Rusia-Ukraina Bersikeras Lanjutkan Perang
Ukraina kian lantang meminta Amerika Serikat dan sekutu mempercepat pengiriman bantuan senjata berat. Sementara Rusia juga makin gencar melancarkan serangan dan belum menampakkan tanda-tanda akan mengakhiri perang.
KYIV, KOMPAS - Ukraina meminta negara-negara sekutu dan mitranya mempercepat pengiriman bantuan persenjataan berat. Bantuan itu akan membantu Ukraina menekan angka kehilangan tentaranya.
”Lebih dari 100 tentara dan milisi Ukraina tewas setiap hari dan hingga 500 lainnya cedera. Karena itu, kami membutuhkan pasokan senjata berat secepatnya. Kami telah membuktikan bahwa tidak takut kepada Kremlin, tidak seperti yang lain. Namun, kami sebagai negara tidak bisa terus kehilangan putra dan putri kami,” kata Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov, Kamis (9/6/2022), di Kyiv, Ukraina.
Lebih dari 100 tentara dan milisi Ukraina tewas setiap hari dan hingga 500 lainnya cedera. Karena itu, kami membutuhkan pasokan senjata berat secepatnya.
Kyiv meminta pasokan peluncur roket multilaras (MLRS) dan amunisi yang sesuai standar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Kyiv meminta dibantu mengganti amunisi persenjataan yang sudah tidak diproduksi lagi. Pasokan diharapkan dalam kondisi siap pakai, bukan terpisah-pisah sehingga harus dirakit lagi.
Kyiv juga membutuhkan kendaraan tempur lapis baja untuk meningkatkan pergerakan pasukan dan persenjataan. Ia mengaku tidak puas dengan jumlah dan kecepatan pasokan persenjataan untuk Ukraina sejauh ini.
Namun, Reznikov tetap berterima kasih karena pasokan terus mengalir. ”Saya bersyukur atas dukungan selama ini, khususnya kepada Amerika Serikat, Inggris, Polandia, dan negara-negara Baltik,” katanya.
Dari Polandia, Ukraina antara lain mendapatkan meriam berpenggerak mandiri AHS Krab. Meriam itu kini dioperasikan di garis depan pertempuran. Presiden Polandia Andrzej Duda mengklaim, Warsawa telah memberikan persenjataan senilai 2 miliar dollar AS. Bentuknya termasuk 240 tank dan 100 kendaraan lapis baja.
Reznikov menyebut, Kyiv telah menerima 250 kendaraan lapis baja dari berbagai negara. Selain itu, ada juga aneka rudal, roket, dan artileri yang sudah diterima pasukan Ukraina.
Amerika Serikat menjadi pemasok terbesar senjata ke Ukraina. Setelah mengucurkan lebih dari 30 miliar dollar AS, Washington membuat paket bantuan baru untuk Kyiv. Paket senilai 40 miliar dollar AS itu dipakai, antara lain, untuk mendorong bantuan persenjataan bagi Kyiv.
Baca juga : AS Percepat Birokrasi Distribusi Senjata ke Ukraina
Reznikov mengatakan, bantuan persenjataan dari AS dan sekutunya mengubah kemampuan Ukraina. Sebelum perang, Kyiv masih mengandalkan persenjataan warisan dari era Uni Soviet. Sampai Februari 2022, Kyiv sadar kekalahan terhadap Moskwa hanya soal hari jika mengandalkan persenjataan lama. ”Sejak perang meletus, banyak yang sudah berubah,” katanya.
Kapal-kapal perang Rusia kini tidak berani lagi mendekati Odesa, satu-satunya wilayah pesisir Ukraina yang belum dikuasai Moskwa. Bantuan rudal Harpoon, data satelit, dan pesawat nirawak dari AS dan sekutunya kepada Ukraina membuat Rusia harus menjauhkan kapal-kapalnya dari jangkauan persenjataan Ukraina. Rusia tidak mau kehilangan kapal perang lagi setelah kapal perusaknya, Moskwa, meledak terkena rudal Neptunus milik Ukraina beberapa bulan lalu.
Wakil Direktur Center for Defense Strategies Ukraina Alina Frolova mengingatkan belum semua bantuan persenjataan untuk Ukraina terealisasi. Sebagian besar masih belum diketahui kapan akan diterima Kiev. ”Ukraina butuh persenjataan berat untuk menyelesaikan perang ini,” kata mantan Wakil Menteri Pertahanan Ukraina itu.
Frolova tidak mau menyebut secara terbuka janji bantuan persenjataan mana saja yang belum tiba. Ia hanya menyebut janji pemberian meriam kaliber 155 milimeter baru tersedia 90 persen. Ia tidak memastikan kapan sisa persenjataan akan tiba dan diterima Ukraina.
