Dengan Iming-iming Gaji Rp 100 Juta, Milisi Suriah Dikerahkan ke Ukraina
Sebanyak 23.000 pemuda Suriah mendaftar sebagai milisi bersenjata bayaran untuk membantu Rusia dalam perang di Ukraina. AS juga dituduh melatih pemuda Suriah untuk dikirim guna membantu pasukan Ukraina melawan Rusia.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·4 menit baca
Perang Ukraina yang berkepanjangan bisa menyeret negara itu seperti Suriah dan Libya. Milisi bersenjata asing bayaran yang saat ini masih bercokol di Suriah dan Libya akan menemukan lahan perang baru di Ukraina. Ukraina pun akan menjadi ”surga baru” bagi milisi bayaran dari mancanegara, seperti halnya Suriah dan Libya selama ini.
Fenomena inilah yang kemungkinan akan segera terjadi di kancah perang Ukraina. Para pialang perang di Suriah kini mulai aktif beroperasi di Damaskus dan wilayah lain di Suriah, merekrut para pemuda Suriah untuk membantu Rusia dalam perang di Ukraina.
Para pialang perang tersebut menggunakan sandi ”Pang-kalan Khmeimim” untuk operasi perekrutan pemuda Suriah yang akan diterjunkan dalam perang Ukraina. Pangkalan udara Khmeimim adalah pangkalan udara militer di Provinsi Latakia, Suriah barat, yang dikontrol Rusia sejak 2015.
Harian berbahasa Arab, Asharq al-Awsat, Sabtu (5/3/2022), mengungkap bahwa 23.000 pemuda Suriah mendaftar sebagai milisi bersenjata bayaran untuk membantu Rusia dalam perang di Ukraina. Mereka berasal dari milisi yang tergabung dalam Batalyon al-Bustan pimpinan Rami Makhluf, saudara sepupu Presiden Bashar al-Assad, dan Satuan Pertahanan Nasional yang dibentuk Iran pada 2012.
Dua satuan milisi bersenjata tersebut pernah bahu-membahu dengan militer Suriah membantu rezim Assad dalam perang melawan kubu oposisi bersenjata Suriah dari tahun 2012 sampai saat ini. Para anggota dua satuan milisi bersenjata itu akan dialihkan ke Ukraina untuk membantu Rusia.
Gaji Rp 100 juta
Mereka telah menandatangani kontrak dengan gaji sekitar 7.000 dollar AS atau sekitar Rp 100 juta untuk selama tujuh bulan di Ukraina. Mereka telah menerima dua syarat. Pertama, tidak boleh pulang ke Suriah selama tujuh bulan bertugas di Ukraina. Kedua, kontrak berperang di Ukraina tidak ada hubungan dengan Pemerintah Suriah.
Tugas utama mereka di Ukraina adalah menjaga tempat-tempat strategis di sejumlah kota di Ukraina yang direbut pasukan Rusia.
Sementara menunggu kedatangan dan partisipasi mereka, Rusia melalui dinas intelijennya menuduh AS juga merekrut dan melatih pemuda Suriah dari wilayah Suriah timur dan utara yang dikontrol AS untuk dikirim ke Ukraina guna membantu pasukan Pemerintah Ukraina melawan Rusia.
Para pemuda Suriah tersebut kini dilatih secara rahasia untuk menghadapi perang kota di pangkalan militer Al-Tanf di Suriah timur, dekat perbatasan dengan Jordania dan Irak yang saat ini dikontrol AS. AS selama ini menjadikan pangkalan militer Al-Tanf sebagai pusat latihan militer milisi loyalisnya di Suriah, seperti milisi Kurdi dari Unit Perlindungan Rakyat (YPG), untuk melawan milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
Para anggota milisi bersenjata di Suriah yang selama ini saling berperang kini relatif menganggur setelah tercapai kesepakatan gencatan senjata di Provinsi Idlib antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada awal 2020.
Para anggota milisi di Suriah sempat dialihkan ke Libya dan medan perang Armenia-Azerbaijan. Namun, dengan tercapainya kesepakatan pembentukan pemerintah baru di Libya pada Maret 2021 dan tercapainya kesepakatan gencatan senjata Azerbaijan-Armenia pada November 2020, banyak dari mereka kembali lagi ke Suriah.
Kini, dengan meletusnya perang Ukraina, mereka menemukan pekerjaan baru. Bahkan, antisipasi pengiriman milisi bersenjata bayaran dari Suriah ke Ukraina sudah terbaca sebelum perang Ukraina meletus. Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu, ketika bertemu Presiden Assad di pangkalan udara Khmeimim, menjelang invasi militer Rusia ke Ukraina, meminta Assad menghentikan serangan ke Provinsi Idlib. Shoigu saat itu beralasan, Rusia akan lebih fokus pada perang di Ukraina dan ingin menurunkan aktivitas militer di Suriah. Shoigu tampaknya ingin mengalihkan milisi loyalis Pemerintah Damaskus ke Ukraina.
Bagi pemuda Suriah, peluang menjadi milisi bayaran di Ukraina dengan gaji cukup fantastis tentu sangat menggiurkan, terutama saat perekonomian Suriah masih karut-marut akibat perang saudara sejak 2011. Menurut laporan PBB, 90 persen dari sekitar 17 juta penduduk Suriah hidup dalam garis kemiskinan. Sekitar 12 juta penduduk Suriah mengalami krisis pangan. Krisis pangan ini bakal semakin parah setelah meletusnya perang Ukraina mengingat kebutuhan gandum Suriah selama ini diimpor dari Rusia dan Ukraina. Pendapatan per kapita Suriah saat ini hanya 2.807 dollar AS per tahun.
Maka, peluang kerja—meski menjadi milisi bayaran—sangat diminati di Suriah. Ini terlihat, hanya beberapa hari dibuka lowongan menjadi milisi bayaran di Ukraina, sudah ada 23.000 orang yang mendaftar.