Indonesia mengundang semua anggota G20. Keputusan ini diambil di tengah tekanan konflik kepentingan Amerika Serikat-sekutu melawan Rusia sebagai luberan dari krisis Ukraina.
Oleh
LUKI AULIA, KRIS MADA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Selaku Presiden G20 tahun ini, Indonesia pada Rabu (23/3/2022) telah mengirimkan undangan ke seluruh anggota G20 untuk pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 di Washington DC, Amerika Serikat, 20 April. Tim nasional terus berkomunikasi dengan seluruh anggota G20 agar semua bisa berpartisipasi sehingga membuahkan hasil baik.
Konfirmasi bahwa undangan telah dikirim pada Rabu siang kemarin diperoleh Kompas dari lingkaran dalam pemerintah. Seluruh anggota G20 alias kelompok 20 ekonomi dengan produk domestik bruto terbesar di dunia itu diundang tanpa kecuali.
Anggota G20 meliputi Afrika Selatan, Amerika Serikat (AS), Arab Saudi, Argentina, Australia, Brazil, China, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Perancis, Rusia, Turki, dan Uni Eropa.
Undangan yang dikirim lewat surat elektronik tersebut disertai tata cara pertemuan, agenda acara, dan protokol kesehatan. Pertemuan akan digelar tatap muka. Indonesia sebagai tuan rumah juga akan menyelenggarakannya secara hibrida untuk mengakomodasi anggota yang tidak bisa hadir secara fisik.
Pertemuan di Washington DC itu merupakan pertemuan tingkat menteri G20 pertama sejak serangan Rusia ke Ukraina per 24 Februari. Forum itu akan menjadi barometer Presidensi G20 Indonesia 2022, termasuk sikap Indonesia dan respon anggota-anggota G20 terhadap keputusan Indonesia.
Tidak ada kaitan langsung sebenarnya antara Presidensi G20 Indonesia 2022 dan perang Rusia-Ukraina. Namun konflik kepentingan antara AS-sekutu melawan Rusia menyusul krisis Ukraina mau tak mau merembet ke G20. Sebab, kedua kubu yang terlibat dalam pusaran konflik krisis Ukraina adalah juga anggota-anggota G20. Di saat yang sama, persoalan ekonomi global akibat krisis Ukraina ditambah tsunami sanksi terhadap Rusia tidak bisa tidak merupakan topik relevan G20.
Kepada Kompas, Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Owen Jenkins di Jakarta, menyatakan, Inggris tidak akan mendorong atau menekan Indonesia soal mengundang atau tidak mengundang Rusia. Saat ditanya tanggapannya tentang keputusan Indonesia mengundang semua anggota G20, termasuk Rusia, ia tak mau berkomentar. Ia juga enggan menjawab saat ditanya tentang apa yang akan dilakukan Inggris dalam forum-forum G20 saat perwakilan Rusia hadir.
Jenkins hanya menyatakan, Inggris mendukung Presidensi G20 Indonesia 2022 dan upaya Indonesia mencapai tujuan-tujuan agenda G20. ”Banyak masalah penting yang harus ditangani bersama seperti pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi pascapandemi,” katanya.
Sementara dalam keterangan pers di hari yang sama, Jenkins, mengangkat persoalan serangan Rusia ke Ukraina. Serangan itu tidak bisa dibiarkan begitu saja seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Alasannya, hal itu jelas-jelas melanggar hukum internasional, kedaulatan dan integritas wilayah, serta norma dan aturan yang selama ini menjaga stabilitas, perdamaian, dan keamanan dunia.
“Ini bukan perang antara Rusia dan Ukraina saja. Bukan juga perang Rusia dengan negara-negara di Barat, tetapi pada hukum internasional, perdamaian, dan keamanan internasional. Ini bukan business as usual,” ujarnya.
Secara terpisah, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva mengatakan, Indonesia telah menunjukkan ketegasan dengan memutuskan mengundang semua anggota G20. ”Kami sangat berharap Pemerintah Indonesia tidak akan menyerah pada tekanan mengerikan yang diterapkan oleh negara Barat,” katanya dalam keterangan pers di Jakarta.
Selama diundang, Vorobieva melanjutkan, Rusia memastikan akan hadir di semua kegiatan G20. Bahkan, Presiden Rusia Vladimir Putin siap hadir dalam pertemuan puncak G20 di Bali, 15-16 November 2022. ”Tentu akan tergantung dari perkembangan keadaan, juga pandemi Covid-19,” ujarnya.
AS dan sekutunya berusaha mengisolasi Rusia dari hampir semua organisasi internasional. Untuk itu, Indonesia telah membuat keputusan tepat dengan mengundang semua anggota G20.
Vorobieva menambahkan, AS dan sekutunya berusaha mengisolasi Rusia dari hampir semua organisasi internasional. Untuk itu, Indonesia telah membuat keputusan tepat dengan mengundang semua anggota G20. Sebab, tujuan-tujuan prioritas Indonesia selama menjadi ketua bergilir G20 sulit dicapai jika ada pihak yang tidak dilibatkan. Lagi pula, G20 adalah forum ekonomi.
Oleh karena itu, Moskwa menilai upaya membawa isu perang Ukraina di forum itu tidak akan tepat dan tidak akan menyelesaikan masalah. ”Reaksi Barat sama sekali tidak imbang,” katanya.
Mengutip China Daily, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin pada konferensi pers di Beijing, Rabu, menyatakan, Rusia adalah anggota penting di G20. Tidak ada anggota G20 yang berhak mengeluarkan anggota lainnya dari keanggotaan G20.
G20, menurut Wang, adalah platform besar untuk kerja sama ekonomi internasional dengan partisipasi ekonomi-ekonomi besar di dunia. ”China mendukung Indonesia yang menjadi pemimpin G20 di 2022 untuk fokus pada tema ’Recover Together, Recover Stronger’ dan membawa kerja sama G20 lebih lanjut di berbagai area sesuai agenda yang telah ditetapkan,” kata Wang.
Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah negara menekan Indonesia untuk tidak mengundang Rusia. Jika mengakomodasinya alias tidak mengundang Rusia, pemerintah Indonesia harus menghadapi sejumlah konsekuensi. Salah satunya diperkirakan datang dari masyarakat domestik yang akan menilai Pemerintah Indonesia memihak.
Sementara jika tidak mengakomodasi permintaan itu alias tetap mengundang Rusia, salah satu konsekuensi terburuk yang bisa terjadi adalah negara-negara yang tidak menghendaki kehadiran Rusia itu hanya akan mengirimkan pejabat level rendah yang tidak punya hak memutuskan dalam forum G20. Kemungkinan lebih buruk lagi adalah mereka memboikot pertemuan. (LUK/RAZ/LAS)