Dugaan Kejahatan Perang di Ukraina oleh Militer Rusia Buat Dunia Berang
Jenazah warga sipil yang diduga menjadi korban kejahatan perang oleh militer Rusia yang menginvasi Ukraina bergeletakan di jalan-jalan di kota Bucha. Mereka diduga dieksekusi dalam jarak dekat. Rusia membantahnya.
KIEV, SENIN — Otoritas berwenang Ukraina menemukan puluhan jenazah, yang diduga warga sipil, tergeletak di jalanan kota Bucha dalam kondisi mengenaskan. Jenazah-jenazah tersebut ditemukan dalam kondisi kedua tangan terikat, ada tanda-tanda penyiksaan, dan mayoritas mengalami luka tembak yang kemungkinan dilakukan dalam jarak dekat.
Temuan jenazah warga dalam kondisi mengenaskan itu membuat marah komunitas internasional.Sejumlah pemimpin negara menuding bahwa militer Rusia telah melakukan genosida, kejahatan perang. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, Minggu (3/4/2022), menyerukan penyelidikan independen untuk memeriksa apa yang terjadi di Bucha.
Jumlah pasti korban dugaan kejahatan perang oleh militer Rusia di Bucha masih dihitung. Menurut Jaksa Agung Ukraina Iryna Venediktova, ditemukan 410 jenazah warga sipil saat militer Ukraina merebut kota tersebut dari tangan Rusia. Sementara Wakil Wali Kota Bucha Taras Sapravskyi menyebutkan, dari sekitar 300 jenazah yang ditemukan, 50 di antaranya merupakan korban pembunuhan di luar proses hukum (extrajudicial killing) yang dilakukan militer Rusia.
Baca juga: Horor di Mariupol
Jurnalis dari kantor berita asing, seperti Associated Press dan AFP, yang berada di Bucha pada akhir pekan kemarin, melihat setidaknya sekitar 21 jenazah warga yang semuanya berpakaian sipil bergelimpangan di beberapa ruas. Para korban diduga dibunuh dalam jarak dekat dengan kondisi kedua tangan serta kaki diikat.
Bucha terletak sekitar 37 kilometer barat laut adalah kota satelit ibu kota Ukraina, Kiev. Kota ini menjadi pusat serangan militer Rusia dalam upaya menaklukkan ibu kota. Militer Rusia memasuki Bucha sejak awal invasi mereka dan bertahan setidaknya hingga 30 Maret sebelum bergerak ke wilayah timur Ukraina yang menjadi fokus serangan saat ini.
Seorang penduduk yang menolak menyebutkan namanya karena alasan keamanan menuturkan, militer Rusia menyisir gedung-gedung yang ada di kota itu dan memaksa warga yang berlindung di ruang bawah tanah untuk keluar dari tempat persembunyian. Mereka mencari bukti aktivitas anti-Rusia pada warga. Setelah itu, mereka membawa pergi atau menembak warga di lokasi.
Seorang warga yang mengaku bernama Hanna Herega melihat militer Rusia menembaki warga sipil yang tengah mencari kayu bakar untuk menghangatkan diri atau untuk memasak makanan. Warga yang tertangkap, menurut Herega, dipukuli pada bagian tulang keringnya hingga dia jatuh.
”Kemudian mereka menembak kaki kirinya. Tak lama kemudian, mereka menembaki sekujur tubuhnya,” tutur Herega.
Baca juga: Saat Hampir Capai Kesepakatan, Rusia Tingkatkan Penggunaan Rudal Hipersonik
Jurnalis kantor berita AP sempat melihat dua jenazah, laki-laki dan perempuan, terbungkus plastik. Menurut warga, mereka menutupi jenazah tersebut hingga keduanya mendapatkan proses pemakaman yang layak. Seorang warga menyebut korban telah mengangkat tangannya, tanda menyerah, ketika berhadapan dengan militer Rusia.
”Dia mengangkat tangannya dan mereka menembaknya,” kata warga yang menolak disebutkan namanya itu.
Jurnalis kantor berita AP menelusuri informasi dari warga yang menyebut bahwa Wakil Wali Kota Motyzhyn Olga Sukhenko beserta suami dan putranya dibunuh oleh militer Rusia. Berdasarkan verifikasi di lapangan, jenazah empat orang warga sipil, salah satunya diduga suami wakil wali kota Motyzhyn, ditemukan ditumpuk dalam sebuah lubang di hutan pinus kota tersebut. Korban tewas yang diduga suami wakil wali kota Motyzhyn ditemukan dalam kondisi kedua tangannya terikat di belakang dan plastik menutupi kepalanya.
Oleksiy Arestovych, salah satu penasihat Presiden Ukraina, mengatakan, puluhan jenazah warga sipil yang terletak di tiga kota, yaitu Bucha, Irpin, dan Hostomel, adalah pemandangan mengerikan layaknya adegan film horor. Dia menuduh bahwa beberapa perempuan yang ditemukan tewas telah diperkosa sebelum dibunuh.
Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan kepada stasiun televisi AS, CBS, apa yang terjadi di Bucha adalah genosida. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menyebutnya sebagai ”pembantaian yang disengaja”. Juru Bicara Kemenlu Ukraina Sergiy Nikiforov menyatakan pembunuhan Bucha persis kejahatan perang.
”Kami menemukan orang-orang dengan tangan dan kaki diikat dan dengan tembakan, lubang peluru, di belakang kepala mereka. Mereka jelas warga sipil dan mereka dieksekusi,” kata Nikiforov.
Kemarahan Eropa
Beberapa pemimpin Eropa menyatakan situasi yang terjadi di kota-kota sekitar Kiev adalah kejahatan perang. Human Rights Watch, lembaga pemantau hak asasi manusia, juga mengatakan telah mendokumentasikan beberapa kasus dugaan pelanggaran hukum humaniter internasional yang dilakukan militer Rusia di Chernihiv, Kharkiv, dan Kiev.
”Ini adalah kebrutalan terhadap warga sipil yang belum pernah kita lihat di Eropa selama beberapa dekade,” kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam wawancara dengan stasiun televisi CNN.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, serangan keji Rusia terhadap warga sipil di Irpin dan Bucha adalah bukti bahwa Presiden Vladimir Putin dan pasukannya melakukan kejahatan perang di Ukraina.
Baca juga: Pasukan Rusia Berupaya Rebut Kiev, Zelenskyy Galang Dukungan Internasional
Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengatakan, Uni Eropa harus mempertimbangkan penghentian pasokan gas dari Rusia. ”Kejahatan semacam itu tidak boleh dibiarkan begitu saja,” kata Lambrecht kepada lembaga penyiaran publik ARD.
Inggris, Perancis, Jerman, Italia, dan Uni Eropa semuanya menyerukan agar mereka yang bertanggung jawab diadili di pengadilan internasional di Den Haag, sementara UE berjanji akan menjatuhkan sanksi lebih lanjut terhadap Moskwa.
Bantahan Rusia
Pemerintah Rusia membantah militernya melakukan kejahatan perang seperti yang dituduhkan Ukraina dan sejumlah negara Eropa. Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataan menyebutkan, foto dan video jenazah yang banyak beredar telah diatur oleh rezim Kiev untuk disebarluaskan media Barat.
Kemenhan Rusia juga menyebutkan bahwa wali kota Bucha tidak mengatakan ada pelanggaran apa pun sehari setelah pasukan Rusia meninggalkan kota itu pada akhir Maret. ”Tidak ada satu pun warga sipil yang menghadapi tindakan kekerasan oleh militer Rusia di Bucha,” sebut pernyataan Kemenhan Rusia.
Baca juga: Ukraina Bukan Target Akhir Rusia
Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov, dikutip dari kantor berita TASS, menyatakan hal senada dengan Kemenhan Rusia. ”Saya ingin menekankan dengan penuh tanggung jawab bahwa tidak ada satu pun warga sipil yang menderita akibat kekerasan ketika kota itu dikendalikan oleh Angkatan Bersenjata Rusia. Sebaliknya, pasukan kami mengirimkan 452 ton bantuan kemanusiaan untuk warga sipil,” kata Antonov.
Dia mengatakan, militer Rusia meninggalkan Bucha pada 30 Maret dalam diam, tak meninggalkan korban terluka ataupun tewas. Namun, secara tiba-tiba militer dan Pemerintah Ukraina mengunggah rekaman sensasional untuk menodai citra Rusia dan membuat Rusia mempertahankan diri dari penyebaran berita palsu.
Antonov menuding militer Ukrainalah yang bertanggung jawab atas kejadian di Bucha dan kota-kota di sekitar Kiev. ”Fakta bahwa Angkatan Bersenjata Ukraina menembaki kota Bucha tepat setelah pasukan Rusia pergi sengaja diabaikan AS,” katanya.
Kemenhan Rusia, Minggu (3/4/2022), mengatakan, pasukan mereka meninggalkan Bucha pada 30 Maret dan foto-foto jenazah warga sipil yang diduga sebagai korban kejahatan perang baru muncul empat hari kemudian. Kabar itu mencuat setelah petugas Dinas Keamanan Ukraina tiba di kota itu. Kemenhan Rusia juga menekankan bahwa pada 31 Maret, Wali Kota Anatoly Fedoruk telah mengonfirmasi dalam pidato lewat video bahwa tidak ada pasukan Rusia di Bucha. Namun, dia tidak mengatakan sepatah kata pun tentang warga sipil yang ditembak mati di jalan dengan tangan terikat di belakang. (AP/AFP/REUTERS)