Tut, tut, tut... Naik Kereta Api Menuju Pertemuan Ekonomi Dunia di Davos
Forum Ekonomi Dunia selama ini dikritik karena masifnya penggunaan jet pribadi untuk menuju Davos, Swiss. Kini, panitia menyarankan agar tamu undangan menggunakan pesawat komersial atau kereta api. Demi iklim, katanya.
Jika Anda ingin berpartisipasi dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) di Davos, Swiss, tahun ini, cobalah naik kereta api. Jangan naik pesawat terbang. Itu saran dari panitia.
Selama beberapa tahun terakhir, panitia penyelenggara Forum Ekonomi Dunia disengat kritik tajam karena membiarkan para tamu yang hadir menggunakan pesawat pribadi atau jet carteran yang memuntahkan karbon ke udara lebih besar. Davos, tempat pertemuan para pemimpin pemerintah, elite global, dan perusahaan raksasa, adalah gambaran bagaimana rapat-rapat dan pertemuan penting menjadi salah satu pusat pencemaran di tengah kemerosotan kualitas iklim dunia.
Padahal, rapat-rapat dan pertemuan-pertemuan itu, antara lain, membicarakan ekonomi dan dampaknya terhadap iklim. Ironis memang, membahas dampak perubahan iklim, tetapi perjalanan menuju lokasi pertemuannya sudah memperparah perubahan iklim.
Untuk mengubah citra tersebut, panitia WEF menyarankan para tamu undangan menggunakan pesawat komersial untuk penerbangan ke Zurich, Swiss. Setelah itu, mereka bisa menggunakan kereta api yang menghubungkan kedua kota, Zurich dan Davos.
Baca juga : Samudra Makin Panas, PBB Peringatkan, Suhu Tertinggi Bumi Tinggal Tunggu Waktu
Bagi para tamu dan undangan dari Eropa, panitia mendorong mereka untuk menggunakan kereta api sepenuhnya karena hampir semua jalur kereta di Eropa (barat) telah terkoneksi satu sama lain. Hal ini adalah bagian dari upaya WEF memoles kredensial keberlanjutan acara di tengah kritik bahwa itu hanyalah gimik. Sementara forum utamanya dianggap tidak menghasilkan perubahan sistemik.
Sejak 2017, panitia penyelenggara mengatakan, mereka telah mengimbangi 100 persen jejak karbon yang ditinggalkan dengan mendukung berbagai proyek lingkungan di Swiss atau di tempat lain. Mereka juga membuat web khusus untuk menyanggah bahwa forum itu sebagai salah satu sumber utama kenaikan polutan di udara.
Pengalaman reporter AP
Saran panitia itu coba dijalankan oleh wartawan kantor berita Associated Press (AP), Kelvin Chan. Ia selama ini bertugas di London, Inggris. Perjalanannya dari London dimulai di stasiun kereta api internasional St Pancras, London. Dengan naik kereta, perjalanan London-Davos total memakan waktu 12 jam. Waktu tempuh ini jelas jauh lebih lama dibandingkan dengan naik pesawat. Penerbangan antara London dan Zurich, kota bandara terdekat dengan Davos, hanya memakan waktu 1 jam 40 menit.
Benarkah menggunakan transportasi kereta mengurangi emisi karbon dibandingkan naik pesawat? Chan menuliskan catatan perjalanannya.
Dia bercerita, dengan naik kereta cepat Eurostar, dia diajak melewati terowongan di bawah Selat Inggris ke Paris dalam waktu sekitar 2,5 jam. Setelah itu, berpindah ke kereta api, menggunakan semacam kereta MRT (mass rapid transit), untuk berpindah stasiun. Dari stasiun tersebut, dia menggunakan kereta api lain untuk menuju Zurich, yang akan memakan waktu empat jam.
Baca juga : Empat Indikator Utama Perubahan Iklim Mencapai Rekor pada Tahun 2021
Dibandingkan dengan menggunakan pesawat terbang komersial, yang saat ini mungkin dijejali dengan penerbangan murah dari Bandara Gatwick, London, Chan bisa tiba di Zurich hanya dalam waktu 1 jam 40 menit. Setelah itu, dia bisa memilih menggunakan moda transportasi taksi atau menggunakan kereta menuju Davos.
Namun, bepergian dengan kereta menawarkan pengalaman yang berbeda daripada naik pesawat. Di atas kereta TGV Perancis berkecepatan tinggi (sekitar 320 kilometer per jam), dari kursi kelas satu yang nyaman dan luas tersaji pemandangan perdesaan yang menyenangkan. Bandingkan, jika terbang menggunakan pesawat, hanya awan dan langit yang akan menemani di sepanjang perjalanan.
Tak hanya itu, tulis Chan mengutip perhitungan ecopassanger.org, jika dia terbang, perjalanan sejauh 870 kilometer akan menghasilkan 197 kilogram karbon dioksida per penumpang ke atmosfer bumi. Sementara dengan jarak yang sama, perjalanan dengan kereta api hanya menyumbang sekitar 12,2 kilogram karbon dioksida.
