Media AS memperkirakan, setidaknya 3.000 warga AS menjadi milisi di Ukraina. Jumlah total milisi asing yang menyokong Ukraina ditaksir setidaknya 20.000 orang.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
TENNESSEE, SABTU — Seorang mantan Marinir Amerika Serikat, Willy Joseph Cancel, tewas kala menjadi tentara bayaran di Ukraina. Kematiannya mengonfirmasi dugaan keterlibatan tentara bayaran dalam perang yang terus berkecamuk di Ukraina.
Cancel disebut tewas pada Senin (25/4/2022). Keluarganya di AS menerima informasi kematiannya pada Selasa (26/4/2022). Pada Jumat (29/4/2022) malam waktu Tennessee atau Sabtu (30/4/2022) dini hari WIB, keluarganya mengungkap informasi kematian Cancel kepada khalayak.
Ibu Cancel, Rebecca Cabrera, menyebut bahwa Cancel mendaftar menjadi tentara bayaran pada pertengahan Februari 2022. Cancel tiba di Polandia pada 12 Maret 2022. Dari sana, ia menyeberang ke Ukraina. Tidak diketahui bersama siapa saja. Keluarga juga masih menunggu informasi keberadaan jenazah Cancel. Sampai sekarang, tidak ada informasi di mana dan mengapa Cancel meninggal.
Cancel diketahui pernah menjadi Marinir AS pada 2017-2021 dan ditempatkan di Carolina Utara. Dalam pernyataan resmi Marinir AS disebutkan, Cancel tidak pernah bertugas di medan perang. Ia diketahui dipecat karena melanggar aturan.
Selepas dipecat dari Marinir, ia menjadi sipir di penjara swasta sampai Januari 2022. Beberapa pekan setelah berhenti menjadi sipir di Tennessee, ia mendaftar menjadi tentara bayaran dan kini dikabarkan tewas.
Kematiannya mengonfirmasi keberadaan warga asing yang menjadi tentara bayaran di Ukraina. Dalam berbagai kesempatan, Kementerian Pertahanan Rusia bolak-balik menyebut ribuan warga Amerika Utara dan Eropa Barat menjadi tentara bayaran di Ukraina. Sebagian dari mereka dinyatakan tewas dalam berbagai serangan Rusia.
Media AS, seperti Politico, Newsweek, dan The New York Times, pernah mengungkap setidaknya 3.000 warga AS menjadi milisi di Ukraina. Jumlah total milisi asing yang menyokong Ukraina ditaksir setidaknya 20.000 orang. Selain dari AS dan Inggris, milisi asing penyokong Ukraina juga berasal sejumlah negara Eropa, Kanada, hingga Suriah.
Sasaran serangan
Moskwa menjadikan barak tentara bayaran dan gudang penyimpanan senjata serta amunisi pasokan AS dan sekutunya sebagai prioritas sasaran. Setiap hari, Moskwa selalu mengumumkan gudang dan barak mana yang diledakkan dengan rudal laut atau udara.
Meski memusatkan serangan ke timur dan selatan, Rusia tetap menyerang wilayah lain di Ukraina. Serangan Rusia ke Kiev pada Kamis lalu, antara lain, menewaskan Vera Gyrych, jurnalis yang bekerja untuk Radio Free Europe. Dengan tewasnya Gyrych, sudah lebih dari 20 jurnalis meninggal selama perang Rusia-Ukraina pecah.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut serangan pada hari itu untuk mempermalukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Rudal Rusia menghancurkan sejumlah lokasi di Kiev kala Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres melawat ke kota itu selepas bertandang ke Moskwa. Guterres dan timnya tidak cedera dalam serangan tersebut. Walakin, serangan itu menghancurkan sejumlah lokasi di Kiev.
Sejumlah pihak menyebut, ada apartemen di dekat pabrik yang ikut terkena rudal. Apartemen itu jadi korban salah sasaran. Rusia diduga menyasar berbagai infrastruktur ekonomi dan militer Ukraina dalam berbagai serangan rudal dan roketnya.
Selain menyerang berbagai penjuru Ukraina, Rusia masih terus mempertahankan pengepungan di sejumlah lokasi. Rusia, antara lain, masih terus mengepung Mariupol. Wali Kota Mariupol Vadym Boichenko menyebut bahwa keadaan di pabrik baja Azovstal amat buruk. Di pabrik itu diduga ada ribuan milisi, tentara, dan warga Ukraina tertahan.
Boichenko mengatakan, ketersediaan pangan dan obat jadi kekhawatiran utama. Dibangun di era Uni Soviet, pabrik itu dirancang punya tempat berlindung yang bisa menahan serangan udara skala besar dan berat. ”Mereka (warga Mariupol yang terperangkap di Azovstal) memohon diselamatkan. Kami memohon kepada semua pihak membantu penyelamatan,” katanya.
Kemenhan Rusia sudah berkali-kali meminta milisi dan tentara Ukraina di pabrik itu meletakkan senjata. Jika bersedia menyerah, mereka akan diampuni dan diizinkan meninggalkan pabrik itu dan Mariupol. Moskwa juga menuding, milisi dan tentara Ukraina sengaja menyekap warga sipil di sana untuk dijadikan tameng.
Sejauh ini, milisi dan tentara Ukraina di Azovstal berkali-kali menolak menyerah. Kiev menuding Moskwa tidak menyediakan jalur evakuasi dari sana karena terus membombardir pabrik itu.
Zelenskyy mengatakan, serangan tanpa henti oleh Rusia membuat perundingan damai sulit dilanjutkan. Kini, sebagian orang Ukraina tidak bersemangat mencapai perdamaian.
Bantuan AS
Juru Bicara Kemenhan AS John Kirby mengaku sudah mendengar kabar kematian Cancel. ”Kami terus mendesak warga AS untuk tidak ke Ukraina. Di sana zona perang, bukan tempat untuk didatangi,” katanya.
AS memilih cara lain untuk membantu Ukraina. Sejak perang meletus, AS telah memberikan bantuan ekonomi dan pertahanan hampir 13,6 miliar dollar AS. Kamis lalu, Presiden AS Joe Biden mengumumkan permintaan tambahan 33 miliar dollar AS untuk Ukraina. Dari tambahan itu, 20 miliar dollar AS akan digunakan untuk sektor pertahanan.
Bantuan pertahanan AS termasuk melatih tentara Ukraina agar bisa menggunakan persenjataan AS dan sekutunya. Selama ini, tentara Ukraina terbiasa memakai senjata buatan Rusia, Uni Soviet, atau negara Eropa Timur lainnya. Mereka terbiasa, antara lain, memakai meriam kaliber 152. Sementara AS dan sekutunya terbiasa memakai meriam kaliber 155.
Media Jerman, Deutsche Welle, melaporkan anggota Garda Nasional Florida dilaporkan berada di Jerman untuk melatih tentara Ukraina. Sedikitnya 50 tentara Ukraina berlatih menggunakan meriam M777 yang dikirimkan AS ke Ukraina pekan lalu. Sejauh ini, sedikitnya 90 meriam kaliber 155 dan hampir 150.000 butir amunisi serta mobil penggeraknya diberikan AS untuk Ukraina. (AFP/REUTERS)