Sepanjang Januari 2022, sudah tujuh kali Korea Utara meluncurkan uji coba rudal. Ada kemungkinan Korut akan menghentikan kesibukan uji nuklir saat dimulainya Olimpiade Musim Dingin di Beijing.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·4 menit baca
SEOUL, MINGGU — Hanya berselang tiga hari, Korea Utara kembali meluncurkan rudal balistik ke laut, Minggu (30/1/2022). Ini uji coba ketujuh selama Januari 2022. Jika terkonfirmasi, bulan ini menjadi bulan tersibuk bagi Korea Utara sepanjang pelaksanaan program nuklirnya.
Laporan peluncuran rudal balistik ketujuh ini dikemukakan Korea Selatan dan Jepang. Kepala Staf Gabungan Korea Selatan menyebutkan, sebuah obyek yang diyakini rudal balistik meluncur pada pukul 07.52 waktu setempat dari wilayah Provinsi Jagang menuju lepas pantai timur Korut. Kementerian Pertahanan Jepang dan Kantor Perdana Menteri Jepang juga menyatakan kemungkinan peluncuran rudal balistik, tetapi tidak memberikan detail lebih lanjut. Penjaga Pantai Jepang mengeluarkan peringatan keselamatan di laut dan menyatakan sebuah obyek yang diduga rudal balistik Korut telah mendarat. Tidak ada laporan kerusakan pada kapal atau pesawat di sekitar perairan tersebut.
”Peluncuran rudal balistik kali ini dan sebelumnya mengancam negara kami, kawasan, dan komunitas internasional. Rangkaian peluncuran ini melanggar resolusi PBB. Kami memprotes keras aksi Korut,” kata Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno.
Menurut Matsuno, proyektil yang diluncurkan Korut kali ini adalah rudal balistik standar. Rudal mencapai ketinggian 2.000 meter, terbang selama 30 menit, dan menempuh jarak 800 kilometer.
Provinsi Jagang merupakan lokasi dua peluncuran rudal yang diklaim Korut sebagai rudal hipersonik. Pada Kamis (27/1), Korut meluncurkan dua rudal balistik jarak pendek ke laut. Korut juga menguji coba sepasang rudal jelajah jarak jauh pada Selasa (25/1).
Aktivitas uji coba rudal Korut meningkat pesat dalam sebulan terakhir. Korut mencoba menunjukkan kekuatan militernya di tengah pandemi Covid-19 dan pembicaraan nuklir yang terhenti dengan Amerika Serikat. Para pakar menilai, Korut mengembangkan kemampuan baru di tengah sanksi ketat dan resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang uji nuklir.
Ada kemungkinan Korut akan menghentikan kesibukan uji nuklir saat dimulainya Olimpiade Musim Dingin di Beijing untuk menghormati China, sekutu utamanya. Namun, seusai Olimpiade pada Februari, unjuk kekuatan akan dimulai lagi. ”Korea Utara sibuk meluncurkan rudal sebelum Olimpiade Beijing, kemungkinan besar sebagai upaya modernisasi militer. Pyongyang juga ingin mendongkrak kebanggaan nasional di tengah konteks impitan ekonomi,” kata Leif-Eric Easly, profesor pada Ewha University di Seoul.
Korut sepertinya juga ingin meminta perhatian AS yang saat ini lebih fokus berkonfrontasi dengan China dan Rusia, terutama terkait Ukraina. ”Korut ingin mengingatkan Washington dan Seoul bahwa menumbangkan Korut akan terlalu mahal harganya. Dengan mengancam stabilitas di Asia, sementara perhatian global sedang ke arah lain, Pyongyang menuntut dunia memperlakukannya sebagai ‘kekuatan nuklir’,” tutur Easly menambahkan.
Korut membenarkan diri dengan alasan pertahanan diri saat melakukan rangkaian uji coba nuklir ini. Pemimpin Korut Kim Jong Un bahkan mengancam akan berbuat lebih keras setelah pemerintahan Presiden AS Joe Biden menjatuhkan sanksi baru menyusul dua uji rudal hipersonik pada awal Januari. Dalam sebuah rapat partai yang dipimpin Kim pada 20 Januari, para anggota senior partai mengungkapkan ancaman terselubung tentang dimulainya lagi uji coba rudal jarak jauh yang menyasar AS.
Korut belum pernah menguji rudal balistik jarak jauh antarbenua atau senjata nuklir sejak tahun 2017. Namun, Korut telah menguji sistem rudal jelajah jarak jauh yang telah dimutakhirkan pada Selasa pekan lalu.
Kim berulang kali menyerukan peningkatan kekuatan nuklir sejak pertemuannya dengan mantan Presiden AS Donald Trump pada 2019. Ketika itu, Trump menolak tuntutan Korut untuk penghapusan sanksi sebagai imbalan pengurangan sebagian kapasitas nuklir. Dalam pidato saat pergantian tahun 2022, Kim kembali menyerukan penguatan militer dengan teknologi mutakhir.
Meski perekonomian Korut terseok-seok akibat sanksi dan pandemi, Kim tetap tak mau menyerahkan jaminan terkuatnya untuk bertahan, yakni senjata nuklir. Tahun lalu, Kim malah mengumumkan rencana lima tahunan untuk mengembangkan persenjataan dan teknologi militer modern, seperti senjata hipersonik, satelit mata-mata, rudal balistik antarbenua berbahan bakar solid, dan rudal nuklir dari kapal selam.
Media milik Pemerintah Korut, Jumat, melaporkan, Kim mengunjungi sebuah pabrik persenjataan yang tidak disebutkan lokasinya. Pabrik itu memproduksi sistem persenjataan besar. (AP/REUTERS)