Menurut Jo Dardenne, Manajer Penerbangan Transport and Environment, lembaga lingkungan yang berbasis di Brussels, Belgia, dibandingkan penerbangan komersial dan kereta api, jet pribadi masing-masing menghasilkan 10 kali dan 50 kali lebih banyak gas buang karbon dioksida per orang penumpang. Tak hanya itu, mesin jet juga menumpahkan jelaga dan nitrogen monoksida (gas NO) yang berkontribusi terhadap polusi di sekitar bandara dan atmosfer.
Baca juga : Dunia Gagal Atasi Akar Masalah Perubahan Iklim
Salah satu tamu utama yang mendapat kritik adalah Utusan Khusus Urusan Iklim Pemerintah AS John Kerry. Kerry, mantan Menteri Luar Negeri AS ini, dikritik karena memilih menggunakan jet pribadi milik keluarganya. Begitu juga dengan Alok Sharma, seorang anggota parlemen Inggris, Ketua Konferensi Iklim PBB COP 26.
Akan tetapi, kali ini mereka berubah sikap. Juru bicara John Kerry mengatakan, Kerry akan terbang ke Davos menggunakan penerbangan komersial. Hal yang sama juga dilakukan Sharma.
”Emisi karbon yang terkait dengan perjalanan Presiden COP akan diimbangi untuk tahun kepresidenan,” kata Pemerintah Inggris, tanpa memberikan perincian lebih lanjut.
Suasana Stasiun St Pancras International di London, Inggris, 14 Agustus 2020.
Iklim adalah prioritas untuk pertemuan tahun ini dengan menonjolkan kredensial hijaunya. ”Sebagian besar peserta tiba dengan pesawat komersial pergi-pulang atau kereta api. Emisi di Davos benar-benar turun selama minggu pertemuan,” kata Direktur Pelaksana WEF Adrian Monck.
Jet pribadi
Walau menyarankan para tamu undangan menggunakan pesawat komersial, panitia juga tetap menyediakan bahan bakar jet yang ramah lingkungan di Bandara Zurich bagi mereka yang menggunakan jet pribadi. Eymeric Segard, CEO perusahaan penyewaan jet pribadi Swiss, LunaJets, mengatakan bahwa beberapa tokoh VIP tidak punya pilihan lain selain terbang dengan jet pribadi. ”Karena visibilitas mereka dan fakta bahwa semua orang tahu mereka, mereka tidak bisa naik pesawat komersial,” katanya.
Baca juga : Merancang Ulang Adaptasi dan Mitigasi Krisis Iklim
Dengan nada sedikit sinis, Segard berkata, ”Beberapa orang tidak punya waktu tiga minggu untuk naik perahu layar menyeberangi Atlantik seperti teman kita Greta. Jadi, apa alternatifnya?” Ia merujuk pada pelayaran Greta Thunberg, remaja Swedia aktivis lingkungan, dengan menggunakan perahu dari Swedia melintasi Samudra Atlantik menuju New York, AS, saat akan menghadiri pertemuan di Markas Besar PBB beberapa tahun lalu.
Pada tahun 2019, Greta menggunakan kereta dalam perjalanan menuju Davos, menghabiskan waktu perjalanan selama 32 jam.
Segard menolak untuk membahas berapa banyak permintaan jet pribadi atau helikopter ke Davos. Dia memilih menjelaskan bahwa perusahaannya kini bertindak seperti operator taksi untuk jet pribadi. Akan tetapi, untuk mencoba mengurangi emisi karbon, jet-jet itu mungkin akan memiliki tambahan tempat duduk.
”Tidak hanya lebih murah, tetapi planet ini senang karena bagaimanapun pesawat itu akan terbang. Jadi, setidaknya kami menempatkan seseorang di atasnya,” katanya.
Menurut Dardenne, bahan bakar jet berkelanjutan adalah langkah ke arah yang benar, tergantung pada sumbernya. Namun, menyeimbangkan karbon tetap menimbulkan skeptisisme. ”Sangat tidak adil secara sosial dan politik bagi beberapa sektor untuk terus mengandalkan penyeimbangan alih-alih benar-benar mengurangi emisi mereka. Sementara yang lain menghadapi tekanan untuk mengurangi dampak iklim mereka,” ujar Dardenne.
Kembali ke cerita perjalanan wartawan AP dengan kereta. Dari stasiun kereta utama Zurich, Chan berganti lagi, kali ini naik kereta lokal yang lebih lambat. Tampak orang-orang berpakaian modis mengangkut barang-barang yang tampak mahal naik ke atas kereta sambil menyebutkan kepada orang yang ditemuinya tentang rapat yang akan mereka lakukan di Davos.
Kereta melewati Danau Zurich dan menuju ke pegunungan. Setelah pergantian kereta di sebuah stasiun lokal, pemandangan menjadi lebih mengesankan di setiap mil yang dilaluinya.
Kereta api itu berjalan melalui lembah-lembah curam dan di sepanjang sungai dengan air jernih mengalir deras, dibayangi puncak-puncak berhutan dengan pondok yang tersebar di lereng-lereng berumput yang lebih rendah sebelum tiba di Davos. (AP)