Membaca Doktrin dan Strategi Militer Rusia dari Perspektif Barat
Setiap negara mempunyai doktrin dan strategi pertahanan-militer. Demikian pula Rusia. Semua langkah dalam serangan Rusia ke Ukraina saat ini berdasar pada doktrin dan strategi tersebut. Seperti apa gambarannya?
Keputusan Rusia untuk menyerang Ukraina tidak terlepas dari doktrin dan strategi militer negara dengan kekuatan militer terbesar kedua setelah Amerika Serikat itu. Doktrin keamanan resmi Rusia tertuang dalam Doktrin Militer 2014 dan Strategi Keamanan Nasional (NSS) 2015. Dokumen strategi kunci lainnya ialah Konsep Kebijakan Luar Negeri 2016, Strategi Angkatan Laut 2017, dan Prinsip Strategi Penanggulangan Nuklir 2020.
Menurut Andrew S Bowen, analis Rusia dan Eropa pada Layanan Penelitian Kongres Amerika Serikat (AS), dokumen-dokumen itu memberikan wawasan tentang bagaimana para pemimpin Rusia memandang ancaman dan bagaimana militer Rusia dan pembuat kebijakan keamanan dalam perspektif konflik di masa depan. Doktrin Militer 2014 dan NSS 2015 juga mengidentifikasi pentingnya informasi dan bahaya ancaman internal maupun eksternal.
Baca juga: Pasukan Rusia Berupaya Rebut Kiev, Zelenskyy Galang Dukungan Internasional
Doktrin Militer 2014 telah membagi sifat ancaman terhadap Rusia menjadi dua kategori, yakni kategori risiko militer dan ancaman militer. Risiko militer didefinisikan sebagai situasi yang dapat ”menyebabkan ancaman militer dalam kondisi tertentu”. Adapun ancaman militer ”ditandai dengan kemungkinan nyata pecahnya konflik militer”.
Begitu pertempuran pecah, militer Rusia mengidentifikasi tipologi konflik yang berkaitan dengan luas dan jenis konflik. Intensitasnya meningkat secara bertahap: konflik bersenjata, perang lokal, perang regional, perang skala besar, dan perang global (nuklir). Tingkat konflik ini penting untuk memahami bagaimana militer Rusia membayangkan skala, sifat, aktor, dan tingkat eskalasi perang yang akan dihadapinya.
Menurut Doktrin Militer Rusia, yang diteken Presiden Vladimir Putin pada akhir Desember 2014, aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan AS adalah ancaman. Rusia tidak mengubah prinsip penggunaan senjata nuklir, yakni untuk mencegah serangan musuh.
Pada Juli 2019, Nikolay Patrushev, Sekretaris Dewan Keamanan Rusia saat itu, menyatakan, Rusia akan memperbarui NSS 2015 pada 2020. Namun, rencana itu tidak terwujud, diduga karena pandemi Covid-19. Presiden Rusia Vladimir Putin baru meneken NSS versi terbaru pada 2 Juli 2021 (NSS 2021).
Baca juga: Faktor-faktor Pengubah Narasi dalam Perang Rusia-Ukraina
Julian Coper dari Pusat Kajian Rusia, Eurasia, dan Eropa di University of Birmingham serta peneliti pada Stockholm International Peace Research Institute, mengatakan, dalam hierarki dokumen, NSS adalah salah satu yang terpenting. Itu semacam ”induk” strategi, fondasi yang menjadi rujukan bagi setiap pembuatan dan pembaharuan dokumen penting lainnya, termasuk doktrin militer dan konsep kebijakan luar negeri.
Kepala Staf Umum Rusia Valery Gerasimov pada pidato tahun 2013 dan dalam artikelnya di surat kabar berbahasa Rusia, Military-Industrial Courier, memaparkan konsepsi Rusia tentang sifat perang di era modern. Ia menyebutkan bahwa secara politis perang selalu diawali dengan konflik bersenjata. Perang modern juga melibatkan alat nonmiliter.
