Afghanistan Butuh Bantuan Internasional untuk Tangani Gempa
Taliban yang berkuasa di Afghanistan kesulitan menangangi korban gempa yang menewaskan sedikitnya 1.000 orang. Negara itu butuh bantuan internasional.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
AHMAD SAHEL ARMAN
Seorang anak Afghanistan dirawat di rumah sakit di kota Sharan setelah terluka dalam gempa bumi di Distrik Gayan, Provinsi Paktika, Rabu (22/6/2022).
WASHINGTON DC, KAMIS —Afghanistan membutuhkan bantuan internasional untuk menangani dampak gempa bumi yang terjadi pada Rabu (22/6/2022). Negara yang dalam situasi normal selama ini saja bergantung pada bantuan internasional semakin membutuhkan uluran dari komunitas internasional dalam situasi ini.
Juru bicara pemerintah Taliban, Bilal Karimi, mengatakan, Afghanistan membutuhkan bantuan. ”Kami mendesak semua lembaga bantuan untuk segera mengirim tim ke daerah itu untuk menangani dampak bencana lebih lanjut,” katanya.
Perdana Menteri Mohammad Hassan Akhund menggelar pertemuan darurat untuk mengoordinasikan bantuan bagi para korban. Sementara pemimpin tertinggi Taliban, Haibatullah Akhundzadah, yang hampir tidak pernah muncul di depan umum, memohon bantuan internasional.
Gempa mengguncang empat distrik di Provinsi Khost dan Paktika, Afghanistan timur, Rabu (22/6/2022) pagi waktu setempat. Sedikitnya 1.000 orang tewas dan 1.500 orang terluka akibat gempa bermagnitudo 6,1 itu.
Kepala Departemen Informasi dan Kebudayaan di Paktika Mohammad Amin Huzaifa, melalui pesan kepada wartawan, menyebutkan, upaya pencarian korban masih terus berlangsung. Korban diperkirakan masih bisa bertambah karena laporan dari daerah-daerah pegunungan terpencil belum semuanya masuk dan dinamika di lapangan masih terus berkembang.
Jepang telah menyatakan niatnya memberikan bantuan yang diperlukan kepada rakyat Afghanistan. Wakil Kepala Sekretaris Kabinet Seiji Kihara mengatakan, Tokyo sedang mengoordinasikan langkah-langkah untuk ”memberikan dukungan yang diperlukan segera”. Selain itu, Tokyo juga sedang mengkaji situasi agar bisa memahami kebutuhan korban.
Rumah-rumah hancur akibat gempa berkekuatan M 6,1 di Distrik Gayan, Provinsi Paktika, Afghanistan, Rabu (22/6/2022).
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengaku tidak mengetahui bahwa Pemerintah Taliban meminta bantuan Washington setelah gempa dahsyat di Afghanistan, Rabu (22/6/2022). Walau demikian, Washington akan membicarakannya dengan Taliban.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, mengatakan, Washington mengharapkan tanggapan darurat kemanusiaan menjadi topik pembicaraan Taliban dan pejabat AS dalam beberapa hari ini. Bantuan kemanusiaan akan dibahas bersama Taliban.
Presiden AS Joe Biden telah mengarahkan lembaga bantuan internasional AS, yakni USAID, dan entitas pemerintah federal lainnya untuk menilai bagaimana mereka dapat merespons permintaan untuk membantu para korban gempa di Afghanistan. Hal itu disampaikan oleh seorang penasihat keamanan nasional Biden, Jake Sullivan.
”Kami berkomitmen melanjutkan dukungan kami bagi kebutuhan rakyat Afghanistan saat kami berdiri bersama mereka selama dan setelah tragedi mengerikan ini,” kata Sullivan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Gedung Putih.
AHMAD SAHEL ARMAN
Seorang anak Afghanistan dan beberpa korban dirawat di rumah sakit di kota Sharan setelah terluka dalam gempa bumi di distrik Gayan, Provinsi Paktika, Rabu (22/6/2022).
Sementara itu, UNICEF dan Pakistan berjanji mengirim makanan, tenda, selimut, dan kebutuhan pokok lainnya. Rumah sakit di wilayah yang terdampak kewalahan melayani korban luka-luka.
Bencana yang ditimbulkan oleh gempa berkekuatan M 6,1 itu menjadi ujian besar bagi Pemerintah Taliban, yang merebut kembali kekuasaan hampir 10 bulan lalu dari pemerintahan dukungan Barat. Kekuasaan direbut di tengah sanksi internasional dan beberapa pekan sebelum pasukan AS dan sekutu NATO keluar dari negara itu per 31 Agustus 2021 setelah perang selama dua dekade.
Pencarian korban
Pencarian korban hidup dan korban meninggal terus dilakukan oleh warga lokal dan petugas bantuan terkait. Warga di daerah terpencil di dekat perbatasan Pakistan mencari dengan menggali pakai tangan kosong di antara puing-puing, seperti dilaporkan kantor berita Bakhtar.
Tidak segera jelas apakah bantuan peralatan berat untuk membantu pencarian korban di balik puing-puing bangunan yang roboh sedang dikirim atau tidak. Juga tidak ada laporan apakah alat-alat berat itu, jika dikirim, akan dapat masuk ke daerah-daerah terpencil.
Menurut laporan, sedikitnya 2.000 rumah hancur di wilayah perbatasan itu. Sebagian besar bangunan hancur. Setiap rumah, rata-rata dihuni tujuh atau delapan orang, seperti disampaikan oleh Ramiz Alakbarov, Wakil Utusan Khusus PBB untuk Afghanistan.
Tingkat kehancuran total di antara desa-desa di pegunungan terpencil di Afghanistan belum dapat diketahui karena jalan dan jembatan menuju lokasi rusak. Kondisi jalan rusak yang sudah terjadi sejak lama dan belum diperbaiki diperkirakan bertambah parah. Tanah longsor akibat hujan deras belum lama ini membuat akses semakin sulit.
AHMAD SAHEL ARMAN
Warga Afghanistan mengantre untuk mendonorkan darah bagi para korban gempa yang dirawat di sebuah rumah sakit di kota Sharan setelah mengalami luka-luka akibat gempa di Distrik Gayan, Provinsi Paktika, Rabu (22/6/2022).
Upaya bantuan internasional kepada Afghanistan terhambat karena banyak lembaga bantuan internasional melakukan eksodus besar-besaran setelah pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban, 15 Agustus 2022. Sebagian besar pemerintah asing juga enggan berhubungan langsung dengan Taliban.
Sejak awal kekuasaan Taliban, masyarakat internasional menyerukan agar kelompok itu menyusun pemerintahan yang lebih inklusif dan terbuka. Hal itu penting sebagai syarat untuk mendapatkan pengakuan luas atas pemerintahan mereka. Alih-alih membentuk pemerintahan inklusif dan terbuka, Taliban justru semakin ekslusif. Pemerintah juga menerapkan aturan yang represif, terutama terhadap perempuan.
Di tengah hubungan yang buruk antara Taliban dan komunitas internasional, Alakbarov mengatakan Taliban belum secara resmi meminta agar PBB memobilisasi tim pencarian dan penyelamatan internasional. Belum ada pula permintaan resmi untuk mendapatkan bantuan dari negara-negara tetangga.
Bencana itu hanya menambah kesengsaraan bagi rakyat Afghanistan yang sudah terperosok jauh ke dalam salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Sebelum gempa, sejak Taliban berkuasa lagi, jutaan orang kelaparan dan hidup miskin. Ketergantungan dari bantuan internasional menyebabkan situasi memburuk. (AFP/REUTERS)