Presiden Vladimir Putin kerap menggunakan pernyataan ‘de-nazi-fikasi” Ukraina sebagai pembenar invasi ke Ukraina. Pernyataaan itu dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Hal ini bermula dari sejarah Rusia di Perang Dunia II
Oleh
Ninuk Mardiana Pambudy
·3 menit baca
Sejarah Ukraina adalah sejarah kekerasan berdarah, termasuk kekerasan terhadap kelompok Yahudi. Sejarah masa lalu ini digunakan Putin untuk membenarkan invasinya atas Ukraina pada 24 Februari 2022. Taktik yang sama digunakan pemimpin Rusia itu saat proses aneksasi Crimea dari Ukraina yang dimulai pada 20 Februari 2014 setelah terjadi revolusi rakyat yang menumbangkan Presiden Yanukovych dukungan Putin.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyebut revolusi rakyat itu sebagai upaya penghilangan besar-besaran orang Yahudi dari Ukraina. Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly I Churkin menyamakan para pendemo dengan kelompok fasis Ukraina yang bekerja sama dengan Nazi melawan Rusia saat Perang Dunia II.
Kolumnis Amelia M Glaser mencatat untuk The New York Times (9/3/2014), kekerasan berdarah pada Yahudi di Ukraina dimulai akibat ketidakstabilan politik setelah terbunuhnya Tsar Alexander II tahun 1881. Perang Sipil Rusia 1918-1921 menyebabkan puluhan ribu orang Yahudi terbunuh.
Selama PD I, sebanyak 1,5 juta orang Yahudi terbunuh, sebagian oleh etnis Ukraina. Pemimpin ultranasionalis Ukraina, Stepan Bandera, melihat peluang memerdekakan Ukraina dari Uni Soviet ketika Hitler menginvasi Soviet tahun 1941. Proses itu mengambil nyawa banyak orang Polandia dan Yahudi. Ketika Putin dan pejabat tinggi Rusia menyamakan para pendemo Yanukovych di Kiev pada awal 2014 dengan pengikut Bandera, tujuannya adalah membenarkan invasi Rusia atas Crimea demi melindungi orang-orang Rusia dan yang berbahasa Rusia.
Putin kembali menggunakan narasi neo Nazi sebagai salah satu pembenar di mata rakyat Rusia untuk menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Kesamaan
Ahli sejarah Benjamin Nathans dengan kekhususan mengenai Kekaisaran Rusia, Uni Soviet, dan sejarah modern Yahudi Eropa melihat kesamaan antara yang dilakukan Putin dan Hitler. Putin memakai argumen melindungi hak-hak etnis Rusia di Ukraina, sama seperti alasan Hitler menginvasi Cekoslowakia dan Polandia, yaitu melindungi hak-hak etnis Jerman di Eropa Timur di kawasan yang disebut Sudetenland.
Selain itu, ada perasaan penyesalan yang sama di antara keduanya akibat negara mereka kehilangan teritori. Jerman akibat kalah dalam PD I, sedangkan Uni Soviet kehilangan teritori dalam Perang Dingin dan sebelumnya karena runtuhnya Kekaisaran Rusia.
Rusia adalah satu-satunya negara di Eropa yang bertahan terhadap serbuan Nazi Jerman sekaligus membalikkan keadaan dan menghancurkan pasukan Jerman. Kemenangan ini menancap dalam pada alam pikir orang Rusia yang mengalami banyak kejadian buruk pada abad ke-20, seperti Revolusi Bolshevik dan Stalinisme. Putin membuat kemenangan Rusia atas tentara Nazi Jerman sebagai batu penanda identitas Rusia.
Keyakinan Putin bahwa dia menyelamatkan Rusia dan dunia dari Nazisme membawa pada tuduhan bahwa di Ukraina terdapat simpatisan Nazi. Putin menyebut mereka nasionalis Ukraina anti-Rusia yang bekerja sama dengan tentara Nazi. Nathans kepada Penn Today mengatakan, di Rusia jauh lebih banyak penganut neo Nazi dan skinhead yang ultranasionalis daripada di Ukraina.
Narasi buatan
Putin menciptakan narasi Pemerintah Ukraina adalah neo Nazi, dikendalikan Nazi-Nazi kecil. Pernyataan tersebut sangat mudah dibantah karena Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy adalah keturunan Yahudi dan akhir tahun 2021 menandatangani undang-undang antikebencian pada Yahudi.
Meski demikian, tuduhan Putin memiliki beberapa pembenaran. Kelompok-kelompok Yahudi mengkritik Ukraina karena membiarkan pejuang kemerdekaan Ukraina yang berpihak kepada Nazi Jerman mendapat gelar pahlawan nasional. Di Ukraina, kelompok ultrakanan nasionalis menamai sejumlah jalan dengan Stepan Bandera.
Lalu, oleh pejabat Rusia kritik oleh kelompok Yahudi itu digunakan untuk memojokkan Ukraina. Tetapi, itu tidak berarti terjadi genosida seperti tuduhan Putin. Hal yang sudah jelas adalah di antara tiga juta pengungsi Ukraina, sebagian adalah orang Yahudi yang oleh Putin dijadikan alasan denazifikasi dengan menyerang Ukraina.