PM Albanese Kunjungi Indonesia Akhir Pekan Ini, Perkuat Kemitraan Ekonomi
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese bakal berkunjung ke Jakarta pada Minggu (5/6/2022). Ia melanjutkan tradisi PM-PM Australia yang mengadakan kunjungan resmi pertama ke Indonesia setelah dilantik.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perjanjian kemitraan ekonomi antara Indonesia dan Australia bakal diperkuat dan menjadi salah satu agenda pembahasan dalam kunjungan Perdana Menteri baru Australia Anthony Albanese ke Indonesia, akhir pekan ini. Albanese melanjutkan tradisi perdana menteri-perdana menteri Australia lainnya yang berkunjung ke Indonesia seusai dilantik.
Perdana Menteri (PM) Albanese bakal berkunjung ke Jakarta pada Minggu hingga Selasa (5-7/6/2022) dengan agenda pertemuan utama dilaksanakan pada Senin (6/6/2022). Ia datang bersama sejumlah menteri, termasuk Menteri Luar Negeri Penny Wong. Dalam kunjungan ini, Albanese dijadwalkan bertemu dengan Presiden Joko Widodo.
Direktur Asia Timur pada Direktorat Jenderal Asia Pasifik Kementerian Luar Negeri RI Santo Darmosumarto, dalam keterangan kepada media, di Jakarta, Kamis (2/6/2022), menjelaskan bahwa terdapat beberapa isu yang akan dibahas dalam pertemuan kedua pemimpin negara. Beberapa isu tersebut, antara lain, kerja sama ekonomi baik regional maupun global, pemulihan ekonomi pascapandemi, dan pemulihan ekonomi secara umum. Isu-isu lainnya, seperti masalah keamanan dan pertahanan, juga masuk agenda yang akan dibahas.
Santo menyebutkan, pada 2020 Indonesia dan Australia menandatangani Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) dalam rangka menciptakan era baru hubungan ekonomi kedua negara. Meskipun demikian, Santo menilai, banyak poin dari perjanjian itu yang belum dilaksanakan sesuai harapan meski perdagangan antarkedua negara meningkat sebanyak 70 persen pada 2021.
”Fokus (pertemuan) kali ini lebih banyak pada kerja sama ekonomi, kedua negara melihat implementasi IA-CEPA masih perlu digiatkan karena masih banyak hal terkait IA-CEPA ini yang belum sesuai harapan,” ungkap Santo dalam pemaparan kepada awak media dilakukan secara daring, Kamis (2/6/2022).
Santo mengungkapkan, di tengah keadaan ekonomi global yang penuh ketidakpastian, pembahasan ekonomi dan peluang perdagangan bebas kedua negara menjadi hal utama yang bakal dibahas kedua pemimpin. ”Kali ini kita sedang menghadapi ekonomi global yang kurang menguntungkan, jadi bagaimana cara mengatasi permasalahan ekonomi di tingkat regional ataupun global, itu juga yang dibahas nanti,” kata Santo.
Sebelumnya, seperti dikutip The Australian Financial Review, Rabu (1/6/2022), Menlu Australia Penny Wong mengungkapkan, Indonesia telah diabaikan oleh pemerintahan PM Scott Morrison karena tidak pernah dikunjungi lagi meski Morrison memiliki sejumlah agenda ke luar negeri. Hal itu yang membuat pemerintahan saat ini ingin kembali menjalin hubungan yang kuat dengan Indonesia.
Tradisi
Albanese melanjutkan tradisi Perdana Menteri Australia sebelumnya dengan memilih Indonesia sebagai negara pertama yang didatangi dalam kunjungan resmi diplomatik seusai dilantik. Santo mengungkapkan, meski Albanese mengunjungi Jepang beberapa waktu lalu untuk menghadiri pertemuan puncak pemimpin Quad, kunjungan tersebut merupakan undangan wajib yang harus dihadiri pemimpin Australia dan sudah diagendakan sebelumnya. Indonesia tetap menjadi negara pilihan utama Albanese yang ia kunjungi seusai dilantik pada Rabu (1/6/2022).
Hal itu juga merupakan bukti pemenuhan janji kampanye Albanese yang ingin menata kembali hubungan Australia dengan negara ASEAN. Seperti dikutip laman The Diplomat, dalam kampanye pemilu Albanese menekankan pentingnya posisi Indonesia. Disebutkan pula, Indonesia juga menjadi negara pertama yang dia kunjungi saat dia terpilih menjadi ketua Partai Buruh tahun 2019 dan saat menjadi menteri dalam kabinet PM Kevin Rudd pada 2007.
Dalam catatan Kompas, sesungguhnya hampir semua pemerintahan, baik Partai Buruh maupun Partai Liberal, dalam 3-4 dekade terakhir menempatkan Indonesia sebagai negara paling penting bagi Australia.
Australia di bawah PM Bob Hawke (1983-1991) dan PM Paul Keating (1991-1996) sangat dekat dengan Presiden Soeharto. Bahkan, Soeharto disapa sebagai uncle, yang menggambarkan hubungan harmonis Indonesia-Australia. Kedekatan ini terulang pada masa PM Kevin Rudd (2007-2010), Juni-September 2013) dan PM Julia Gillard (2010-Juni 2013) pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Kompas, 29 Mei 2022).
Hubungan Indonesia-Australia kerap mengalami pasar surut. Setelah menyepakati Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) pada 2019 saat Australia dipimpin PM Morrison, hubungan kedua negara menjadi kaku saat Australia membentuk aliansi militer trilateral dengan AS dan Inggris, yang dikenal dengan AUKUS. Isu-isu lain yang kerap menjadi duri dalam hubungan kedua negara, antara lain, isu-isu HAM, spionase, dan konflik Palestina-Israel.