Imran Khan Terancam Dilengserkan dari Posisi Perdana Menteri
Di atas kertas, kubu partai berkuasa di Pakistan telah kehilangan suara mayoritas di parlemen. Imran Khan pun terancam dilengserkan dari jabatan perdana menteri.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
ISLAMABAD, JUMAT — Parlemen Pakistan, Kamis (31/3/2021), memulai debat terkait mosi tidak percaya kepada pemerintahan Perdana Menteri Imran Khan yang diajukan kubu oposisi sejak lebih dari sepekan lalu. Khan terancam didepak dari jabatannya karena di atas kertas oposisi sudah mengantongi 175 suara dari ambang batas minimal 172 suara yang dibutuhkan.
Khan terpilih menjadi Perdana Menteri (PM) Pakistan dan membentuk pemerintahan koalisi pada Agustus 2018 setelah meraih dukungan 176 suara parlemen. Kini, dia membutuhkan minimal 172 suara untuk tetap berkuasa. Namun, hal itu menjadi persoalan karena salah satu partai koalisi utama di parlemen, Gerakan Muttahida Qaumi (MQM-P) merapat ke oposisi yang ingin menggulingkannya.
Kubu oposisi yang memiliki 168 suara mendapat tambahan tujuh suara MQM-P sehingga menjadi total 175 suara dari total 342 suara parlemen. Pembelotan MQM-P dengan tujuh kursi parlemen membuat posisi PM Khan sangat terancam. Sebelumnya dilaporkan, belasan anggota parlemen dari partai koalisi yang berkuasa, Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI), juga telah merapat ke oposisi.
Sejumlah legislator dari partai koalisi berkuasa, PTI, memang telah mengumumkan langkah untuk menarik dukungan. Hal ini memicu lebih banyak ketidakpastian mengenai masa depan politik Khan, apakah dia dapat mempertahankan kekuasaan atau tidak.
Pemimpin senior MQM-P, Faisal Subzwari, mencuit di Twitter bahwa partainya telah menyelesaikan kesepakatan dengan oposisi yang dipimpin Partai Rakyat Pakistan (PPP) dan Liga Muslim Pakistan (PML-N). Pada Rabu, politikus senior MQM-P, Syed Amin-Ul-Haque, mundur dari jabatan menteri teknologi di kabinet Khan.
Laporan dari Islamabad menyebutkan, mantan bintang kriket Pakistan itu kemungkinan besar akan digulingkan lewat pemungutan suara pada Senin (4/4/2022). Jika itu terjadi, salah satu negara bersenjata nuklir itu akan kembali ke dalam ketidakpastian politik yang berpotensi memecah belah masyarakat. Kekacauan politik ini menjadi tantangan terberat karier politik Khan.
”Perdana menteri sudah pergi,” tulis surat kabar Dawn dalam kolom editorial di halaman depan situs berita berbahasa Inggris paling berpengaruh di Pakistan itu.
PM Khan menghadapi kritik yang luas di Pakistan karena dinilai salah mengurus ekonomi negara. Akibat dari kesalahan itu, inflasi meroket hingga 23 persen, desifit terus meningkat, nilai rupee melemah, dan utang luar negeri menggunung. Oposisi juga menuduh Khan menjalankan kebijakan luar negeri yang ceroboh. Dia kehilangan mayoritas parlemen setelah MQM keluar dari koalisi.
Sebelum Khan kehilangan mayoritas suara di parlemen pada Rabu, para pemimpin oposisi telah memintanya untuk mengundurkan diri secara baik-baik. Namun, para pembantu Khan mengatakan dia takkan mundur. Jika dalam pemungutan suara mosi tidak percaya pada Senin mendatang Khan kehilangan dukungan, hampir pasti dia dimakzulkan oleh parlemen.
Penggulingan Khan bisa berarti putaran lain ketidakstabilan di negara di mana militer masih sangat dominan dalam sistem tatanan politik. Campur tangan militer memiliki catatan panjang dalam politik Pakistan. Tidak ada PM yang pernah menyelesaikan masa jabatan lima tahun penuh di negara itu.
Analis politik mengatakan, Khan menikmati dukungan militer ketika dia memenangi pemilihan untuk menjadi perdana menteri pada 2018. Belakangan, Khan telah kehilangan dukungan para jenderal karena berbagai perselisihan. Kini, posisi Khan benar-benar sangat terancam.
Khan dijadwalkan berpidato di depan publik pendukungnya saat parlemen memulai debat pada Kamis sore waktu setempat. Khan membantah pernah mendapat dukungan militer. Sementara militer, yang telah memerintah Pakistan selama sekitar setengah sejarahnya, menyangkal keterlibatannya dalam politik sipil.
Dalam rapat umum pada Minggu (27/3/2022), Khan menuduh oposisi mendapat dukungan dana asing. Dia menyebut dirinya sebagai korban dari ”konspirasi asing” yang bertujuan menggulingkannya. Khan tidak memperjelas apa yang dimaksudkan dengan konspirasi asing itu.
”Dia akan bertarung sampai pertandingan berakhir, sampai bola terakhir,” kata Menteri Dalam Negeri Sheikh Rashid Ahmed. Dia menggunakan analogi kriket untuk menggambarkan Khan, salah satu pemain hebat tingkat internasional sepanjang masa sebelum dia terjun ke dunia politik.
Menurut analis, jika Khan kalah dalam pemungutan suara pada Senin depan, pemerintahan baru dapat dipimpin Shehbaz Sharif dari PML-N, saudara dari mantan PM Nawaz Sharif. Kemungkinan besar Bilawal Bhutto Zardari dari PPP, putra mendiang mantan PM Benazir Bhutto, juga bisa menggantikannya. (AFP/AP/REUTERS)