Warga Ukraina Terancam Dievakuasi ke Wilayah Separatis Pro-Rusia
Rusia membuka jendela waktu selama 12 jam bagi warga sipil untuk keluar dari pengepungan di Azot. Kyiv menyatakan masih berusaha mengevakuasi warga sipil setelah pasukan Rusia menghancurkan jembatan terakhir.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·5 menit baca
KYIV, RABU — Pasukan Rusia dilaporkan akan mengevakuasi paksa ratusan warga sipil Ukraina dari area pabrik kimia Azot di kota industri Sievierodonetsk, Ukraina timur. Sedikitnya 500 warga sipil itu akan dibawa melalui koridor kemanusiaan yang dibuka terbatas selama 12 jam menuju kota Svatovo di Provinsi Luhansk yang dikuasai separatis pro-Rusia sejak 2014.
Rencana itu diumumkan Moskwa pada Rabu (15/6/2022) dan merupakan kabar buruk bagi Kyiv. Sebab, selain kehilangan sebagian wilayahnya di Ukraina timur, ribuan warga Ukraina yang sebelumnya telah dievakusi ke wilayah Donbas, yang meliputi Provinsi Luhansk dan Provinsi Donetsk, telah menjadi warga Rusia. Selain itu, Rusia juga mengultimatum tentara dan pejuang Ukraina di pabrik Azot untuk meletakkan senjata.
Menurut Kyiv, lebih dari 500 warga sipil dan tentara Ukraina terjebak di dalam area pabrik kimia Azot. Sebelumnya Kyiv menyebutkan, sekitar 800 warga sipil, yang terdiri dari karyawan di kawasan industri dan pabrik kimia serta warga kota Sievierodonetsk, berlindung di bungker perlindungan di Azot.
BBC News melaporkan, Rusia hanya membuka jendela waktu selama 12 jam bagi warga sipil keluar dari pengepungan di Azot. Namun, dari pengalaman di beberapa kota sebelumnya, termasuk di Mariupol, warga sipil juga jadi target.
Dalam insiden di Mariupol, menurut BBC News, Rusia dituduh menargetkan keluarga yang telah ditawari untuk pergi dengan aman. Tawaran serupa kepada warga sipil di Azot memicu ketakutan dan skeptisisme. Namun, Rusia membantah dan justru menyiapkan koridor evakuasi.
Pada Selasa (14/6/2022), Kyiv menyatakan masih berusaha mengevakuasi warga sipil setelah pasukan Rusia menghancurkan jembatan terakhir yang menghubungkan Sievierodonetsk dengan Lysychansk. Keduanya disebut kota kembar karena hanya dipisahkan sungai Siverskyi Donets dan dihubungkan jembatan. Dengan semua jembatan menuju dan dari Sievierodonetsk dihancurkan, pasukan Ukraina berisiko dikepung. Kyiv menyebutkan, proses evakuasi dan distribusi bantuan menjadi sangat sulit.
Pasukan Ukraina bertahan dan belum menyerah meski pengeboman dan serangan rudal atau roket Rusia selama berminggu-minggu telah menghancurkan sebagian besar Sievierodonetsk. Mikhail Mizintsev, Kepala Pusat Manajemen Pertahanan Rusia, menyerukan pasukan Ukraina menyerah.
Seluruh pasukan Ukraina, kata Mizintsev, harus menghentikan perlawanan mereka yang ”tidak masuk akal” dan meletakkan senjata terhitung sejak Rabu pukul 08.00 waktu Moskwa atau Rabu pukul 12.00 WIB. Pasukan Ukraina tak menghiraukannya.
Intelijen Inggris mengatakan, orang-orang di pabrik kimia Azot dapat bertahan hidup di bawah tanah. Pasukan Rusia kemungkinan akan tetap fokus pada serangan ke pabrik itu.
Situasi di area pabrik Azot seperti mengulangi lagi pengepungan Rusia di area pabrik baja Azovstal, kota pelabuhan Mariupol, Mei lalu. Ratusan pejuang dan warga sipil berlindung di Azovstal. Mereka yang menyerah dibawa ke tahanan Rusia.