Tindakan Rusia terhadap Ukraina, menurut Bowen, sangat mencerminkan pandangan Gerasimov tersebut. Sebab, tahapan-tahapannya sangat kasat mata, yakni dicirikan oleh penggunaan ekstensif aktor bersenjata non-negara, operasi informasi dan disinformasi, dan strategi non-kinetik lainnya.
Gerasimov menggambarkan kesadaran militer Rusia akan sifat perang modern yang kompleks dan saling berhubungan. Ini kemudian semakin ditentukan oleh paduan taktik non-kinetik dan kekuatan militer konvensional. Uraian Gerasimov adalah puncak dari berbagai perdebatan di militer Rusia tentang apa yang dianggap sebagai sifat perang yang berubah atau perang generasi baru (new generation warfare/NGW).
NGW menggambarkan pendekatan holistik untuk perang modern yang mencakup berbagai alat politik, militer, informasi, dan ekonomi di seluruh situasi dan lokasi. NGW menganggap konflik acap didahului oleh kontes psikologis dan informasi untuk melemahkan moral dan kemampuan musuh dalam mengelola konflik. NGW menganggap pentingnya tambahan alat non-kinetik dan asimetris.
Lihat video: Serangan Udara Militer Rusia Hancurkan Apartemen Warga di Kiev dan Kharkiv
Konsepsi Gerasimov berasal dari keyakinan bahwa Barat sudah menggunakan strategi politik melawan musuh, termasuk mendukung gerakan demokrasi untuk melemahkan atau menggulingkan rezim. Kepemimpinan militer dan keamanan Rusia memandang revolusi warna, protes demokratis di Ukraina, dan penggulingan pemimpin Libya Moammar Khadafy sebagai contoh strategi tersebut
Strategi militer Rusia mengidentifikasi penggunaan kekuatan kinetik sebagai satu-satunya komponen dalam mendukung tujuan politik atau diplomatik yang lebih luas. Rusia memprioritaskan fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi dalam konflik.
Peningkatan pasukan konvensional, ketergantungan pada aktor yang tidak teratur dan non-negara, atau keduanya, tergantung pada keadaan dan situasi. Serangan Rusia ke Ukraina saat ini, antara lain, dimulai dari krisis di Ukraina timur pada 2014 yang antara lain berlatar-belakang kebijakan Kiev terhadap penduduk Ukraina beretnis Rusia dan bertutur bahasa Rusia di Ukraina Timur. Moskwa dalam kasus itu melibatkan aktor tidak teratur dan non-negara, yakni kelompok separatis atau milisi loyalis Rusia untuk mengalahkan pasukan Ukraina.
Preferensi Rusia untuk penggunaan kekuatan yang terukur, bagaimanapun, tidak menyiratkan pertukaran antara penggunaan kekuatan militer yang menentukan dan manajemen eskalasi. Banyak analis menegaskan, Rusia mempertahankan strategi untuk melakukan ”eskalasi ke deeskalasi”, di mana Rusia mungkin mengancam akan menggunakan senjata nuklir jika berisiko kalah dalam konflik.
Baca juga: Jalur Neraka Timteng-Ukraina
Pada tingkat operasional, Rusia secara historis menekankan strategi ofensif tembakan massal. Penggunaan artileri dan artileri roket yang terkonsentrasi, bersama dengan unit tank besar, tetap menjadi inti dari doktrin militer Rusia. Unit militer Rusia, termasuk unit tank dan senapan motor, memiliki sejumlah besar artileri dan artileri roket yang memberikan daya tembak tingkat tinggi.
Hal itu kini dapat terlihat dalam pertempuran yang sedang terjadi di Ukraina. Sejak awal invasi, yakni 24 Februari, Rusia secara besar-besaran menyerang sejumlah kota strategis dengan menghancurkan fasilitas atau pangkalan penting militer Ukraina. Rusia secara agresif menekan Ukraina hingga ke ibu kota Kiev. Kini penggempuran terus dilakukan dengan mengepung Kiev.
Peningkatan kapasitas
Militer Rusia memprioritaskan pengembangan kemampuan pengintaian dan serangan dengan target meningkatkan akurasi artileri. Militer Rusia juga meningkatkan kapasitas militer untuk menimbulkan dampak biaya yang besar dan menargetkan komando dan pusat kendali Ukraina. Informasi, penargetan, dan kemampuan koordinasi semakin penting dalam doktrin militer Rusia.
