Dampak Perang Ukraina terhadap Dunia Arab
Dunia Arab, kecuali Suriah yang terikat balas budi kepada Rusia, memilih jalan aman dengan mengambil sikap netral atau diam dalam perang Rusia-Ukraina. Sikap ini untuk menjaga hubungan berimbang antara AS dan Rusia.
Invasi militer Rusia ke Ukraina, yang kemudian disebut perang Ukraina, sejak Kamis (24/2/2022), membawa dampak terhadap dunia Arab, baik negatif maupun positif. Munculnya dampak negatif dan positif dari perang Ukraina tersebut lantaran dunia Arab tidak merupakan satu kesatuan secara ekonomi dan politik.
Ada negara Arab yang kaya minyak dan gas, tetapi ada pula negara Arab yang miskin minyak dan gas. Ada negara Arab yang memiliki hubungan dekat, dan bahkan hubungan khusus, dengan Rusia. Ada juga negara Arab yang memiliki hubungan biasa dan bahkan kurang bagus dengan Rusia.
Maka, perbedaan kelas ekonomi antara satu dan lain di negara-negara Arab, serta perbedaan kedekatan hubungan dengan Rusia, mengantarkan dampak yang berbeda dari perang Ukraina terhadap negara-negara Arab. Bagi negara-negara Arab kaya penghasil minyak dan gas, perang Ukraina bisa jadi membawa berkah karena diprediksi perang tersebut akan menaikkan harga minyak dan gas cukup signifikan.
Baca juga: Serangan Rusia Turut Picu Kenaikan Harga Minyak, Tembus 100 Dollar AS Per Barel
Negara-negara Arab kaya itu berada di kawasan Arab Teluk yang tergabung dalam Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), seperti Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Oman. Kebetulan pula negara-negara GCC itu dikenal memiliki hubungan biasa dengan Rusia. Bahkan, negara-negara GCC dan Rusia sering bersaing karena sama-sama produsen minyak dan gas.
Harga minyak dunia telah menembus lebih dari 100 dollar AS per barel menyusul invasi militer Rusia ke Ukraina, Kamis pekan lalu. Diperkirakan harga minyak dunia akan terus merangkak naik jika perang Ukraina berkepanjangan. Ada yang memprediksi, harga minyak dunia mencapai 130 hingga 150 dollar AS per barel.
Negara-negara Arab kaya minyak di kawasan Teluk tentu sangat diuntungkan oleh naiknya harga minyak itu dan bisa mengurangi atau menutupi defisit anggaran akibat pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhr ini. Ini bisa membantu pembiayaan megaproyek di kawasan Arab Teluk, seperti Visi Arab Saudi 2030 dan Visi Abu Dhabi 2030.
Sebaliknya bagi negara-negara Arab bukan produsen minyak dan gas atau produsen minyak dan gas dalam kapasitas terbatas, perang Ukraina membawa dampak negatif—untuk tidak mengatakan petaka.
Negara-negara Arab kelompok ini, antara lain, Suriah, Lebanon, Mesir, Tunisia, Aljazair, Maroko, dan Yaman. Kebetulan juga sebagian besar negara-negara Arab kelompok ini memiliki hubungan dekat, dan bahkan hubungan khusus, dengan Rusia. Negara-negara Arab kelompok ini sangat bergantung pula pada Rusia terkait pasokan gandum yang merupakan makanan pokok rakyat di negara-negara Arab tersebut.
Dunia Arab mengimpor 40 persen hingga 60 persen kebutuhan gandum dari Rusia dan Ukraina. Negara-negara Arab kelompok tersebut, khususnya Mesir, Tunisia, dan Maroko, selama ini juga sangat mengandalkan wisatawan Rusia dan Ukraina untuk industri pariwisata mereka dalam mendapatkan devisa.
Menurut harian Mesir, Al Ahram, sebanyak 125.000 turis Rusia mengunjungi Mesir pada dua pekan pertama bulan Januari 2022. Tercatat sebanyak 3,3 juta turis Rusia mengunjungi Mesir pada tahun 2015. Rusia menghentikan kunjungan wisatawan ke Mesir menyusul peristiwa jatuhnya pesawat komersial Rusia yang membawa turis negeri itu akibat serangan teroris di Gurun Sinai pada tahun 2015.
Suriah bahkan memiliki hubungan khusus dengan Rusia. Suriah mengizinkan Rusia membangun pangkalan angkatan laut secara permanen di Tartus dan pangkalan militer udara di Khmeimim, Provinsi Latakia. Negara-negara Arab kelompok ini sangat dirugikan oleh perang Ukraina. Keamanan pangan negara-negara Arab kelompok ini terancam karena pasokan gandum dari Rusia dan Ukraina praktis terhenti akibat perang Ukraina.
