Volatilitas Pasar Keuangan Global karena Kekhawatiran Terjadinya Perang
Investor global sebelumnya telah bergulat dengan prospek pengetatan kebijakan The Federal Reserve AS atas inflasi. Kekhawatiran soal hal itu relatif telah digantikan oleh dinamika ketegangan geopolitik di Eropa timur.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, KAMIS — Pasar global biasanya melemah saat perang mendekat dan menguat jauh sebelum perang berakhir. Ia ”memperlakukan” bencana manusia dengan ketidakpedulian yang ”menakjubkan”. Demikian dikatakan jurnalis senior The New York Times, Jeff Sommer, dalam salah satu artikel analisisnya pada tengah pekan ini. Di mata Sommer, kecenderungan itu tampak sudah menjadi pola umum yang terjadi dalam beberapa kali kejadian serupa, termasuk dalam dinamika gejala agresi terbaru Rusia terhadap Ukraina.
Saat ini, di tengah memanasnya situasi di perbatasan Ukraina-Rusia, mayoritas investor pasar keuangan di seluruh dunia memilih tidak mengambil risiko di tengah kekhawatiran terjadinya perang di Ukraina. Perdagangan di banyak kelas aset telah bergejolak sejak Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim pasukannya ke beberapa wilayah Ukraina awal pekan ini. Ini memicu sanksi dari negara-negara Barat dan ancaman lebih jika Moskwa bergerak maju lebih jauh lagi.
Kekhawatiran atas perang di Ukraina bertambah di tengah pekan saat Pemerintah Ukraina mengumumkan keadaan darurat. Kiev sangat khawatir invasi Rusia akan dikerahkan dalam skala penuhnya. Setelah naik sebanyak 0,7 persen sebelumnya pada Rabu (23/2/2022), MSCI World Index, yang merupakan indeks ukuran terkemuka pasar ekuitas global, berbalik arah dalam perdagangannya.
Sejumlah komoditas, terutama harga minyak mentah, kembali bergejolak. Level psikologis minyak di harga 100 dollar AS per barel dikhawatirkan tertembus sewaktu-waktu jika perang di Ukraina benar-benar meletus. Setelah jatuh sebanyak 1 persen dan naik hampir 2 persen pada siang hari waktu Amerika Serikat (AS), minyak mentah Brent tidak berubah dari penutupan Selasa di level 96,84 dollar AS per barel. Adapun minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,21 persen pada level 92,10 dollar AS per barel setelah sebelumnya turun sebesar 1,9 persen dan naik 1,7 persen secara keseluruhan di hari yang sama.
Bersamaan dengan pengumuman keadaan darurat Ukraina, Pemerintah Ukraina juga meminta warganya meninggalkan Rusia. Pada saat hampir bersamaan, Moskwa mulai mengevakuasi kedutaan besarnya di Kiev.
Pemimpin separatis yang didukung Rusia dari wilayah Ukraina yang memisahkan diri mengatakan, pasukan Pemerintah Ukraina harus menarik diri dari wilayah mereka. Seorang pejabat senior AS mengatakan pada Rabu bahwa Rusia siap meluncurkan sesuatu yang diduga sebagai invasi skala penuh. Itu memungkinkan karena 80 persen tentaranya berkumpul di sekitar Ukraina dalam posisi siap menyerang.
Investor global sebelumnya telah bergulat dengan prospek pengetatan kebijakan The Federal Reserve AS yang bertujuan memerangi lonjakan inflasi. Namun, kekhawatiran soal itu relatif telah digantikan oleh dinamika ketegangan geopolitik di Eropa timur dan di Rusia.
”Jadi, dalam jangka pendek, pasar akan naik atau turun berdasarkan apakah (Rusia) bergerak ke Kiev,” kata Rhys Williams, kepala strategi di Spouting Rock Asset Management.
Dalam analisis Williams, investor tampaknya menerima langkah Rusia atas wilayah Donetsk dan Luhansk di Ukraina. Namun, risiko lebih kompleks tersaji jika Putin memutuskan masuk ke Kiev dan ada perubahan rezim hingga berpotensi terjadinya perang gerilya untuk dua generasi berikutnya di wilayah itu.
Imbal hasil surat utang AS, US Treasury, dilaporkan lebih tinggi karena investor memantau peristiwa Rusia-Ukraina dan tetap khawatir tentang inflasi dan potensi kesalahan kebijakan The Fed. Imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun ada di level 1,99 persen, naik dari level sebelumnya, yakni di level 1,94 di perdagangan Selasa (22/2). US Treasury bertenor 30 tahun juga naik imbal hasilnya, dari level 2,25 persen ke level 2,29 persen.
Volatilitas juga tersaji di pasar nilai tukar. Indeks dollar AS bertahan naik 0,127 persen dan euro turun 0,18 persen pada level 1,1305 per dollar AS. Dollar AS menguat tajam dan terakhir naik 3,2 persen terhadap nilai tukar rubel Rusia. Harga palladium naik 4,5 persen ke level harga tertingginya dalam kurun hampir enam bulan didorong oleh kekhawatiran pukulan pasokan dari Rusia sebagai produsen utama palladium secara global. Harga emas sebagai salah satu aset lindung nilai juga naik 0,6 persen dan diperdagangkan pada level 1.908,62 dollar AS per troi ons. (AFP/REUTERS/BEN)