Situasi di Sievierodonetsk Genting, Ratusan Warga Sipil dalam Bahaya
Rute evakuasi warga sipil dari Sievierodonetsk, benteng pertahanan terakhir Ukraina di Luhansk, Donbas, Ukraina timur, terputus. Mereka kini terperangkap perang.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·5 menit baca
Situasi di Sievierodonetsk, kota pusat industri di Provinsi Luhansk, wilayah Donbas, Ukraina timur, sangat genting bagi warga sipil dan misi penyelamatan mereka. Pasukan Rusia didukung separatis Ukraina, yang menjadi garda terdepan serangan, memutus akses dari dan ke kota itu.
Pasukan Rusia dan proksinya telah meledakkan sebuah jembatan, akses satu-satunya yang tersisa untuk Sievierodonetsk, Senin (13/6/2022). Rute evakuasi warga sipil dari kawasan industri dan pabrik kimia Azot, benteng pertahanan terakhir kota itu, putus. Mereka pun terperangkap perang.
Hal yang paling menyedihkan lagi, bantuan darurat kemanusiaan, terutama untuk suplai makanan, pakaian, dan obat-obatan, tidak bisa masuk. Situasi kritis ini serupa yang dialami ratusan warga sipil di Mariupol, kota pelabuhan di tepi Laut Azov, Provinsi Donetsk, Ukraina selatan, bulan lalu.
Pejabat Ukraina mengatakan, Rusia telah meledakkan sebuah jembatan penghubung dari dan ke Sievierodonetsk, Senin. Itu terjadi saat Kremlin terus menekan dengan hujan tembakan artileri untuk merebut Sievierodonetsk, kunci kemenangan di Donbas, Ukraina timur.
”Jembatan terakhir (dari dan) ke kota itu hancur, menjebak warga sipil yang tersisa dan membuat pengiriman bantuan kemanusiaan menjadi mustahil,” kata Gubernur Luhansk, Sergey Gaiday, sambil menambahkan bahwa 70-80 persen kota itu berada di bawah kendali Rusia.
”Mereka menghancurkan semua jembatan dan masuk ke kota menjadi tidak mungkin lagi. Evakuasi juga menjadi mustahil,” katanya kepada Radio Free Europe, seperti dikutip kantor berita Agence-France Presse (AFP), Selasa.
Gaiday juga mengatakan, seorang anak berusia enam tahun termasuk di antara mereka yang tewas dalam penembakan terbaru di Lysychansk, kota tetangga Sievierodonetsk. Kedua kota itu hanya dipisahkan oleh sebuah sungai sehingga sering disebut sebagai kota kembar.
Pekan lalu, Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan, sekitar 100 tentaranya tewas setiap hari dan 500 orang lainnya luka-luka. Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperkirakan 60-100 tentara Ukraina tewas setiap hari.
Ratusan warga bertahan di pabrik
Moskwa mengklaim bahwa pasukannya mengendalikan lebih dari 90 persen kota Sievierodonetsk. Sebanyak 300-400 warga sipil bertahan di pabrik kimia Azot di kota itu. Kyiv menyebut, sekitar 800 orang warga sipil, yakni karyawan pabrik dan warga kota, meringkuk di ruang bawah tanah pabrik.
Tidak terbayangkan betapa mereka diliputi rasa cemas yang hebat. Kyiv mengeluarkan seruan yang mendesak sekutu Baratnya untuk lebih banyak mengirimkan senjata berat guna membantu mempertahankan Sievierodonetsk. Kota itu, katanya, kunci pertempuran di Donbas.
Zelenskyy, Selasa (14/6/2022) dini hari WIB, mengatakan, pertempuran di Donbas timur akan dianggap sebagai salah satu yang paling brutal dalam sejarah Eropa. Bagian timur Donbas, yakni Luhansk dan Donetsk, diklaim separatis Ukraina pro-Rusia sejak 2014.
Serangan tanpa ampun dari proksi Rusia memicu kekhawatiran luas di kalangan pejabat Ukraina, mengingatkan kematian tragis ribuan warga sipil Bucha dan Mariupol. Zelenskyy khawatir tragedi itu terulang. ”Bagi kami, harga pertempuran ini sangat tinggi. Itu menakutkan,” kata Zelenskyy.
