Rusia Makin Intensif Menyerang, NATO: Perang di Ukraina Bisa Bertahun-tahun
Rusia terus menghujani Ukraina dengan roket dan tembakan. Di pihak lain, Ukraina pun semakin percaya diri berkat dukungan senjata negara-negara Barat. Sementara NATO memperingatkan perang di Ukraina bisa bertahun-tahun.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·5 menit baca
SIEVIERODONETSK, MINGGU — Serangan Rusia di Sievierodonetsk, Ukraina timur, semakin intensif seiring proses negosiasi antara Ukraina dan Rusia yang tak kunjung datang. Rusia menggempur beberapa wilayah di Ukraina timur dengan artileri berat dan roket. Di Metolkine, yang hanya berjarak 11 menit di sebelah tenggara Sievierodonetsk, pasukan Ukraina dipukul mundur.
Pada Minggu (19/6/2022) pagi waktu setempat, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengungkapkan perang Ukraina-Rusia bisa berlangsung bertahun-tahun. ”Kami tidak boleh kendur dalam mendukung Ukraina meski biayanya tinggi, tidak hanya untuk dukungan militer, tetapi juga karena kenaikan harga energi dan pangan,” kata Stoltenberg kepada koran Jerman, Bild am Sonntag, Minggu.
Peringatan serupa juga dilontarkan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. ”Waktu menjadi faktor yang vital,” tulis Johnson dalam artikelnya di koran Inggris, Sunday Times. ”Semuanya akan tergantung pada, apakah Ukraina mampu memperkuat kemampuannya mempertahankan wilayahnya lebih cepat daripada Rusia memperbarui kemampuan serangannya,” kata Johnson.
Dari area medan perang, Gubernur Luhansk Serhiy Gaidai mengungkapkan bahwa dalam pertempuran sengit di Metolkine, pasukan Ukraina dipukul mundur akibat serangan artileri Rusia. ”Musuh menguasai pemukiman di Metolkine,” ujarnya.
Gaidai menambahkan, di Kota Lysychansk pasukan Ukraina menghadapi situasi sulit karena gempuran roket Rusia. Pihaknya juga menyiapkan diri untuk menghadapi pertempuran jalanan. Mereka mulai menggali tanah, memasang kawat berduri, dan memarkir kendaraan-kendaraan menutupi jalan untuk memperlambatkan laju pergerakan militer Rusia.
”Kami mempersiapkan menghadapi situasi yang terburuk dan yang terbaik akan datang dengan sendirinya. Kami perlu bersiap,” kata Gaidai.
Beberapa rudal Rusia juga menghantam pabrik gas di Distrik Izyum. Rusia juga menghujani Kota Kharkiv, salah satu kota terbesar di Ukraina, dengan roket yang menghantam sebuah bangunan kota dan menimbulkan kebakaran. Tidak ada korban yang dilaporkan otoritas Ukraina.
Di Poltava dan Dnipropetrovsk juga dilaporkan gempuran-gempuran artileri Rusia, Sabtu (18/6/2022). Di tempat terpisah, tiga rudal Rusia menghancurkan depot penyimpanan bahan bakar di kota Novomoskovsk yang melukai 11 orang, satu di antaranya kritis.
Seperti dikutip dari kantor berita Rusia, TASS, Kepala Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia Kolonel Jenderal Mikhail Mizintsev menjelaskan bahwa pihaknya mengevakuasi sebanyak 29.733 warga sipil, termasuk 3.502 anak-anak dari wilayah pertempuran di Ukraina timur dalam 24 jam terakhir. Mereka dievakuasi ke wilayah Rusia.
Total, lanjut Mizintsev, pihaknya sudah mengevakuasi 1.936.911 orang, termasuk 307.423 anak-anak sejak operasi militer khusus di Ukraina dimulai. Moskwa menyebut serangan militer mereka ke Ukraina dengan istilah ”operasi militer khusus”.
Mizintsev mengklaim, setidaknya terdapat 1.664 kendaraan dari Ukraina menyeberang ke wilayah Rusia selama 24 jam terakhir. Total selama operasi militer khusus terdapat 288.318 kendaraan yang masuk ke Rusia.
Dengan dukungan negara-negara Barat, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy semakin percaya diri akan mampu bertahan, bahkan memenangi pertempuran. Dalam beberapa hari terakhir, Zelenskyy mengunjungi sejumlah wilayah perang di Ukraina Timur untuk memberi semangat pasukannya.
”Laki-laki dan perempuan pemberani yang berada di garis depan, semuanya bekerja keras. Kita pasti akan bertahan. Kita pasti akan menang!” kata Zelenskyy di hadapan pasukan Ukraina.
