Erdogan-Putin Bicara lewat Telepon, Turki Sponsori Pertemuan Menlu Rusia-Ukraina
Upaya diplomatik guna meredakan perang di Ukraina dimulai dengan mempertemukan Menlu Rusia dan Ukraina di Turki, Kamis mendatang.
Oleh
LUKI AULIA
·5 menit baca
LVIV, SENIN — Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, Menlu Rusia Sergey Lavrov, dan Menlu Turki Mevlut Cavusoglu akan membicarakan penyelesaian konflik Rusia dan Ukraina di Antalya, Turki, Kamis mendatang. Keputusan ini diambil setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berkomunikasi melalui telepon dengan Rusia dan Ukraina, Senin (7/3/2022). Turki menawarkan diri untuk menjadi mediator dan sudah mengusulkan beberapa lokasi pertemuan, yang akhirnya disepakati di Turki.
Posisi Turki agak pelik sekaligus unik. Di satu sisi negara itu anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan teman dekat Ukraina sejak lama. Di sisi lain, Turki juga menjaga hubungan baik dengan Rusia karena bergantung pada impor dari Rusia.
Turki juga berbagi perbatasan maritim dengan Rusia dan Ukraina di Laut Hitam sehingga berusaha menjaga keseimbangan hubungan baik dengan kedua pihak. Turki tak setuju dengan serangan Rusia, tetapi juga menentang sanksi terhadap Rusia. Kuleba, Sabtu lalu, menyatakan bersedia berbicara dengan Lavrov, tetapi hanya jika pembicaraannya ada gunanya.
”Insya Allah, kami akan melaksanakan pertemuan ini dalam format trilateral di Antalya, hari Kamis,” kata Cavusoglu lewat pernyataan yang dirilis kantor berita Anadolu. ”Berharap langkah ini akan berujung pada perdamaian dan stabilitas.”
Moskwa mengonfirmasi Lavrov akan bertemu dengan Kuleba dan Cavusoglu. Jubir Kementerian Luar Negeri Ukraina, Oleg Nikolenko, kepada AFP mengungkapkan, ”Kemungkinan pertemuan itu tengah dipertimbangkan.” Jika terlaksana, pertemuan itu bakal menjadi pertemuan di luar pertama yang dihadiri Lavrov sejak Rusia menyerang Ukraina di tengah pengisolasian negara-negara Barat pada Rusia.
Sementara itu, Senin kemarin, seperti dilaporkan kantor berita Interfax, delegasi Rusia dan Ukraina kembali memulai perundingan putaran ketiga di Belarus. Juru runding Ukraina, Mykhailo Podolyak, melalui Twitter mendesak Rusia agar menghentikan serangan pada warga sipil. Moskwa mengklaim serangan di Ukraina menarget sasaran militer.
Desakan akan gencatan senjata dan dialog ini menguat mengingat nasib jutaan warga sipil masih berada di dalam wilayah Ukraina dan tidak bisa keluar karena terkepung oleh pasukan keamanan Rusia. Mereka tidak terjamah bantuan- bantuan darurat yang dibutuhkan, seperti bahan makanan, air bersih, dan obat-obatan, karena pasukan Rusia masih terus menyerang.
Tawaran Rusia
Perserikatan Bangsa-Bangsa mendesak agar segera dibuka akses yang aman atau koridor kemanusiaan bagi warga sipil dan pasokan bantuan kemanusiaan. Rusia sudah menawarkan koridor kemanusiaan ke arah Belarus dan Rusia. Menurut peta yang dirilis kantor berita RIA, koridor dari ibu kota Kiev mengarah ke Belarus, sekutu Rusia. Sementara warga dari Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, akan diarahkan ke Rusia.
Ukraina menolak dan menuding tawaran Rusia itu tidak bermoral. Seorang jubir Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, dengan tawaran jalur koridor kemanusiaan seperti itu Rusia berupaya ”memanfaatkan derita warga sebagai obyek tayangan televisi”.
Akibat tiadanya koridor kemanusiaan yang diberlakukan oleh kedua pihak, bantuan-bantuan kemanusiaan tidak bisa masuk, misalnya, ke daerah Kherson, Ukraina selatan. Di wilayah itu, puluhan truk pengangkut bantuan terhalang serangan Rusia. Padahal, rumah sakit-rumah sakit membutuhkan persediaan air bersih, obat-obatan, dan stok oksigen.
Situs media Rusia, RT.com, Senin (7/3/2022), menyebutkan proses evakuasi warga sipil dari kota Mariupol gagal terus dan kedua pihak saling menyalahkan. Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan, gencatan senjata sementara akan dimulai, Senin, pukul 10 pagi waktu setempat, karena situasi kemanusiaan yang parah di Ukraina.
Rusia membuka jalur yang aman bagi warga Ukraina dari Kiev ke Belarus, lalu diterbangkan ke Rusia. Hanya boleh ke Rusia. Pintu-pintu keluar ke Rusia sudah dibuka juga dari kota Kharkiv, Ukraina timur, dan Sumy, serta Mariupol.
Rusia memperingatkan Ukraina untuk tidak mencegah warga sipil meninggalkan Ukraina. Rusia juga mengingatkan Ukraina, mereka akan memantau proses evakuasi dengan memakai pesawat tanpa awak supaya mereka tidak dituding mengganggu upaya kemanusiaan.
Desakan Macron
Tawaran koridor kemanusiaan itu muncul setelah Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara melalui telepon dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron. Macron mendesak kedua pihak agar segera gencatan senjata dan melindungi warga sipil karena situasi di Ukraina memburuk.
”Situasi semakin parah setiap harinya. Banyak orang tewas dan sampai sekarang belum ada kesepakatan gencatan senjata. Sikap Putin yang munafik dan sinis karena hanya membuka koridor kemanusiaan ke arah Rusia dan Belarus ini tidak bisa ditoleransi,” kata Macron.
Republik Rakyat Donetsk yang memisahkan diri dari Ukraina setelah kudeta tahun 2014 menganggap Mariupol sebagai bagian dari wilayahnya. Meski demikian, selama delapan tahun terakhir, Mariupol berada dalam kendali Ukraina. Kelompok separatis Donetsk yang didukung pasukan Rusia sudah mengepung Mariupol sejak pekan lalu.
Upaya membuka jalur aman bagi warga sipil untuk keluar dua kali gagal. Dewan Kota Mariupol menuding Rusia tidak mau menghentikan serangannya, bahkan ke kawasan permukiman. Sebaliknya, Rusia menuding Ukraina sengaja menggunakan warga sipil sebagai perisai. Rusia juga bersikeras hanya menyerang fasilitas-fasilitas militer.
Hingga hari ke-12, Senin, kantor HAM PBB mencatat jumlah warga sipil yang tewas sejak serangan Rusia ke Ukraina sebanyak 406 orang dan 801 orang luka-luka. PBB juga mencatat, sekitar 1,7 juta warga dari Ukraina menjadi pengungsi di negara lain.
Angka korban sebenarnya di tengah konflik yang masih membara sulit dipastikan. Sementara dari sisi Rusia, Moskwa mengonfirmasi hampir 500 tentaranya tewas.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperingatkan Rusia pasti akan mendapat ganjarannya karena menyerang warga sipil. ”Tidak akan ada tempat yang damai di muka bumi ini bagimu, kecuali di akhirat," ujarnya. (REUTERS/AFP/AP)