Telepon Putin, Xi Jinping Nyatakan China Dukung Rusia
Xi menyatakan semua pihak harus bertanggung jawab mendorong penyelesaian yang tepat untuk krisis Ukraina. Ia juga memuji momentum yang baik dalam hubungan bilateral China-Rusia saat menghadapi gejolak global.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
BEIJING, RABU — Setelah selama ini menolak untuk bersikap soal invasi Rusia ke Ukraina, baru kali ini China secara jelas menyatakan dukungan kepada Rusia. China mendukung ”kedaulatan dan keamanan” Rusia. Pernyataan ini langsung memicu peringatan dari Amerika Serikat yang menyebutkan China keliru memberikan dukungan kepada Rusia dan ”berada pada sisi sejarah yang salah”.
Penegasan dukungan China terhadap Rusia itu diutarakan Presiden China Xi Jinping ketika berkomunikasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon, Rabu (15/6/2022). Ini kali kedua Xi dan Putin berbicara melalui telepon sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022.
Kantor berita China, Xinhua, dan media CCTV juga menyebutkan, Xi menyatakan semua pihak harus bertanggung jawab mendorong penyelesaian yang tepat untuk krisis Ukraina. Pada perbincangan keduanya, sebut CCTV, Xi memuji momentum yang baik dalam hubungan bilateral China-Rusia sejak awal tahun saat menghadapi gejolak dan perubahan global.
China ingin mengintensifkan koordinasi strategis kedua negara. Kremlin menyebutkan kedua pemimpin sepakat meningkatkan kerja sama ekonomi dalam menghadapi sanksi-sanksi Barat yang ”melanggar hukum”. Kedua negara menyepakati akan memperluas kerja sama bidang energi, keuangan, industri, transportasi, dan lain-lain dengan mempertimbangkan situasi ekonomi global yang semakin rumit karena kebijakan sanksi dari Barat.
China menolak mengkritik invasi Rusia ke Ukraina atau bahkan menolak menyebutnya dengan istilah seperti itu sambil menuduh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan negara-negara Barat telah memprovokasi Moskwa untuk menyerang. Beberapa minggu sebelum serangan Rusia, Putin dan Xi bertemu di Beijing dan menyaksikan penandatanganan perjanjian hubungan kedua pihak yang akan ”tidak ada batasnya”. Belum jelas apakah Xi pada saat itu mengetahui rencana Rusia untuk menyerang Ukraina.
Dalam pertemuan itu, kedua pemimpin melawan tekanan AS, menyatakan penentangan mereka terhadap perluasan NATO, dan menegaskan Taiwan adalah bagian dari China. Mereka bertemu beberapa jam sebelum Olimpiade Musim Dingin dimulai di Beijing. Dalam pembicaraan pada Rabu, Xi mengatakan kepada Putin bahwa China ”bersedia bekerja sama dengan Rusia untuk mengembangkan kerja sama bilateral pragmatis yang stabil dan dalam jangka panjang”.
Moskwa dan Beijing semakin menyelaraskan kebijakan luar negeri mereka untuk menentang kekuatan demokrasi liberal di Asia, Eropa, dan sekitarnya, serta menegaskan pemerintahan dengan pembatasan yang ketat dan kurang memperhatikan kebebasan berbicara, hak-hak minoritas, atau politik oposisi.
Pada pekan lalu, Rusia dan China meluncurkan proyek jembatan jalan pertama yang menghubungkan kedua negara, lebih tepatnya menghubungkan kota Blagoveshchensk di Rusia dengan kota Heihe di China utara. Menurut data bea cukai China, Beijing merupakan mitra dagang terbesar Moskwa dengan volume perdagangan sekitar 147 miliar dollar AS pada tahun lalu.
AS pantau China
AS dingin menanggapi sikap China terhadap Rusia dan menegaskan akan tetap memantau pergerakan China. ”China mengklaim netral, tetapi perilakunya menjelaskan mereka masih berhubungan dekat dengan Rusia. Negara-negara yang berpihak pada Vladimir Putin akan menemukan diri mereka di sisi sejarah yang salah,” kata salah seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
Negara-negara Barat telah menerapkan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia sebagai pembalasan atas invasinya ke Ukraina. Rusia menuding Eropa dan AS justru menyebabkan perlambatan ekonomi global. Rusia kini gencar mencari pasar dan pemasok baru untuk menggantikan perusahaan-perusahaan asing besar yang meninggalkan Rusia setelah invasi.
Uni Eropa dan AS telah memperingatkan, dukungan Beijing atas perang Rusia atau bantuan bagi Moskwa untuk menghindari sanksi Barat akan merusak hubungan mereka. China dan India merupakan dua negara yang belum ikut mengambil bagian dalam tindakan pembalasan terhadap Moskwa.
Di mata pejabat China, Eropa telah membiarkan diri mereka terbawa arus untuk mendukung Ukraina, atas inisiatif AS, padahal mereka membutuhkan pasokan gas dari Rusia. China dan Rusia yang pernah menjadi musuh ketika Perang Dingin dalam beberapa tahun terakhir bergandengan mesra dan menjadi penyeimbang dari dominasi global AS. (REUTERS/AFP/AP)