”Serangan artileri berat Rusia di Azot bertubi-tubi sehingga orang tidak tahan lagi di tempat persembunyian, kondisi psikologis mereka amat tertekan,” kata Gubernur Luhansk Sergei Gaiday. ”Pasukan kami bertahan melawan serangan dari tiga sisi,” katanya.
Menurut Gaiday, pasukan Ukraina mempertahankan Sievierodonetsk sampai akhir dan berusaha menghentikan musuh agar tidak maju ke Lysychansk yang dipisahkan sungai dari Sievierodonetsk. Bagi Rusia dan Ukraina, kota industri utama itu menjadi penentu kemenangan perang.
”Namun, Rusia semakin dekat, penduduk kota menderita, dan rumah-rumah dihancurkan oleh pasukan Rusia,” kata Gaiday. Staf umum Ukraina menegaskan, tentara Ukraina masih bisa memukul mundur serangan Rusia di Sievierodonetsk.
Di tengah situasi yang semakin tak pasti di area pabrik Azot, benteng terakhir pertahanan Ukraina di Sievierodonetsk, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyerukan kepada Barat agar menambah suplai senjata canggih ke Kyiv. Tentara Ukraina menderita ”kekalahan yang menyakitkan” di Donbas timur.
Zelenskyy mengatakan, sangat penting untuk mempertahankan Donbas, kunci untuk menentukan kemenangan pertempuran. ”Semakin banyak kerugian yang diderita musuh di sana, semakin sedikit kekuatan yang mereka miliki untuk melanjutkan agresi,” kata Zelenskyy.
Itu sebabnya Zelenskyy menyerukan pentingnya tambahan senjata dan amunisi. Ia mengatakan, pertempuran paling sengit terjadi di Sievierodonetsk dan di kota serta komunitas sekitarnya. ”Sayangnya, kerugiannya menyakitkan. Namun, kita harus bertahan, ini adalah negara kita.”
Untuk merespons situasi yang semakin genting di Ukraina timur dan menanggapi seruan Zelenskyy, para menteri pertahanan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berkumpul di Brussel, Rabu. Mereka membahas pengiriman lebih banyak senjata berat ke Ukraina.
Pertemuan di Brussel itu dipimpin Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin. Ini ketiga kalinya kelompok hampir 50 negara bertemu untuk membahas dan mengoordinasikan bantuan ke Ukraina.
Kyiv memperbarui permohonan kepada AS dan sekutu Barat untuk mengirim artileri berat lebih banyak dan lebih baik, serta tank, pesawat nirawak, dan senjata berat lainnya. Barat telah menjanjikan senjata standar NATO, termasuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi M142 (HIMARS) dari AS.
Sementara itu, Rusia juga dilaporkan berencana menyerang Sloviansk, kota lain di Donbas. Serangan akan diarahkan dari utara dan di sepanjang titik dekat Bakhmut.
Di Provinsi Donetsk, infrastruktur penting termasuk rumah, sekolah, rumah sakit, dan pasar hancur. ”Ini telah membuat hidup hampir tak tertahankan bagi orang-orang di sana. Mereka kekurangan air bersih dan takut keluar rumah berhari-hari,” kata juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric, di New York.
Di Ukraina selatan, militer Ukraina mengatakan telah melakukan tiga serangan udara terhadap konsentrasi pasukan, depot bahan bakar, dan peralatan militer Rusia di Kherson. Sementara Rusia, Rabu, mengatakan, pasukannya menghancurkan sebuah depot senjata NATO di Ukraina barat.
”Di dekat kota Zolochiv di wilayah Lviv (Ukraina barat), rudal jarak jauh Kalibr berpresisi tinggi menghancurkan gudang amunisi senjata asing yang dikirim ke Ukraina oleh negara-negara NATO, termasuk Howitzer M777 155 milimeter,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataan. (AFP/REUTERS/AP)