Serangan Rusia Turut Picu Kenaikan Harga Minyak, Tembus 100 Dollar AS Per Barel
Serangan Rusia ke wilayah Ukraina turut memicu kenaikan harga minyak mentah. Dunia khawatir konflik akan mengganggu pasokan global.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·3 menit baca
BEIJING, KAMIS — Konflik Ukraina-Rusia mendongkrak harga minyak dunia. Pada Kamis (24/2/2022), harga minyak mentah Brent menembus di atas 102 dollar AS per barel, harga tertinggi sejak September 2014. Harga minyak itu naik sekitar 5,22 dollar AS atau 5,4 persen dari harga sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga menanjak hingga 4,85 dollar AS per barel atau naik 5,3 persen. Saat ini minyak berjangka WTI dihargai 97,40 dollar AS per barel. Sebelumnya, per barel WTI ditebus seharga 96,95 dollar AS. Harga terkini merupakan yang tertinggi sejak Agustus 2014.
Sejak krisis Ukraina-Rusia mencuat, harga minyak global—terhitung sejak awal tahun 2022—telah naik hingga lebih dari 20 dollar AS per barel. Kekhawatiran bahwa Amerika Serikat dan Eropa akan menjatuhkan sanksi pada sektor energi Rusia memicu kekhawatiran langkah itu akan mengganggu pasokan global.
Sebagaimana diketahui, Rusia adalah produsen minyak terbesar kedua di dunia. ”Pengumuman Rusia tentang operasi militer khusus ke Ukraina telah mendorong Brent ke angka (di atas) 100 dollar AS per barel,” kata Warren Patterson, kepala penelitian komoditas ING.
Menurut dia, ketidakpastian membuat pasar minyak kian rentan. Situasi itu bisa membuat harga terus menanjak. ”Bukan hanya risiko geopolitik yang menjadi masalah, melainkan pasokan lebih lanjut,” kata ekonom OCBC Howie Lee. ”Pasokan minyak Rusia akan hilang dalam semalam jika dihadapkan dengan sanksi dan OPEC tidak dapat memproduksi cukup cepat untuk menutupi lubang yang menganga ini,” ujarnya.
Menyikapi situasi itu, Jepang dan Australia siap untuk menggunakan cadangan minyak mereka jika terjadi gangguan pada pasokan global. Namun, sejumlah analis mengingatkan, tekanan inflasi pada ekonomi global dari peningkatan harga minyak bakal memengaruhi Asia, yang mengimpor sebagian besar kebutuhan energinya. ”Melonjaknya harga minyak datang pada saat yang sangat sulit,” kata ekonom HSBC Frederic Neumann. ”Lonjakan harga minyak akan pendapatan dan pertumbuhan di tahun mendatang.”
Serangan
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis mengumumkan operasi khusus ke Donbass, wilayah di Ukraina Timur. Menurut pasukan penjaga perbatasan Ukraina, pasukan Rusia mulai masuk ke Ukraina melalui Belarus pada pukul 05.00 waktu setempat. Serangan juga dilakukan melalui Crimea. Serangan atas pos-pos perbatasan Ukraina juga terjadi di Luhansk, Sumy, Kharkiv, Chernihiv, dan Zhytomyr. Serangan dilakukan dengan tembakan artileri.
Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengecam serangan Rusia itu. ”Kita harus segera menanggapi agresi Rusia di Ukraina,” tulis Morawiecki di Twitter. ”Eropa dan dunia harus menghentikan Putin. Dewan Eropa hari ini harus menyetujui sanksi yang paling keras. Dukungan kita untuk Ukraina harus nyata.”
Kecaman juga datang dari Kanselir Jerman Olaf Scholz. Ia menyebutkan sebagai hari yang mengerikan bagi Ukraina dan hari yang gelap bagi Eropa. ”Serangan Rusia ke Ukraina adalah pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional. Itu tidak bisa dibenarkan oleh apa pun,” kata Scholz.
Jerman, menurut dia, akan berkoordinasi dengan negara lain dalam kerangka G-7, NATO, dan Uni Eropa.