Empat Indikator Utama Perubahan Iklim Mencapai Rekor pada Tahun 2021
Kenaikan permukaan laut, panas lautan, dan pengasaman akan berlanjut selama ratusan tahun kecuali cara menghilangkan karbon dari atmosfer ditemukan.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
AP/JASON FRANSON
Warga bersantai di kolam air mancur Balai Kota Edmonton, Alberta, Kanada, saat suhu mencapai 37 derajat celsius, Rabu (30/6/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Ada empat indikator utama perubahan iklim, meliputi konsentrasi gas rumah kaca, kenaikan permukaan laut, panas laut, dan pengasaman laut yang mencapai rekor baru pada tahun 2021. Situasi ini menunjukkan semakin lajunya pemanasan global dengan konsekuensi meningkatkan risiko cuaca ekstrem.
Rekor indikator perubahan iklim yang terlampaui ini dilaporkan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dalam State of the Global Climate 2021. Laporan tahunan mengenai perkembangan iklim global ini dirilis WMO pada Rabu (18/5/2022).
Konsentrasi gas rumah kaca dilaporkan mencapai puncak global baru pada tahun 2020 ketika konsentrasi karbon dioksida (CO2) mencapai 413,2 bagian per juta (ppm) secara global, atau 149 persen dari tingkat pra-industri (1850-1900). Data dari sejumlah lokasi menunjukkan bahwa emisi terus meningkat pada tahun 2021 dan awal 2022, misalnya rata-rata bulanan emisi CO2 di Mona Loa, Hawaii, mencapai 416,45 ppm pada April 2020; 419,05 ppm pada April 2021; dan 420,23 ppm pada April 2022.
Panas yang terperangkap oleh gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia akan menghangatkan planet ini selama beberapa generasi mendatang.
Permukaan laut rata-rata global mencapai rekor tertinggi baru pada tahun 2021 setelah meningkat rata-rata 4,5 mm per tahun selama periode 2013-2021. Peningkatan ini lebih dari dua kali lipat antara tahun 1993 dan 2002, dan terutama disebabkan oleh hilangnya massa es yang semakin cepat.
AVISO ALTIMETRI DALAM WMO 2022
Rata-rata global evolusi permukaan laut dari Januari 1993 hingga Januari 2022 (kurva hitam) berdasarkan presisi tinggi altimetri satelit. Garis lurus berwarna mewakili rata-rata tren linier lebih dari tiga rentang waktu berturut-turut (Januari 1993 hingga Desember 2002; Januari 2003 hingga Desember 2012; Januari 2013 hingga Januari 2022).
Tingkat pemanasan laut untuk lapisan kedalaman 0–2.000 meter mencapai 1 watt per meter persegiselama periode 2006–2021, yang merupakan rekor tertinggi. Pemanasan lautan juga menembus ke tingkat yang lebih dalam dengan sebagian besar lautan mengalami setidaknya satu gelombang panas laut kuat pada tahun 2021.
Pengasaman laut juga mengalami rekor tertinggi, dengan kadar pH semakin mendekati 8,05. Lautan menyerap sekitar 23 persen emisi tahunan CO2 antropogenik ke atmosfer sehingga semakin tinggi emisi di udara, demikian juga di lautan. ”PH permukaan laut terbuka sekarang adalah yang terendah setidaknya selama 26.000 tahun ini dan laju perubahan pH saat ini belum pernah terjadi sebelumnya,” tulis laporan ini.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres melalui pesan video menyerukan tindakan segera untuk menyikapi situasi ini. Dia menyampaikan urgensi segera mengganti bahan bakar fosil ke energi terbarukan.
Guterres mengusulkan lima tindakan penting untuk memulai transisi energi terbarukan. Ini termasuk akses yang lebih besar ke teknologi dan pasokan energi terbarukan, tiga kali lipat investasi swasta dan publik dalam energi terbarukan, dan penghentian subsidi bahan bakar fosil yang berjumlah sekitar 11 juta dollar AS per menit.
”Energi terbarukan adalah satu-satunya jalan menuju ketahanan energi yang nyata, harga listrik yang stabil, dan kesempatan kerja yang berkelanjutan. Jika kita bertindak bersama, transformasi energi terbarukan dapat menjadi proyek perdamaian abad ke-21,” kata Guterres.
Kenaikan suhu
Laporan WMO ini mengonfirmasi bahwa tujuh tahun terakhir telah menjadi tujuh tahun terpanas dalam catatan sejarah. Suhu rata-rata global yang tercatat pada tahun 2021 telah lebih panas 1,11 (± 0,13) derajat celsius (C) di atas tingkat pra-industri (1850-1900).
Dalam laporan ini, kenaikan suhu rata-rata tahun 2021 mencapai 0,22 derajat celsius hingga 0,29 C lebih hangat dari 2011. Meski demikian, suhu tahun 2016 yang lebih panas 0,99 C dari rata-rata pertengahan abad ke-20 sejauh ini mencapai rekor terpanas sepanjang sejarah.
Suhu tahun 2021 sedikit mendingin dibandingkan tahun 2016 karena peristiwa La Niña di awal dan akhir tahun yang memiliki efek pendinginan sementara. Akan tetapi, jika dirata-rata tujuh tahun terakhir telah menjadi tujuh tahun terpanas dalam catatan sejarah modern.
MET OFFICE DALAM WMO 2022
Perbedaan suhu global rata-rata tahunan dari kondisi pra-industri (1850–1900) untuk enam data suhu global set (1850–2021).
”Hanya masalah waktu sebelum kita melihat rekor tahun terpanas lainnya,” kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas. ”Iklim kita berubah di depan mata kita. Panas yang terperangkap oleh gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia akan menghangatkan planet ini selama beberapa generasi mendatang.”
Menurut Taalas, kenaikan permukaan laut, panas lautan, dan pengasaman akan berlanjut selama ratusan tahun kecuali cara menghilangkan karbon dari atmosfer ditemukan. ”Beberapa gletser telah mencapai titik tidak bisa kembali dan ini akan memiliki dampak jangka panjang di dunia di mana lebih dari 2 miliar orang sudah mengalami masalah terkait air,” katanya.
Menurut dia, cuaca ekstrem memiliki dampak paling cepat pada kehidupan kita sehari-hari. Investasi bertahun-tahun dalam kesiapsiagaan bencana memang telah menyelamatkan nyawa meskipun kerugian ekonomi terus melonjak. ”Masih banyak yang harus dilakukan, seperti yang kita lihat keadaan darurat kekeringan yang terjadi di Tanduk Afrika, banjir mematikan baru-baru ini di Afrika Selatan, dan panas yang ekstrem di India dan Pakistan,” ujarnya.
Laporan WMO, State of the Global Climate, melengkapi laporan IPCC Sixth Assessment, yang dirilis baru-baru ini, yang mencakup data hingga 2019. Laporan WMO baru disertai dengan peta cerita serta memberikan informasi dan contoh praktis bagi pembuat kebijakan. Laporan Keadaan Iklim Global WMO akan digunakan sebagai dokumen resmi untuk negosiasi Perubahan Iklim PBB yang dikenal sebagai COP27 yang akan berlangsung di Mesir pada akhir tahun ini.
Lusinan ahli berkontribusi pada laporan dari negara-negara anggota, termasuk Layanan Meteorologi dan Hidrologi Nasional (NMHSs) dan Pusat Data dan Analisis Global, serta Pusat Iklim Regional, Program Penelitian Iklim Dunia (WCRP), Global Atmosphere Watch (GAW), Global Cryosphere Watch dan layanan Perubahan Iklim Copernicus UE.