Berhubung sedang perang, mereka tak sempat berpesta, apalagi berbulan madu. Hari itu juga, mereka kembali bertugas ke medan perang.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
Ini perang. Namun, kehidupan harus terus berjalan bagi dua pasangan prajurit Ukraina yang tengah bertugas di garis depan mempertahankan negara. Ditingkahi raungan sirene peringatan serangan udara Rusia, mereka meneguhkan ikatan cinta dalam upacara pernikahan sederhana, Minggu (12/6/2022).
Kedua pasangan ini sama-sama tengah aktif bertugas di angkatan bersenjata Ukraina. Bersama-sama, mereka menikah di kota kecil Druzhkivka, sekitar 40 kilometer dari zona garis depan pertempuran pasukan Ukraina dan Rusia. Langit cerah, beberapa rekan prajurit membawa buket bunga, mengiringi langkah keempat pemuda ini.
Salah satu mempelai perempuan, Khrystyna Lyuta (23), adalah prajurit kelas satu. Ia mengenakan celana panjang loreng dilengkapi sepatu bot dan blus merah berhias bordir bunga khas Ukraina. ”Saya terbiasa dengan seragam ini,” tutur Lyuta tentang pilihan busana pengantinnya.
Lyuta bertemu suaminya, Volodymyr Mykhalchuk (28), baru dua bulan lalu. Mereka tinggal terpisah sekitar 5 kilometer di wilayah yang sama di Vinnytska, tetapi mungkin tidak akan pernah bertemu jika tidak karena perang. ”Ini bukan keputusan terburu-buru. Hal utama, kami saling mencintai dan ingin bersama,” ujar Mykhalchuk.
Pengantin perempuan lainnya, Kristina (23), yang bertugas di korps sandi, memilih gaun pernikahan konvensional warna putih panjang, juga dengan bordir merah, untuk menikahi Vitaliy Orlich (23), penembak jitu. ”Saya percaya ini tentang menciptakan keluarga baru. Tidak penting di mana atau bagaimana terjadinya,” tutur Kristina.
Kedua mempelai pria mengenakan seragam tentara. Mereka menikah di depan kantor catatan sipil yang tutup karena perang. Jalanan lengang, hanya beberapa mobil tampak melintas, dan sesekali trem. Karung pasir ditumpuk di depan jendela toko dan kafe.
Kedua pasangan itu tetap menjalani prosesi pernikahan tradisional Ukraina. Mereka melangkah bersama di bawah selempang berhias bordir, melambangkan kebersamaan. Pendeta di satuan mereka memberikan berkat sesuai tradisi Kristen Ortodoks, memerciki mereka dengan air suci, dan memasang mahkota di kepala mereka.
Tidak ada keluarga yang hadir, tetapi tetap memberikan restu. Pendeta Yuriy Zdebskiy menuturkan, ini pernikahan pertama di satuan itu selama perang berlangsung. ”Tidak ada waktu untuk pesta,” tuturnya.
Berhubung sedang perang, mereka tak sempat berpesta, apalagi berbulan madu. Hari itu juga, mereka kembali bertugas ke medan perang. ”Saya tidak bisa memberi mereka libur seperti biasanya. Hanya, mereka tidak akan ada di garis depan. Mereka di bagian belakang,” kata komandan brigade, Oleksandr Okhrimenko, kepada kantor berita AFP.
Okhrimenko memilki wewenang untuk mengesahkan pernikahan itu di bawah hukum darurat. Keempat prajurit itu berada di Separate Mechanized Brigade Ke-14 dan telah bertugas di wilayah Donbas di Ukraina timur sejak Mei. Lokasi pernikahan dipilih dengan mempertimbangkan alasan keamanan.
Kota Druzhkivka terletak di garis lurus dari tiga kubu. Pasukan Rusia menggempur kota sekitarnya, yakni Sloviansk di timur laut, Bakhmut di timur, dan Gorlivka di tenggara. Meski relatif tak tersentuh, Druzhkivka tetap terkena dampak serangan.
Beberapa jam kemudian, telah terdengar dentuman tembakan dan terlihat asap membubung karena terjadi baku tembak di Bakhmut. Sirene sempat meraung tiga kali saat upacara pernikahan, tetapi tak cukup kuat untuk menghentikannya. (AFP)