelompok Taliban, yang sebagian besar pemimpinnya mendapat sanksi dari AS dan dunia internasional karena terlibat dengan kelompok teror. Kepemimpinan mereka kini belum diakui dan dijauhi banyak negara karena pemerintahan mereka masih eksklusif dan masih terkena sanksi internasional.
Sehari setelah gempa mengguncang Afghanistan, beberapa negara telah berkomitmen untuk memberikan bantuan darurat kemanusiaan. India, yang memiliki hubungan tegang dengan Taliban, mengatakan telah mengirim 27 ton pasokan dalam dua penerbangan untuk diserahkan ke badan-badan bantuan internasional. Bantuan tidak disalurkan lewat Taliban.
Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Uni Emirat Arab mengatakan bahwa mereka berencana untuk mengirim bantuan dalam kesempatan bersama. Jerman, Norwegia, dan beberapa negara lain juga siap mengirim bantuan, tetapi menggarisbawahi bahwa mereka hanya akan bekerja melalui badan-badan PBB, bukan dengan Taliban, karena belum diakui secara resmi oleh komunitas internasional.
Pasokan bantuan dari Pakistan telah melintasi perbatasan. Organisasi bantuan, seperti Bulan Sabit Merah lokal dan Program Pangan Dunia, dilaporkan membantu keluarga yang paling rentan, seperti makanan, tenda dan alas tidur di Paktika. Pesawat bantuan dari Iran dan Qatar telah mendarat. Walau demikian, bantuan itu masih terbatas dan belum seluruh korban terjangkau.
Sebagian besar penduduk korban gempa masih kesulitan makanan dan bantuan logistik lainnya. Penduduk desa telah mengubur semua korban tewas dan menggali puing-puing dengan tangan untuk mencari korban selamat. Kantor Berita Bakhtar yang dikelola Taliban, Jumat, mengatakan, jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 1.150 orang dari laporan sebelumnya.
Haqqani mengatakan pencarian korban telah dihentikan, sekitar 48 jam setelah gempa menghancurkan Afghanistan. "Operasi pencarian telah selesai," katanya tanpa merinci. Banyak orang diselamatkan dari puing-puing bangunan setelah sebagian proses pencarian dilakukan secara manual karena mobilisasi alat berat terhambat jalan dan jembatan rusak.(AFP/REUTERS/AP/CAL)