Babak Baru Perang, 3 Kombatan Asing Pro-Ukraina Dihukum Mati
Perang Rusia-Ukraina memasuki babak baru. Untuk pertama kalinya, tiga kombatan asing yang berperang untuk Ukraina divonis hukuman mati oleh separatis loyalis Rusia di Ukraina timur.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
KYIV, JUMAT — Pengadilan yang dibentuk kelompok separatis loyalis Moskwa di Ukraina timur, seperti diberitakan oleh media-media Rusia, Kamis (9/6/2022), menghukum mati tiga petempur asing yang berperang untuk pasukan Ukraina melawan pasukan Rusia. Tiga orang itu terdiri dari dua petempur Inggris dan seorang warga Maroko.
Ini adalah babak baru perang Ukraina-Rusia saat pasukan Moskwa berfokus merebut pusat industri strategis Ukraina di Sievierodonetsk, wilayah timur negara tersebut. Vonis hukuman mati oleh pengadilan Republik Rakyat Donetsk (DPR) itu bisa menjadi preseden bagi Ukraina, yang juga menangkap banyak milisi pro-Rusia, untuk melakukan tindakan serupa.
Otoritas separatis Ukraina pro-Rusia di Donetsk, wilayah Donbas, Ukraina timur, menyebutkan, dua warga negara Inggris yang dijatuhi hukuman mati itu adalah Aiden Aslin dan Shaun Pinner, sedangkan warga negara Maroko itu bernama Saadun Brahim. Televisi Rusia mengatakan, ketiganya dihukum mati setelah dituduh bertindak sebagai tentara bayaran untuk Kyiv. Belum ada komentar Kyiv tentang mereka.
Kantor berita Agence-France Presse (AFP) melaporkan, Aslin dan Pinner menyerahkan diri kepada separatis atau milisi loyalis Rusia di kota Pelabuhan Mariupol yang berada wilayah administrasi Donetsk, April 2022. Penyerahan diri itu terjadi setelah kota Mariupol dikepung pasukan Rusia selama berminggu-minggu yang berakhir dengan penyerahan diri pasukan Ukraina dan milisi pendukungnya.
Adapun Brahim menyerah pada Maret di kota Volnovakha, Donetsk. Luhansk dan Donetsk merupakan dua provinsi di wilayah Donbas, Ukraina timur.
Seusai ditangkap, dua kombatan dari Inggris itu kemudian muncul di TV Rusia. Keduanya menyerukan agar Pemerintah Inggris mau bernegosiasi untuk pembebasan mereka. Setelah mendengar kabar hukuman mati itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyatakan dirinya ”sangat prihatin”.
Johnson menjanjikan berupaya menegosiasikan pembebasan Aslin dan Pinner. ”Sesuai Konvensi Geneva, tawanan perang berhak atas kekebalan kombatan,” kata seorang juru bicara Johnson.
Selama persidangan yang berlangsung tiga hari, ketiga orang itu mengaku bersalah. Kantor berita Rusia, Interfax, melaporkan bahwa mereka melakukan ”tindakan untuk merebut kekuasaan dan menggulingkan tatanan konstitusional Republik Rakyat Donetsk”. Kantor berita Rusia lainnya, TASS, mengatakan, pengacara yang mewakili salah satu dari ketiga orang asing itu akan mengajukan banding.
Pengumuman soal hukuman mati atas tiga milisi asing itu terjadi saat pasukan Rusia terus membombardir Sievierodonetsk di Luhansk. Rusia mengklaim telah mengendalikan lebih dari 90 persen Luhansk. Sievierodonetsk adalah kunci penentu Rusia untuk menguasai sepenuhnya Luhansk yang sebagian wilayahnya memang telah dikendalikan kelompok separatis Ukraina pro-Rusia sejak 2014.
Terkait pertempuran di Sievierodonetsk atau wilayah Ukraina timur umumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Kamis, mengatakan bahwa pasukannya masih bertahan. Dia mengungkapkan, pertempuran sengit sedang berlangsung. Keberhasilan Ukraina mempertahankan kota Sievierodonetsk dapat menentukan nasib seluruh Donbas. Oleh karena itu, pasukan Ukraina akan bertahan sampai akhir.
Pertempuran jalanan
Beberapa pejabat Ukraina di Kyiv mengatakan, pertempuran jalanan yang intensif terjadi siang dan malam di Sievierodonetsk. Rusia merangsek maju dan telah menguasai sebagian besar kota itu. Meski demikian, pasukan Ukraina belum menyerah. Kota Sievierodonetsk dan kota kembarnya, Lysychansk, yang dipisahkan sungai Siverskyi Donets, merupakan salah satu lokasi pertempuran utama Rusia melawan Ukraina.
Sekretaris Dewan Keamanan Ukraina Oleksiy Danilov, Kamis, mengatakan, situasi di Sievierodonetsk ”sangat rumit”. Dia menyebutkan, pasukan Rusia memusatkan seluruh kekuatan mereka di daerah itu. vMereka (Rusia) tidak mengasihi orang-orang mereka. Mereka hanya mengirim orang-orang itu menjadi umpan meriam. Mereka menembaki militer kami siang dan malam,” kata Danilov kepada Reuters.
Kyiv mengatakan, satu-satunya harapan untuk membalikkan keadaan di Sievierodonetsk adalah mengerahkan lebih banyak lagi artileri untuk mengimbangi senjata Rusia. Gubernur Luhansk yang membawahi Sievierodonetsk, Sergiy Haiday, kemarin, meminta Barat terus memperbanyak bantuan senjata canggih agar membantu Ukraina untuk mengalahkan pasukan penjajah Rusia.
vBegitu kami memiliki artileri jarak jauh untuk dapat melakukan duel dengan artileri Rusia, pasukan khusus kami dapat membersihkan kota dalam dua hingga tiga hari,” kata Gaiday.
Komandan Batalyon Pengawal Nasional Svoboda Ukraina, Petro Kusyk, mengatakan, Ukraina menarik Rusia ke pertempuran jalanan untuk menetralkan keunggulan artileri mereka. ”Kemarin kami berhasil meluncurkan serangan balasan. Di beberapa daerah kami berhasil mendorong mereka mundur satu atau dua blok. Di tempat lain mereka mendorong kami hanya melewati satu atau dua gedung,” katanya.
Namun, menurut Kusyik, pasukannya menderita ”bencana” kekurangan artileri untuk membalas senjata Rusia. Jika bisa mendapatkan senjata tambahan, ia yakin, pasukan Ukraina akan mampu membalikkan situasi di medan perang. Negara-negara Barat telah menyediakan senjata dan bantuan untuk Ukraina sejak invasi 24 Februari dan banyak milisi asing berperang dengan Ukraina melawan Rusia.
Di wilayah selatan, Rusia mencoba untuk memaksakan aturannya di wilayah pendudukan yang mencakup provinsi Kherson dan Zaporizhzhia. Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan telah merebut wilayah baru dalam serangan balik di Kherson. Zelenskyy mengatakan dalam pidatonya, ”Ukraina memiliki beberapa perkembangan positif di wilayah Zaporizhzhia, di mana kami berhasil mengganggu rencana penjajah.”
Ribuan orang telah tewas dan jutaan orang lagi telah melarikan diri sejak Rusia meluncurkan ”operasi militer khusus”—istilah Kremlin merujuk pada serangan Rusia ke Ukraina—untuk melucuti senjata dan ”denazifikasi” tetangganya, Ukraina, pada 24 Februari 2022. Ukraina dan sekutu Baratnya menyebut invasi itu sebagai agresi militer Rusia yang tidak beralasan. (AFP/REUTERS/AP)