Tidak ada pilihan lain bagi negara-negara Arab kelompok ini, kecuali segera mencari sumber pasokan gandum baru jika tidak ingin terjadi krisis pangan akibat perang Ukraina yang berlarut-larut.
Baca juga: Timur Tengah Gelisah, Pasokan Gandum Terancam Konflik Ukraina-Rusia
Dipastikan arus wisatawan Rusia dan Ukraina tersebut juga berhenti akibat perang Ukraina sehingga negara, seperti Mesir, Tunisia dan Maroko, akan kehilangan pendapatan dari wisatawan Rusia dan Ukraina.
Selain itu, sebagian negara-negara Arab kelompok tersebut, seperti Lebanon, Tunisia, dan Maroko, juga terbebani oleh naiknya harga minyak dunia akibat perang Ukraina karena negara-negara Arab tersebut masih mengimpor minyak.
Dalam konteks ekonomi, neraca perdagangan antara Rusia dan dunia Arab dari tahun 2019 sampai 2021 sekitar 18 miliar dollar AS hingga 21 miliar dollar AS. Terbatasnya nilai neraca perdagangan Rusia-dunia Arab karena Rusia dan dunia Arab dikenal produsen komoditas yang sama dan bersaing satu sama lain, yaitu minyak dan gas.
Sebagian besar negara Arab selama ini memasok komoditas dan produk teknologi dari AS, Eropa dan terakhir China, bukan dari Rusia, karena teknologi Rusia dianggap tertinggal dari AS, Eropa dan China. Karena itu, neraca perdagangan Rusia-Dunia Arab menjadi relatif rendah. Neraca perdagangan Rusia-Dunia Arab selama ini terdongkrak oleh ekspor gandum Rusia yang cukup besar ke dunia Arab. Rusia terus berusaha meningkatkan neraca perdagangan dan investasi dengan dunia Arab.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada tahun 2019 mengungkapkan, perusahaan-perusahaan Rusia dan negara-negara Arab telah melaksanakan 400 proyek dengan nilai 40 miliar dollar AS, di antaranya perusahaan Rusia melaksanakan proyek eksplorasi dan pengeboran minyak di Irak.
Rusia juga membantu pembangunan reaktor nuklir untuk pembangkit tenaga listrik di El Dabaa, Mesir, yang dimulai sejak 2017 dengan nilai 28,74 miliar dollar AS. Rusia membantu 85 persen atau sekitar 25 miliar dollar AS dari pendanaan pembangunan reaktor nuklir di El Dabaa tersebut.
Dalam konteks politik, sikap resmi dunia Arab adalah menyerukan digelar dialog dan menempuh jalan diplomasi untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina. Sikap tersebut diambil sidang Liga Arab di Kairo, Senin (28/2/2022). Liga Arab menegaskan mendukung semua upaya lewat dialog dan jalur diplomasi untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
Sikap Liga Arab tersebut sebagai jalan tengah atas posisi negara-negara Arab yang kini cukup sulit menghadapi perang Rusia-Ukraina. Di satu pihak, sebagian besar negara Arab memiliki hubungan strategis dengan AS yang berada di belakang Ukraina dalam perang melawan Rusia. Di pihak lain, dunia Arab melihat fakta tentang peran besar Rusia di Suriah dan Libya. Tanpa keterlibatan Rusia, sangat sulit dibayangkan ada solusi politik yang bisa diterima semua pihak di Suriah dan Libya.
Baca juga : Sepak Terjang Militer Putin, dari Suriah ke Ukraina
Rusia menempatkan pesawat tempur secara permanen di pangkalan udara militer Al-Jafra, Libya. Rusia juga berada di belakang Jenderal Khalifa Haftar yang mengontrol Libya timur dan Presiden Bashar al-Assad yang berkuasa di Damaskus.
Karena itu, tidak ada satu pun negara Arab yang menyatakan mendukung Rusia atau Ukraina dalam perang Ukraina, kecuali Suriah yang telah menyampaikan dukungannya atas Rusia.
Negara-negara Arab di Teluk pun yang memiliki hubungan strategis dengan AS tidak pula secara terang-terangan mendukung Ukraina. Negara-negara Arab Teluk masih berharap peran positif Rusia dalam isu nuklir Iran sehingga bisa dicapai kesepakatan nuklir Iran baru yang bisa diterima kawasan Arab Teluk.
Sikap Suriah itu bisa dipahami sebagai balas budi Presiden Assad kepada Rusia yang menyelamatkan kekuasaannya pada tahun 2015 menyusul aksi militer Rusia di Suriah pada tahun tersebut. Maka, dunia Arab, kecuali Suriah, memilih jalan aman dengan mengambil sikap netral atau diam untuk menjaga hubungan yang berimbang antara AS dan Rusia.