Keputusan itu menyeimbangkan sikap AS untuk mengucilkan Rusia dari semua forum internasional. Di sisi lain, keputusan itu menjaga komitmen AS untuk bekerja dengan komunitas internasional untuk berbagai masalah dunia.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Amerika Serikat dipastikan batal memboikot pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral anggota G20, Rabu (20/4/2022), di Washington DC. Menteri Keuangan AS Janet Yellen tetap hadir dalam pertemuan yang juga akan diikuti Menkeu Rusia Anton Siluanov dan Gubernur Bank of Russia Elvira Nabiullina itu.
Sejumlah pejabat Departemen Keuangan AS membenarkan, Yellen akan ikut sebagian pertemuan yang dikenal sebagai FMCBG G20 itu. ”Kami tidak mau kehadiran Rusia menghentikan upaya AS dan mitra kami dalam konteks G20. Jadi, kami akan ikut meskipun Menkeu Rusia ikut sebagian sesi. Dia (Yellen) tidak akan ikut semua sesi,” kata pejabat Depkeu AS yang menolak identitasnya diungkap, Senin (18/4/2022) sore waktu Washington atau Selasa dini hari WIB.
Namun, Yellen dipastikan tidak akan ikut sesi FMCBG yang dihadiri Siluanov atau Nabiullina. Keputusan itu menyeimbangkan sikap AS untuk mengucilkan Rusia dari semua forum internasional. Di sisi lain, keputusan itu menjaga komitmen AS untuk bekerja dengan komunitas internasional untuk berbagai masalah dunia.
Sampai pekan lalu, AS berkeras menolak hadir di semua pertemuan yang diikuti Rusia. Bahkan, AS mendesak komunitas internasional mengucilkan Rusia selepas perang meletus di Ukraina. Sikap serupa ditunjukkan sekutu AS, seperti Inggris, Jepang, dan Australia. Bedanya, Jepang telah lebih dulu memastikan akan ikut FMCBG G20.
Sementara Australia hanya ikut secara virtual. Menurut sejumlah pejabat Kementerian Keuangan RI dan Bank Indonesia, Canberra hadir virtual karena sedang persiapan pemilu. Australia akan menggelar pemilu pada 21 Mei 2022.
Selain FMCBG G20, Yellen akan ikut FMCBG G7 atau tujuh negara industri maju. Yellen dan delegasi AS mengikuti Pertemuan Musim Bank Dunia pada 18-24 April 2022. Yellen dan sejumlah sejawatnya akan bertemu delegasi Ukraina. Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal, Menkeu Serhiy Marchenko, dan Gubernur Bank Sentral Kyrylo Shevchenko dilaporkan berada di Washington.
Selain kegiatan inti Bank Dunia, delegasi Ukraina akan bertemu delegasi G7 dan sekutunya pada Kamis (21/4/2022). Mereka akan membahas cara menjaga bank sentral Ukraina tetap berfungsi. Selain itu akan dibahas pula dampak perang Rusia-Ukraina yang meletus sejak 24 Februari 2022. Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) telah menjanjikan total 2,9 miliar dollar AS untuk Ukraina.
Penasihat Ekonomi pada Kantor Kepresidenan Ukraina Oleg Ustenko menyebut bahwa negaranya akan meminta hibah 50 miliar dollar AS dalam pertemuan di Washington. ”Mohon mengerti, dana 50 miliar dollar AS itu amat penting untuk menjaga kami tetap hidup,” katanya.
Dana itu dibutuhkan untuk menalangi defisit APBN paling tidak 8 miliar dollar AS per bulan. Sebelum perang meletus, defisit APBN Ukraina ditaksir rata-rata 7 miliar dollar AS sepanjang tahun.
Tahun ini, defisit melonjak karena perekonomian Ukraina praktis lumpuh. Mayoritas ekspor Ukraina dikirim melalui Mariupol dan Odessa. Kini, kedua kota pelabuhan itu sama-sama dikepung Rusia. Selain itu, tentara Ukraina melepaskan banyak ranjau laut di perairan sekitarnya. Akibatnya, kedua pelabuhan itu mustahil dipakai.
Sanksi
Dalam rangkaian pertemuan G7, AS akan kembali mendorong tambahan sanksi untuk Rusia. Tambahan itu untuk memastikan upaya penghindaran sanksi bisa dicegah. Sasaran sanksi baru terhadap pihak-pihak yang membantu Rusia menghindari sanksi AS dan sekutunya. Hal itu dikenal sebagai perluasan sanksi dan sanksi sekunder.
Wakil Menkeu AS Wally Adeyemo mengatakan, Washington mau mendorong Moskwa menggunakan uangnya untuk perekonomian Rusia alih-alih mendanai perang. ”Tujuannya membuat Rusia semakin berkurang kemampuannya untuk adu kekuatan di masa mendatang,” katanya.
Lewat sanksi baru, AS dan sekutunya, antara lain, menarget rantai pasok industri pertahanan Rusia dan sektor penyokongnya. Sanksi itu berlaku untuk peralatan perang yang dipakai di Ukraina maupun negara lain. ”Intinya, membuat Rusia punya lebih sedikit uang untuk militer,” ujarnya.
AS meyakini Rusia pada akhirnya akan terpaksa fokus ke ekonomi alih-alih operasi militer di luar negeri. Apalagi, Presiden Rusia Vladimir Putin telah beberapa kali mengisyaratkan kerentanan perekonomian Rusia atas tekanan Barat. Karena itu, Rusia perlu mentransformasi perekonomiannya.
Adeyemo membenarkan, ada tantangan dalam upaya AS. Salah satunya keengganan Jerman memutus ketergantungan energi dari Rusia. Dalam laporan Kementerian Ekonomi Jerman bersama lima lembaga kajian negara itu disimpulkan, perekonomian Jerman batal tumbuh 4,4 persen pada 2022. Berlin hanya akan tumbuh paling banyak 2,7 persen. Dampaknya, Jerman akan kehilangan PDB setara 220 miliar euro pada 2022-2023. Kondisi itu, antara lain, dipicu terjadi karena keterbatasan gas.
Bruegel, lembaga kajian yang berpusat di Brussels, menaksir Uni Eropa akan membutuhkan 70 miliar euro untuk menyediakan gas tahun ini. Tahun lalu, UE hanya butuh total 12 miliar euro. Lonjakan terjadi karena pasokan dari Rusia terganggu sejak perang Rusia-Ukraina meletus. (AFP/REUTERS)