Situasi di Lysychansk dan Sievierodonetsk yang merupakan bagian dari Provinsi Luhansk amat sulit. Rusia mencoba menghambat konsolidasi Ukraina di sejumlah kota.
Oleh
KRIS MADA DAN HARRY SUSILO DARI KYIV, UKRAINA
·4 menit baca
KYIV, KOMPAS — Ukraina terus kehilangan kendali atas wilayahnya di sisi timur negara itu. Perang kota dipadu serangan artileri dan serangan udara terus berlangsung di sejumlah provisi bagian timur dan selatan Ukraina. Penguasa darurat militer di wilayah itu terus berusaha mengevakuasi warga dari zona perang.
Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Maliar mengatakan, situasi di Lysychansk dan Sievierodonetsk yang merupakan bagian dari Provinsi Luhansk amat sulit. ”Tanpa bermaksud berlebihan, pertempuran penentuan sedang berlangsung di Sievierodonetsk dan sekitarnya. Rencana musuh adalah mencapai perbatasan Luhansk pada 26 Juni,” ujarnya, Senin (20/6/2022), di Kyiv.
Maliar tidak menjelaskan perbatasan Luhansk mana yang akan dicapai Rusia dari Sievierodonetsk, kota di Luhansk yang sudah beberapa pekan dibombardir Rusia. Dari Sievierodonetsk ke perbatasan Luhansk-Donetsk mencapai 20 kilometer. Sementara jarak terdekat perbatasan Luhansk-Kharkiv dari Sievierodonetsk mencapai 55 km.
”Rusia mengerahkan semua kekuatan menyerang sekitar Sievierodonetsk. Mereka mencoba mengepung pasukan kami. Pasukan mencoba semua cara mencegahnya,” katanya.
Penguasa Darurat Militer Sievierodonetsk Oleksandr Stryuk mengatakan, pasukan Ukraina bertahan di kawasan industri dan sekitarnya. Mereka juga bertahan di sisi lain bantaran Sungai Siversky Donetsk. Baku tembak dan bombardir berlangsung dari pagi sampai pagi lagi. ”Rusia menduduki hampir semua permukiman. Perang jalanan berlangsung tanpa henti,” ujarnya.
Bahkan, Penguasa Darurat Militer Luhansk Sergei Hidai mengakui, Metolkin di pinggiran Sievierodonetsk sudah diduduki Rusia. Sementara jembatan di antara Lysychansk dan Sievierodonetsk sudah hancur. Adapun Lysychansk terus menjadi sasaran serangan udara dan artileri. Distrik Toshkivka dan Ustynivka juga jadi sasaran serangan serupa.
Juru Bicara Kantor Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina Oleksandr Shtupun mengatakan, Rusia mencoba menghambat konsolidasi Ukraina di Lyman, Avdiivka, Kurakhiv, Novopavlivske, dan Zaporizhia. Selain artileri, Rusia juga menggunakan serangan udara untuk menghambat gerak pasukan Ukraina.
Kyiv memantau serangan udara dilancarkan Moskwa ke sejumlah distrik di Sumy, Kharkiv, Donetsk, Luhansk, hingga Zaporizhia. Sementara rudal laut terpantau meluncur ke Odesa, Kherson, dan Zaporizhia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah mengumumkan, intensitas serangan Rusia akan meningkat pekan ini. Peningkatan terjadi menjelang pengambilan keputusan Uni Eropa (UE) soal keanggotaan Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyatakan, Rusia tidak keberatan Ukraina menjadi anggota UE. Moskwa keberatan jika Kyiv bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Sebab, Moskwa khawatir NATO akan memakai Ukraina sebagai pangkalan menyerang Rusia.
Dalam piagam NATO ataupun Traktat Lisabon yang dianggap sebagai konstitusi UE, sama-sama ada klausul saling bantu jika ada anggota diserang pihak lain. Pasal 427 Traktat Lisabon dengan jelas menyebut seluruh anggota UE akan menggunakan semua cara untuk membantu salah satu anggota yang diserang pihak lain.
Sebagian anggota UE kini sudah membantu Ukraina. Selain persenjataan, mereka juga menampung warga Ukraina yang mengungsi sejak perang meletus.
Pengungsi
Hidai mengatakan, Ukraina memperingati Hari Pengungsi Sedunia dengan menjadi negara Eropa yang penduduknya paling banyak mengungsi karena perang. Mayoritas pengungsi Ukraina kini berasal dari Luhansk, Donetsk, Kharkiv, Zaporizhia, dan Kherson. ”Beberapa tahun lalu, kami menampung pengungsi. Sejak 2014, kami menjadi pengungsi,” ujarnya.
Ia merujuk pada waktu dimulainya perang saudara di Ukraina. Penolakan sebagian warga Luhansk dan Donetsk atas penggulingan Viktor Yanukovych sebagai Presiden Ukraina pada Februari 2014 memicu pemberontakan bersenjata sampai sekarang. Berkali-kali upaya perdamaian yang dimediasi berbagai negara tetap gagal. Dari hanya di Luhansk dan Donetsk, perang meluas ke berbagai penjuru Ukraina sejak 24 Februari 2022.
Dengan alasan atas permintaan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk, Presiden Putin memerintahkan operasi militer khusus ke Ukraina. Putin mengakui kedaulatan kedua daerah separatis Ukraina itu pada 20 Februari 2022.
Sejak perang 2014 sampai sekarang, jutaan orang mengungsi di dalam dan luar Ukraina. Dari Luhansk saja paling tidak ada 2 juta pengungsi. Jumlah pengungsi akan lebih banyak lagi jika menghitung dari provinsi atau oblast lain.
Menurut Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR), sebanyak 7,7 juta warga Ukraina mengungsi sejak perang meletus. Di antara mereka, sekitar 2,5 juta orang sudah kembali. Adapun 3,3 juta warga Ukraina mendapat status pengungsi sementara di Eropa. Status itu membuat mereka bisa bekerja serta mengakses jaminan sosial dan layanan kesehatan. Status itu juga memungkinkan mereka sekolah dengan status sebagai penduduk di tempat mereka mengungsi.
Sementara 1,9 juta orang lain belum diketahui akan bisa mendapat status pengungsi atau kembali ke Ukraina. Hal yang jelas, sampai sekarang mereka belum tercatat kembali masuk ke Ukraina.