Lihat juga : Kyiv yang Mulai Berangsur Normal
Peneliti National Institute of Strategic Studies, Mykola Beleskov, menyebut, Ukraina hanya menunda kesedihan jika tidak punya bantuan persenjataan berat. Kesedihan ditimbulkan oleh kehilangan warga dan wilayah.
Kyiv tak pernah mengumumkan jumlah warga sipil dan militer yang tewas dalam perang. Kyiv lebih sering mengungkap jumlah tentara Rusia yang tewas dalam perang ini.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, akhir Mei 2022, mengaku bahwa 20 persen wilayah Ukraina telah diduduki Rusia. Dengan luas total 603.548 kilometer (km) persegi, Ukraina telah kehilangan wilayah setidaknya 120.709 km persegi. Sebagai pembanding, luas Pulau Jawa adalah 128.297 km persegi.
Setelah menduduki Semenanjung Crimea pada 2014, Rusia kini menguasai sebagian atau seluruh lima provinsi di selatan dan timur Ukraina. Provinsi atau oblast tersebut adalah Kherson, Zaporizhzhia, Donetks, Luhanks, dan Kharkiv.
Frolova mengatakan, persenjataan berat dengan jangkauan jauh membuat Ukraina tidak perlu mengirim pasukan ke garis depan. Pasukan cukup berhadapan dari jarak jauh dengan aneka persenjataan berat.
Kyiv mengklaim, setidaknya 2.600 rudal ditembakkan Moskwa selama perang ini. Jumlah roket dan mortir lebih banyak lagi.
Salah satu penyebab Kyiv kehilangan ratusan orang per hari adalah karena harus mengerahkan banyak orang di garis depan. Sementara Moskwa mengandalkan persenjataan jarak jauh seperti rudal, roket, dan meriam.
Pernyataan resmi Pusat Penerangan Angkatan Bersenjata Ukraina menyebutkan, rudal dan roket Rusia terus menghantam berbagai lokasi di Ukraina. Kyiv mengklaim, setidaknya 2.600 rudal ditembakkan Moskwa selama perang ini. Jumlah roket dan mortir lebih banyak lagi.
Di Moskwa, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov, Kamis (9/6), menyatakan operasi militer Rusia di Ukraina akan berakhir saat target tercapai. Hal ini disampaikannya saat ditanya tanggal berapa operasi militer khusus Rusia di Ukraina akan berakhir.
”Presiden Rusia Vladimir Putin telah menetapkan misi dari operasi militer khusus ini. Pemenuhan atas misi berarti berakhirnya operasi militer khusus,” katanya, sebagaimana dikutip dari kantor berita Rusia, TASS.
Baca juga : Adaptasi Warga Kyiv di Tengah Perang (Bagian 4)
Pada saat yang sama, Peskov tidak berkomentar saat diminta tanggapannya jika target operasi militer khusus Rusia tidak bisa dicapai di bawah rezim Ukraina saat ini.
Putin saat mengumumkan operasi militer khusus ke Ukraina per 24 Februari 2022 menetapkan sejumlah target. Di antaranya adalah denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina.
Secara terpisah, Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia Letnan Jenderal Igor Konashenkov, Kamis, menyatakan, pasukan Rusia menembakkan rudal presisi sehingga berhasil memusnahkan pusat pelatihan tentara Ukraina untuk tentara bayaran asing.
”Sebuah tembakan rudal presisi dari udara berhasil mengeliminasi pusat pelatihan tentara Ukraina di permukiman Novograd-Volynsky di wilayah Zhitomir di mana tentara bayaran asing melakukan latihan ulang dan kesatuan unit,” katanya, masih mengutip TASS.
Rudal presisi dari Rusia, Konashenkov menambahkan, juga menghancurkan pos komando Ukraina dan sistem rudal anti-pesawat Osa-AKM di dekat Razdolovka di Donetsk. Sasaran lain adalah sebuah gudang amunisi di daerah Paraskoviyevka serta 23 daerah tempat pengumpulan tenaga kerja dan perangkat keras militer musuh di Luhansk.
Perang Rusia-Ukraina telah memasuki bulan ke-4. Alih-alih muncul upaya menuju negosiasi, konflik justru semakin bereskalasi.
Perang Rusia-Ukraina telah memasuki bulan ke-4. Alih-alih muncul upaya menuju negosiasi, konflik justru semakin bereskalasi. Rusia belum menampakkan tanda-tanda akan menyudahi serangannya. Sementara Ukraina juga lebih gencar meminta bantuan persenjataan kepada AS dan sekutu.
Negara-negara besar yang mestinya bisa membawa kedua pihak ke meja perundingan pun justru semakin mendorong eskalasi atau pasif. AS dan sekutu agresif memasok senjata dan menggelontorkan sanksi. China sebatas menyerukan perdamaian. Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa tak banyak berbuat. Inisiatif untuk menuju negosiasi benar-benar nihil.