Korea Utara pada periode Januari-Maret 2022 sudah sembilan kali melakukan uji coba rudal balistik. Kali ini, rudal antarbenua yang bisa mencapai Amerika Serikat.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
PYONGYANG, JUMAT — Intelijen Korea Selatan dan Amerika Serikat menemukan bahwa Korea Utara sudah dua kali melakukan uji coba dengan menembakkan rudal balistik antarbenua atau ICBM. Kali ini, Korea Utara menembakkan rudal Hwasong-17, ICBM terbesar yang pernah mereka kembangkan dan oleh pakar militer gobal dijuluki sebagai rudal ”monster”.
Berdasarkan data yang dihimpun Korsel dan AS, rudal Hwasong-17 ditembakkan pada 27 Februari dan 5 Maret 2022. Kantor berita nasional Korut, KCNA, mengungkapkan, pada Jumat (11/3/2022) Pemimpin Korut Kim Jong Un mengunjungi lokasi peluncuran satelit di Sohae.
”Pastikan semua sarana dan prasarana di Sohae ini mutakhir dan terawat sehingga kita bisa meningkatkan program teknologi luar angkasa,” kata Kim.
Rudal Hwasong-17 ini pertama kali ditunjukkan ke publik saat parade militer di Pyongyang pada Oktober 2020. Setelah itu, pada 2021 Hwasong-17 juga beberapa kali ditampilkan ke muka umum. Rudal ini memiliki kemampuan mencapai wilayah AS. Tanpa diisi hulu ledak nuklir sekalipun, daya rusaknya luar biasa.
Para pakar politik Semenanjung Korea menduga uji coba ini sebagai reaksi dari pemilihan umum presiden di Korsel. Dinamika politik Korsel menunjukkan kecenderungan masyarakat kian mengarah ke pandangan konservatif. Hal ini terbukti dengan kemenangan Yoon Suk-yeol dari partai konservatif.
Selama kampanye, Yoon mengatakan bahwa Korsel terlalu lemah dan akrab terhadap Korut. Ia mengajukan gagasan agar Korsel tampil garang di hadapan Korut. Oleh sebab itu, Yoon mengutarakan niat untuk membeli lebih banyak persenjataan dari AS jika ia memenangi pemilihan presiden. Prioritasnya ialah pembelian berbagai sistem senjata antirudal yang bisa menghadang rudal dari Korut.
Korut sejak tahun 2017 sudah menghentikan pengayaan nuklir ataupun pengembangan ICBM. Akan tetapi, dengan terungkapnya uji coba Hwasong-17 ini, AS dan Korsel menganggap berbagai sanksi terhadap Korut agar tidak mengembangkan persenjataan strategis harus ditingkatkan.
”Dari analisis sejauh ini, uji coba pada 27 Februari dan 5 Maret itu untuk menguji sistem ICBM, bukan mengukur kemampuan jarak tempuh rudal. Hanya satu model Hwasong-17 yang diuji dan itu pun diprogram untuk terbang rendah,” kata Juru Bicara Pentagon John Kirby.
Pakar kajian Korut menduga, Hwasong-17 akan ditembakkan lagi pada 15 April. Itu merupakan hari ulang tahun Kim Il Sung, kakek dari Kim Jong Un, yang dielu-elukan sebagai Pemimpin Besar Korut. AS tengah membahas peningkatan sanksi terhadap Korut agar mereka tidak bisa membeli alat ataupun teknologi untuk mengembangkan ICBM dari luar negeri.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dalam jumpa pers di Tokyo juga mengutarakan keinginannya memperkuat aliansi dengan Korsel dan AS. Ia mengatakan sedang mempertimbangkan untuk memberikan sanksi yang lebih keras kepada Korut.
Para pakar politik Semenanjung Korea menduga, sejak tahun 2017 Korut memang mengumumkan akan menghentikan pengembangan teknologi ICBM. Akan tetapi, mereka sebenarnya masih melanjutkan penelitian di bawah kedok pengembangan teknologi luar angkasa.
Ini terlihat dari status Sohae yang, meskipun diklaim sebagai tempat peluncuran satelit, beberapa kali di lokasi yang sama militer Korut menembakkan rudal. ”Mudah sekali menyamarkan pengembangan teknologi rudal dengan mengaitkannya ke penelitian antariksa,” kata pakar politik Semenanjung Korea dari Universitas Ewha di Korsel, Leif-Eric Easley.
Rudal bisa ditembakkan ke luar angkasa untuk menguji capaian maksimum kecepatan dan jarak. Selain itu, Kim Jong Un berulang kali mengatakan akan mengembangkan teknologi satelit mata-mata yang kemungkinan besar juga dilengkapi rudal yang bisa menembak ke Bumi. (AFP/REUTERS)