Sebuah granat meledak di Kabul, Afghanistan, Minggu (3/4/2022). Di hari yang sama, Taliban mengumumkan larangan budidaya opium dan segala jenis narkotika.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
KABUL, MINGGU - Kekerasan kembali mengguncang Afghanistan. Kali ini, sebuah granat tangan meledak di Shahzadah Sarai, sebuah pasar penukaran mata uang asing di Kabul, Minggu (3/4/2022).
Sampai dengan Minggu pukul 21.00 WIB, rumah sakit di Kabul melaporkan, seorang warga tewas. Adapun 59 orang lainnya luka-luka dengan 30 orang di antaranya memerlukan perawatan lebih lanjut.
Media lokal Afghanistan, Ariana News, mengatakan, ledakan terjadi pada pagi hari waktu setempat. Saat itu, Shahzadah Sarai masih tutup sehingga kondisi di dalam pasar sepi.
Aparat penegak hukum masih mengumpulkan bukti-bukti. Dikabarkan, ada seseorang yang melemparkan granat ke Shahzadah Sarai. ”Kecurigaan kami sejauh ini ada pencuri yang melemparkan granat untuk mengalihkan perhatian. Akan tetapi, kami masih melakukan inventarisasi di setiap toko untuk memastikan,” kata Juru Bicara Shahzadah Sarai Abdul Rahman Zirak.
Aparat pada awalnya mencurigai kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah-Khurasan (NIIS-K) sebagai dalang di balik serangan itu. Sebab, pada Sabtu (2/4), NIIS-K menyerang satu mobil Taliban dan menewaskan seluruh penumpangnya. Hingga kini, NIIS-K belum mengeluarkan pernyataan terkait ledakan di Shahzadah Sarai itu.
Taliban mengambil alih pemerintahan Afghanistan per 15 Agustus 2021, beberapa hari setelah pasukan Amerika Serikat (AS) yang berada di negara tersebut sejak 2003 menyatakan angkat kaki.
Taliban lantas berjanji untuk tidak membiarkan organisasi-organisasi teroris tumbuh di dalam wilayah Afghanistan. Realisasi janji ini menjadi prasyarat sejumlah lembaga internasional mengucurkan kembali dana bantuan ke Afghanistan.
Namun, aksi terorisme dengan berbagai modus terus saja terjadi. Pada Oktober 2021, terjadi pengeboman masjid di wilayah masyarakat Shiah ketika waktu shalat Jumat. Pada bulan yang sama, di Afghanistan utara terdapat serangan bom bunuh diri oleh seorang militan Uighur.
NIIS-K kerap melakukan serangan di Afghanistan. Masjid, sekolah, permukiman, bahkan rumah sakit menjadi sasarannya. Serangan-serangan ini membuat pembangunan Afghanistan sulit dilakukan.
China adalah negara pertama yang menyampaikan niatnya menanamkan modal di Afghanistan untuk berbagai proyek infrastruktur. Akan tetapi, realisasinya terkendala sejumlah kasus ledakan dan penyerangan.
Taliban hingga saat ini masih dianggap berafiliasi dengan jaringan teroris. Bahkan, kelompok Haqqani, salah satu faksi di Taliban, menjadi bagian di pemerintahan. Sirajuddin Haqqani, tokoh kelompok ini, menjabat Menteri Dalam Negeri Taliban.
Padahal, Haqqani termasuk dalam daftar teroris yang diterbitkan Biro Investigasi Federal AS alias FBI. Fraksi Haqqani dikenal dekat dengan Al Qaeda dan NIIS-K. Haqqani ketika menjadi pemimpin Taliban berjanji bahwa kelompok yang dipimpinnya tidak dekat dengan organisasi teroris mana pun.
Sementara itu, Juru Bicara Taliban Zabiullah Mujahid mengumumkan bahwa Taliban melarang produksi opium, termasuk budidaya bunga popi opium (Papaver somniferum). Petani yang nekat melanjutkan budidaya dan panen bisa dipenjara dan ladangnya dibakar.
Bunga popi opium sebelumnya merupakan sumber nafkah utama bagi banyak petani Afghanistan. Negara ini adalah penghasil terbesar opium. Pada 2021, Afghanistan memproduksi 6.000 ton opium. Berdasarkan analisis Badan Obat- obatan Terlarang dan Kriminal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), opium sebanyak itu bisa menghasilkan 320 ton heroin murni.
Pada 2021, Afghanistan memproduksi 6.000 ton opium. Berdasarkan analisis Badan Obat- obatan Terlarang dan Kriminal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), opium sebanyak itu bisa menghasilkan 320 ton heroin murni.
PBB menyebutkan, hasil penjualan opium dari Afghanistan berkisar 1,8 miliar dollar AS-2,7 miliar dollar AS per tahun atau setara dengan 7 persen produk domestik bruto Afghanistan. Uang tersebut untuk membiayai lingkaran narkoba yang sarat kekerasan.
AS selama kependudukannya di Afghanistan telah mengeluarkan biaya 8 miliar dollar AS untuk memusnahkan ladang bunga popi opium serta tempat-tempat pengolahannya. (AP)