Ia terus mendesak Barat untuk memasok artileri modern bagi Ukraina walau pasukannya sulit mengoperasikannnya dengan cepat. ”Kami menarik perhatian sekutu setiap hari pada fakta bahwa hanya dengan artileri modern yang cukup kami dapat meraih kemenangan.”
Pada hari yang sama, Staf Khusus Presiden Ukraina Mikhailo Podolyak mengatakan, Ukraina jelas membutuhkan senjata berat untuk menang perang. Kyiv butuh 1.000 meriam kaliber 155 milimeter, 300 peluncur roket multi laras, 500 tank, 2.000 kendaraan lapis baja, dan 1.000 pesawat nirawak atau drone.
Penentu kemenangan
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, Senin (13/6/2022), mengatakan, Sievierodonetsk adalah kunci kemenangan. Tujuan utama Rusia ialah melindungi Donetsk dan Luhansk. Itu disampaikannya setelah Denis Pushilin, pemimpin separatis Donetsk, meminta pasukan tambahan dari Moskwa.
Separatis Donetsk mengatakan, tiga orang tewas dan 18 terluka oleh tembakan Ukraina yang menghantam pasar pusat Maisky. Rudal itu disebut berstandar NATO dengan kaliber 155 milimeter. Foto dari kantor berita Donetsk menunjukkan kios-kos terbakar dan beberapa mayat di tanah.
”Seluruh front menjadi sasaran penembakan terus-menerus,” kata Gubernur Donetsk, Pavlo Kyrylenko, yang pro-Kyiv kepada TV Ukraina, Senin malam atau Selasa dini hari WIB, merujuk pada kota-kota kota Maryinka, Krasnohorivka, Vuhledar, dan Avdiivka.
Sebelumnya, Minggu (12/6/2022), pasukan Moskwa menghancurkan depot persenjataan besar Barat di sebuah kota di Ternopil, Ukraina barat. Rudal-rudal berbasis utara dan berpresisi tinggi menghancurkan senjata Barat di dekat statiun kereta api Udachne, barat laut Donetsk.
Kementerian Dalam Negeri Ukraina mengonfirmasi serangan di Udachne itu lewat aplikasi Telegram. Dikatakan, Udachne telah terkena serangan Rusia pada Minggu malam hingga Senin, tanpa menyebutkan apakah benar senjata Barat telah menjadi sasaran rudal Rusia.
Moskwa telah mengkritik Washington dan sekutu Baratnya karena mengirim senjata ke Ukraina serta mengancam akan menyerang target baru jika Barat terus memasok rudal jarak jauh. Media Politico, Senin malam, melaporkan bahwa Komisi Eropa merekomendasikan Ukraina sebagai negara kandidat UE.
Menyerah atau mati
Kantor berita Rusia, RIA, mengutip juru bicara separatis pro-Moskwa, Eduard Basurin, mengatakan bahwa pasukan Ukraina secara efektif diblokade di Sievierodonetsk dan harus menyerah atau mati. Damien Magrou, juru bicara Legiun Internasional untuk Pertahanan Ukraina, mengkhawatirkan nasib warga sipil, personel pasukan, dan petempur Ukraina. Situasi di Sievierodonetsk berisiko menjadi seperti Mariupol, Bucha, dan Kramatorsk.
Dalam kejatuhan Mariupol bulan lalu, ratusan warga sipil dan tentara Ukraina yang terluka parah terjebak selama berminggu-minggu di pabrik baja Azovstal. Rusia membantah menargetkan warga sipil dalam ”operasi militer khusus” untuk menjaga keamanan Rusia dan denazifikasi Ukraina itu.
Situasi genting yang dialami warga sipil, juga pasukan Ukraina dan pejuang loyalis Kyiv, ini mengirim gelombang krisis kemanusiaan yang baru. Berjuta-juta juta orang telah mengungsi dari Ukraina. Dunia telah dilanda krisis pangan dan energi hingga ekonomi di beberapa negara ambruk.
Kepala Kantor Komisioner Tinggi HAM PBB Michelle Bachelet telah memperingatkan bahwa perang di Ukraina berisiko menjerumuskan jutaan orang di seluruh dunia ke dalam jurang kemiskinan pangan. Para aktivis kemanusiaan menyerukan Rusia dan Ukraina untuk kembali duduk di meja perundingan untuk menciptakan kembali dunia yang damai. (AFP/REUTERS/AP)