Guterres Desak Rusia Kooperatif dengan Mahkamah Pidana Internasional
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, perang adalah sebuah kejahatan dan tindakan yang absurd bagi kemanusiaan di abad ke-21. Dia mendesak Rusia untuk bekerja sama dengan Mahkamah Pidana Internasional ICC.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
KIEV, KAMIS – Dua bulan setelah agresi militer Rusia ke Ukraina dimulai, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, Rabu (27/4), mengunjungi Ukraina dan melihat langsung kerusakan yang ditimbulkan perang. Di saat yang sama Guterres mendesak Kremlin untuk bekerja sama dengan penyidik Mahkamah Pidana Internasional atau ICC tentang kejahatan perang yang dilakukan pasukannya selama invasi itu.
"Saya sepenuhnya mendukung ICC dan saya memohon kepada Federasi Rusia untuk menerima, bekerja sama dengan ICC,” kata Guterres, usai berkunjung ke Bucha, kota kecil tidak jauh dari Kiev. Dia menambahkan perang itu sendiri adalah sebuah kejahatan yang paling buruk.
Kunjungan Guterres ke Kiev adalah lanjutan kegiatannya setelah sebelumnya dia berkunjung ke Kremlin dan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kantor Sekretariat Jenderal PBB pekan lalu mengumumkan bahwa kunjungan Guterres ke Moskwa adalah untuk mendorong proses dialog damai antara Ukraina-Rusia.
Ukraina dan Rusia telah memulai proses negosiasi langsung untuk menghentikan pertempuran. Di samping itu, Turki sebagai salah satu mediator juga mengupayakan proses dialog terus berjalan. Namun, peristiwa dugaan kejahatan perang di Bucha oleh militer Rusia membuat proses dialog terhenti.
Selain berkunjung ke Bucha, melihat lokasi yang diduga menjadi tempat pembunuhan di luar hukum (extrajudicial killing) dan lokasi kuburan massal para korban, Guterres juga berkunjung ke Borodianka. Di sana dia melihat gedung-gedung apartemen serta pemukiman warga yang menjadi sasaran rudal dan persenjataan militer Rusia.
Saat berada di Borodianka, Guterres melihat di sekelilingnya bangunan-bangunan yang hancur dan sudah tak bertuan. Dia merefleksikan hal itu pada dirinya sendiri. "Saya membayangkan keluarga saya di salah satu rumah yang sekarang hancur dan hitam. Saya melihat cucu perempuan saya melarikan diri dengan panik,” ujarnya.
Dia menambahkan, perang adalah sebuah absurditas di abad ke-21 ini. “Perang itu jahat. Tidak mungkin perang bisa diterima di abad ke-21," kata Guterres.
Dugaan kejahatan perang oleh militer Rusia membuat banyak negara bergabung dalam barisan NATO dan sekutunya, negara-negar Eropa barat, menjatuhkan sanksi dan mengirim senjata bagi Ukraina. Perdana Menteri Bulgaria Kiril Petkov menyatakan negaranya akan mengirimkan bantuan militer dan persenjataan bagi militer Ukraina.
“Kita tidak boleh acuh. Kami tidak dapat mengatakan bahwa ini adalah masalah Ukraina. Kami tidak dapat mengatakan bahwa ini hanya tentang beberapa orang sedang sekarat,” katanya ketika berkunjung ke Borodianka.
Bulgaria, di bawah pemerintahan liberal baru yang mulai menjabat musim gugur lalu, telah memutuskan banyak hubungan lamanya dengan Moskwa dan mendukung tindakan hukuman terhadap Kremlin. Itu juga menjadi tuan rumah jet tempur Barat di pos terdepan NATO baru di pantai Laut Hitam Bulgaria.
Kunjungan pemimpin Bulgaria itu terjadi sehari setelah Rusia tiba-tiba memutus aliran gas alam ke negaranya dan sesama anggota NATO Polandia. Langkah itu dilihat sebagai upaya untuk menghukum dan memecah belah Barat karena dukungannya untuk Ukraina menjelang pertempuran yang berpotensi penting di wilayah industri timur Donbas. (AP/AFP)