Keanggotaan di UE
Sebelumnya, Zelenskyy memperoleh kabar gembira dengan adanya lampu hijau dari Uni Eropa (UE) pada Ukraina untuk mendapat status resmi sebagai kandidat anggota UE. Meski proses bergabung ke UE akan memakan waktu bertahun-tahun, kabar tersebut dapat menjadi penyemangat baru bagi Kyiv dalam bertempur menghadapi Rusia.
Selain itu, tujuh negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) juga menyatakan bakal menyuplai senjata berat ke Ukraina. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan peluang bagi Kyiv dalam upaya merebut kembali wilayah Ukraina timur dari Rusia. Amerika Serikat sudah sejak awal mengirim senjatanya ke Ukraina.
Menanggapi hal itu, Presiden Rusia Vladimir Putin, seperti dikutip TASS, mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan lampu hijau UE untuk menjadikan Ukraina sebagai anggota blok Eropa tersebut. Ia menyatakan tidak akan menolak dan menghalangi langkah tersebut. Hal ini disampaikan Putin pada Forum Ekonomi Internasional Saint Petersburg (SPIEF), Jumat lalu, yang dirilis TASS, Sabtu (18/6/2022).
”UE bukan organisasi militer atau blok politik militer, berbeda dengan NATO. Kami sudah berulang kali mengatakan, dan saya selalu menyatakan bahwa posisi kami sangat konsisten dan jelas dalam persoalan ini: tidak ada yang kami tolak (terkait keanggotaan Ukraina di UE),” kata Putin seperti dikutip TASS.
Perundingan damai
Di sela-sela penyelenggaraan SPIEF tersebut, Kepala Delegasi Rusia dalam perundingan dengan Ukraina, Vladimir Medinsky, mengungkapkan bahwa rancangan perjanjian damai antara Ukraina dan Rusia sudah disepakati hingga 75 persen bahkan sejak April lalu.
”Kami mengadakan pembicaraan intensif dengan pihak Ukraina untuk waktu yang lama mengenai persyaratan penyelesaian pascakrisis. Negosiasi ini berakhir pada 15 April ketika kami menyerahkan rancangan perjanjian yang disepakati oleh kelompok-kelompok perunding ke pihak Ukraina. Sebanyak 75 persen isi draf telah disetujui,” kata Medinsky.
TASS melaporkan, negosiasi Rusia-Ukraina telah berlangsung sejak 28 Februari. Beberapa pertemuan berlangsung di Belarus. Setelah itu, kedua pihak melanjutkan perundingan mereka melalui tautan video. Putaran tatap muka diadakan di Istanbul, Turki, pada 29 Maret.
Putin mengatakan kepada wartawan pada 12 April bahwa Kyiv telah menyimpang dari kesepakatan yang dicapai di Turki dan membawa proses ini ke jalan buntu. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan pada 20 April bahwa Moskwa telah menyerahkan rancangan dokumennya kepada Kyiv tentang perjanjian dengan formulasi yang jelas dan mengharapkan balasan. Pihak Rusia juga menekankan bahwa menunda negosiasi adalah inisiatif sepenuhnya Ukraina.
Kunjungi pasukan Ukraina
Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Kamis (16/6/2022) menyatakan bahwa negosiasi dengan Rusia terhenti karena ia melihat niat Moskwa untuk mengintimidasi semua negara di Eropa dan terus menggempur negaranya. Menurut dia, Rusia tidak bersungguh-sungguh mencari jalan damai.
”Kyiv akan bertahan dan saya bangga dengan mereka yang terus berjuang di garis depan,” kata Zelenskyy.
Pada Sabtu (18/6/2022), Zelenskyy mengunjungi pasukan Ukraina yang bertempur di wilayah selatan negerinya, di kota Mykolaiv, dekat Laut Hitam, sekitar 600 kilometer selatan ibu kota Kyiv. Ia juga berkunjung ke pos-pos pasukan di area terdekat kota itu dan di wilayah Odesa.
”Penting bagi kalian untuk tetap hidup. Selama kalian hidup, ada tembok kuat Ukraina yang melindungi negara kita,” kata Zelenskyy kepada tentara Ukraina di wilayah Odesa. ”Saya ingin menyampaikan terima kasih dari rakyat Ukraina kepada kalian atas jerih payah kalian yang hebat dan tanpa kekurangan.”
Mykolaiv adalah salah satu target serangan Rusia. Berlokasi di wilayah menuju area strategis Pelabuhan Odesa, Mykolaiv berjarak sekitar 100 kilometer barat laut Kherson. Kherson saat ini sudah jatuh ke tangan Rusia. (AP/AFP/REUTERS/SAM)