Harpoon, Rudal Perisai Kota-kota Pantai di Ukraina dari Serangan Kapal Rusia
Negara-negara Barat sepakat mengirim rudal antikapal, Harpoon versi terbaru, dan senjata canggih lainnya ke Ukraina. Persenjataan ini akan menjadi perisai Ukraina dari serangan Rusia pada kota-kota pantai di Laut Hitam.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·6 menit baca
Hampir 50 menteri pertahanan bertemu secara daring, Senin (23/5/2022) waktu Washington DC. Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin mengatakan, mereka sepakat mengirim senjata yang lebih canggih lagi ke Ukraina, termasuk peluncur dan rudal Harpoon, untuk melindungi kota-kota tepi pantai, termasuk Pelabuhan Odessa, dari serangan Rusia.
Berbicara kepada wartawan, Austin tak mau menjelaskan saat ditanya apakah AS akan mengirim kendaraan peluncur roket berteknologi tinggi ke Ukraina yang diminta Kiev. Dia hanya mengatakan, sekitar 20 negara mengumumkan akan mengirim paket bantuan keamanan baru ke Ukraina. Pada Selasa (24/5/2022), perang di Ukraina yang diawali oleh serangan Rusia tepat berlangsung tiga bulan.
Austin mengungkapkan, Denmark telah setuju untuk mengirim peluncur dan rudal Harpoon ke Ukraina. Bagi Ukraina, persenjataan itu penting. Rusia memiliki beberapa kapal di Laut Hitam. Dari kapal-kapal itu, Rusia meluncurkan rudal-rudal jelajah ke Ukraina. Kapal-kapal Rusia juga telah menghentikan semua lalu lintas kapal komersial memasuki pelabuhan Ukraina.
Situs berita Naval News, Minggu (22/5/2022), melaporkan bahwa AS berencana memasok Ukraina dengan rudal antikapal untuk membebaskan blokade Rusia di lepas pantai Odessa, Laut Hitam. AS juga siap mengirim rudal antikapal Harpoon untuk membantu Ukraina dari serangan rudal jelajah yang ditembakkan Armada Laut Hitam Rusia.
Beberapa media AS mengklaim bahwa Amerika ingin mendukung Ukraina dengan rudal antikapal Harpoon yang lebih modern. Senjata itu untuk melawan blokade Angkatan Laut Rusia, baik secara langsung maupun melalui sekutu Eropa yang dapat memfasilitasi pengiriman rudal, seperti disampaikan oleh otoritas AS kepada para awak media. Denmark, misalnya, sudah setuju mengirim bagiannya.
Austin maupun Kepala Staf Gabungan AS Mark Milley tidak menjelaskan berapa jumlah rudal dan peluncur Harpoon canggih yang siap dikirim ke Ukraina oleh negara-negara Barat sekutu Ukraina itu.
Rp 22 miliar per unit
Terkait rencana AS dan sekutunya itu, menarik untuk mengetahui seperti apa rudal Harpoon, baik varian maupun jangkauannya. Situs berita Military Today menjelaskan, rudal antikapal Harpoon kemungkinan merupakan sistem senjata paling umum dari jenis serupa di Barat. Sejak diproduksi McDonnell Douglas (sekarang bagian dari Boeing) pada 1975, lebih dari 7.000 unit rudal Harpoon telah diproduksi untuk dijadikan perlengkapan senjata pada ratusan kapal di seluruh dunia. Harga rudal itu sekitar 1,5 juta dollar AS (sekitar Rp 22 miliar) per unit.
Sistem rudal Harpoon dapat dioperasikan di segala cuaca, multiguna, dan bisa diluncurkan dari pesawat, truk, kapal, dan kapal selam. Rudal itu mulai dioperasikan tahun 1977. Awalnya rudal itu dikembangkan sebagai senjata untuk melawan kapal selam.
Dengan kemampuan terbang meluncur sedikit di atas permukaan laut (sea skimming), rudal tersebut pada awalnya dibuat untuk menghancurkan kapal selam tenaga diesel yang sedang muncul ke permukaan guna mengisi bahan bakar. Penyebutan nama ”Harpoon” merujuk pada tujuan itu. Di kalangan Angkatan Laut AS, kapal selam biasanya dijuluki ”paus”. Istilah ”harpoon” digunakan sebagai kata untuk menggambarkan tindakan menenggelamkan kapal selam itu.
AS memulai pengembangan rudal antikapal selam dengan tujuan tersebut pada 1960-an. Menurut Military Today, rudal Harpoon digunakan kembali sebagai senjata untuk menyerang kapal (surface ship) setelah peristiwa tenggelamnya kapal perusak Eilat, milik Israel, oleh rudal jelajah antikapal P-15 Termit milik Soviet pada tahun 1967.
Peristiwa itu meyakinkan Angkatan Laut AS bahwa mereka butuh rudal khusus antikapal. Mereka menggunakan kembali Harpoon untuk keperluan tersebut. Angkatan Laut menyewa McDonnell Douglas untuk memulai pengembangannya dengan produksi pertama pada tahun 1975.
