Setelah lebih dari 75 persen warga memperoleh vaksin lengkap, dan angka kasus turun, kini Brasil lebih percaya diri menggelar acara tahunan.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·3 menit baca
RIO DE JANEIRO, SABTU - Pandemi Covid-19 seolah sirna dari tanah Brasil. Pada Jumat (22/4/2022) malam, kota Rio de Janeiro ”diguncang” oleh kesemarakan karnaval dan parade. Karnaval yang menampilkan banyak penari dari sekolah-sekolah samba terbaik di Rio itu merupakan karnaval pertama setelah absen selama dua tahun karena pandemi.
Pada Jumat malam itu, aneka kendaraan berhias aneka warna dan penari-penari berkostum meriah beriring memasuki halaman Sambadrome. Di Brasil, juga ada ajang kompetisi sekolah-sekolah samba terbaik. Tak heran apabila karnaval itu berlangsung meriah.
Ketula Melo (38), salah satu penari di sekolah samba Imperatriz Leopoldinense, malam itu hadir dengan kostum Dewa Yemanja, salah satu dewa dalam keyakinan tradisional Brasil. ”Dua tahun ini (situasi) sangat mengerikan. Sekarang kita bisa bahagia lagi,” kata Melo saat memasuki Sambadrome di Rio.
Sambadrome, tempat mirip stadion tetapi memanjang dengan jalan di bagian tengah dan deretan panggung penonton di kiri dan kanannya, merupakan ”surga” dan menjadi simbol karnaval Brasil. Selama pandemi, tempat itu menjadi tempat untuk menampung tunawisma dan pusat vaksinasi.
Pada tahun 2021, otoritas setempat berencana menggelar karnaval itu. Namun, rencana itu diurungkan karena amukan varian Delta. Berdasarkan Our World in Data, sejak kasus pertama Covid-19 ditemukan di Brasil pada Maret 2020, ada lebih dari 663.000 orang meninggal akibat Covid-19. Angka itu menempatkan Brasil sebagai negara kedua—setelah Amerika Serikat—dengan korban meninggal akibat Covid-19 terbanyak di dunia.
Titik balik
Parade yang digelar sepanjang Jumat malam lalu seolah menandai titik balik bagi Brasil. Setelah 75 persen lebih dari 213 juta penduduk Brasil mendapat vaksin lengkap, negara itu dengan percaya diri berani menggelar kembali karnaval dan parade.
Sebagai catatan, apabila tahun lalu angka kematian akibat Covid-19—secara mingguan—tercatat sebanyak 3.000 lebih, kini angka itu turun menjadi 100 kematian. ”Saya sangat senang. Saya pikir banyak orang akan menangis, termasuk saya,” kata Ana Vieira (48), seorang guru geografi yang malam itu hadir mewakili sekolah samba bernama Imperatriz.
Ana mengatakan, wajah setiap orang dipenuhi rona bahagia. Pandemi yang membatasi mobilitas penduduk telah membuat warga Brasil dipenuhi saudades atau kerinduan pada karnaval.
”Saya tidak bisa tidur tadi malam, saya sangat bersemangat,” kata Rita Marcelino, pekerja rumah tangga berusia 62 tahun yang menari dengan penuh semangat saat menunggu parade. Dan, seperti banyak warga Brasil lainnya yang menari dan bernyanyi penuh sukacita, malam itu Rita seolah tak lagi ingat tentang apa itu jarak sosial. Semua tenggelam oleh kemeriahan pesta.
Karnaval seolah menjadi momen katarsis, setelah pandemi merenggut nyawa kerabat mereka atau pekerjaan mereka.
”Dua tahun kami mengalami begitu banyak kegelapan di dunia,” kata Latino Suarez (45) yang datang dari Sao Paulo ke Rio hanya untuk turut berparade. ”Brasil tanpa karnaval bukanlah Brasil. Itu bagian dari siapa kita,” ujarnya. (AP/AFP)