Rusia menggabungkan strategi operasional ini dengan peningkatan penekanan pada koordinasi dan integrasi di seluruh unit layanan. Militer Rusia memandang integrasi ini sebagai hal yang penting untuk pembentukan angkatan bersenjata gabungan di berbagai distrik militernya.
Doktrin militer Rusia juga berfokus pada periode awal perang. Jika terjadi perang skala besar, Rusia takut akan serangan mendadak. Hal ini, antara lain, berakar dari pengalaman Rusia pada Perang Dunia II. Pemerintah Rusia merasakan keterbatasan demografi, ekonomi, dan teknologi dalam setiap konflik jangka panjang seperti yang dilakukan AS dan NATO.
Sebagai respons atas kemampuan militer Barat dan pemahaman bahwa perang modern ditentukan oleh kecepatan dan kecanggihan teknologi, militer Rusia sangat dipengaruhi oleh doktrin ofensif yang memandu konsep pencegahan dan pertahanan. Akibatnya, doktrin militer Rusia berusaha untuk secara tegas terlibat dan menyelesaikan konflik dengan persyaratan yang menguntungkan Rusia.
Baca juga: Sepak Terjang Militer Putin, dari Suriah ke Ukraina
Doktrin Rusia berfokus pada pertahanan terpadu, terutama kekuatan pertahanan kedirgantaraan, yang memperlakukan musuh sebagai sebuah sistem. Tujuannya untuk mengganggu, menangkis, dan akhirnya menghukum penyerang pada tahap awal konflik.
Doktrin Mliter Rusia menekankan konsep pencegahan yang lebih luas dari sekadar pencegahan nuklir. Disebut sebagai pencegahan strategis dalam doktrin militer resmi Rusia, konsep ini mencakup senjata nuklir, senjata konvensional strategis, dan tindakan nonmiliter di masa damai dan konflik.
Disebut sebagai pencegahan strategis dalam doktrin militer resmi Rusia, konsep ini mencakup senjata nuklir, senjata konvensional strategis, dan tindakan nonmiliter di masa damai dan konflik.
Rusia akan menerapkan semua kemampuan ini untuk mencegah musuh dan mengelola eskalasi jika terjadi konflik. Doktrin Rusia juga mengidentifikasi unit dan kemampuan sebagai hal yang strategis berdasarkan misi yang ingin mereka lakukan dan bukan berdasarkan jenisnya.
Menurut Direktur Editorial Air Force Magazine, John A Tirpak, Rusia tidak bisa mengalahkan NATO dalam perang yang serba konvensional. Dari sisi persenjataan dan teknologinya, Rusia dalam banyak kasus, akan kalah dari NATO karena tidak sesuai standar. Sebaliknya, Rusia memiliki pendekatan hibrida semua domain terhadap konflik bersenjata Eropa.
Rusia akan menggabungkan penangkal nuklirnya dengan serangan dunia maya, kampanye gangguan jangka pendek yang intens, taktik mengulur waktu, dan kesediaan untuk menyerang infrastruktur sipil musuh yang kritis. Idenya adalah untuk meyakinkan musuh dengan cepat bahwa tidak ada gunanya terus berjuang.
Bahkan, sebelum penembakan dimulai, metode Rusia adalah merusak kohesi musuh-musuhnya dengan membagi mereka secara politik. Rusia juga berupaya mempersulit lawan-lawannya dalam menanggapi provokasi dan dalam bertahan ketika langkah Rusia mulai menimbulkan penderitaan ekonomi yang serius.
Jika hasilnya akhirnya seri, Rusia akan menganggapnya sebagai kemenangan karena NATO yang menjadi ancaman terbesarnya akan sangat terganggu dan tidak stabil secara politik oleh kerusakan ekonomi akibat perang. Dengan demikian, NATO tidak lagi menjadi ancaman. Rusia berharap NATO bisa pecah sehingga Rusia tampil sebagai kekuatan hegemoni Eropa.