Harpoon adalah rudal antikapal dengan kemampuan terbang meluncur sedikit di atas permukaan laut yang sulit dilacak dengan daya ledak tinggi. Rudal ini melacak sasaran dengan menggunakan radar aktif dan meledak saat menyentuh targetnya.
Rudal Harpoon dilengkapi dengan hulu ledak seberat 221 kilogram. Propulsi berasal dari turbojet Teledyne CAE J402-400 yang menghasilkan daya dorong dan memungkinkan Harpoon melaju dengan kecepatan sekitar Mach 0,5 (617 km/jam).
Tahap pengembangan
Harpoon telah melalui beberapa tahap pengembangan. Model awal dikenal sebagai Blok I. Ketika mendekati targetnya, Harpoon Blok I meningkatkan ketinggian sebelum tiba-tiba menyelam menuju kapal yang jadi targetnya. Blok ini memiliki beberapa varian yang semuanya bertujuan menambah jangkauan, akurasi, dan hulu ledak.
Sementara Blok II adalah model operasional terbaru Harpoon. Fitur baru ini termasuk peningkatan dalam menghadapi pertahanan sasaran dan kemampuan menarget sasaran yang lebih baik. Menurut situs Angkatan Laut AS (navy.mil), model ini telah diperbarui menjadi Blok II+ yang lebih canggih: dilengkapi GPS, andal dan mampu bertahan, selektif terhadap target, dan punya opsi pembatalan.
Harpoon Nex Generation tersebut, yang mulai beroperasi pada 2017, bergabung dengan Joint Standoff Weapon C-1 sebagai dua senjata yang mendukung jaringan udara-ke-darat Angkatan Laut. Rudal ini mampu diluncurkan dari kapal permukaan, kapal selam, truk, dan pesawat (tanpa booster).
Harpoon pertama kali digunakan dalam pertempuran pada tahun 1980 dalam Perang Iran-Irak. Setelah itu, digunakan pula dalam konflik AS-Libya tahun 1986 dan operasi AS 1988 di Teluk Persia. Saat ini lebih dari 30 negara menggunakan rudal Harpoon, termasuk Australia, Korea Selatan, Taiwan, Jepang, dan India. Dalam waktu dekat, daftar itu akan bertambah dengan Ukraina.
Beberapa variannya misalnya varian AGM-84 (diluncurkan dari pesawat) dan RGM-84 (diluncurkan dari darat atau kapal). RGM-84 lebih panjang dan lebih berat dari AGM-84. Adapun varian UGM-84 adalah varian untuk kapal selam sehingga biasa disebut juga dengan Sub-Harpoon.
Selain itu, ada varian AGM-84E SLAM, rudal jelajah serangan darat berpemandu inframerah yang diluncurkan dari udara. Varian ini dikembangkan dari AGM-84 Harpoon pada tahun 1990 dengan jangkauan setidaknya 110 kilometer. Ini pada dasarnya adalah rudal AGM-84 yang lebih panjang dan lebih berat yang dimodifikasi dengan hulu ledak rudal Tomahawk.
Varian AGM-84E SLAM bisa diluncurkan dari pesawat seperti F/A-18 Hornet, A-6 Intruder, P-3 Orion, dan S-3 Viking. Varian AGM-84H/K SLAM-ER adalah peningkatan dari varian AGM-84E yang mulai beroperasi pada tahun 2000. Jangkauan ditingkatkan hingga maksimum 250 km.
Tiga pejabat AS kepada Reuters menyebutkan, Washington dan Pentagon sedang mempertimbangkan opsi lain selain mengirim rudal Harpoon varian tercanggih tersebut. Opsi kedua adalah rudal antikapal Navy Strike Missiles (NSM), yang dapat diluncurkan dari pantai-pantai Ukraina dengan target kapal perang Rusia di Laut Hitam dan memiliki jangkauan 250 km.
AS dan negara-negara lain telah melatih pasukan Ukraina di negara-negara tetangga terdekat. Austin menambahkan, Ceko baru-baru ini menyumbangkan helikopter serbu, tank, dan roket. Italia, Yunani, Norwegia, dan Polandia mengumumkan bantuan baru untuk sistem artileri dan amunisi.
”Sifat pertempuran... pada fase yang benar-benar dibentuk oleh artileri,” kata Austin. ”Dan kami telah melihat baku tembak artileri yang serius selama beberapa minggu terakhir,” katanya merujuk pertempuran terbaru Rusia dan Ukraina.
Jenderal Mark Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan AS, memerinci tentang peningkatan kehadiran AS di Eropa sejak invasi Rusia ke Ukraina, 24 Februari. Pada musim gugur lalu, ada sekitar 78.000 tentara AS di wilayah itu dan sekarang telah meningkat menjadi 102.000 orang. Mereka didukung, antara lain, 24 kapal permukaan, 4 kapal selam, 12 skuadron jet tempur, dan 2 unit penerbangan tempur. (AP/REUTERS/AFP)