IMF dan Bank Dunia Ingatkan Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Ekonomi Global
Harga sejumlah komoditas sudah mulai merangkak naik menyusul krisis di Ukraina. Bersama dengan berbagai sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat dan sekutu terhadap Rusia, hal itu akan memicu inflasi dan gangguan keuangan.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Dana Moneter Internasional atau IMF dan Bank Dunia di Washington DC, Selasa (1/3/2022) atau Rabu dini hari WIB, mengingatkan bahwa perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan akan berdampak luas dan besar bagi perekonomian global. Selain krisis akibat perang, dampak itu juga sebagai efek berantai dari sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya terhadap Rusia. Saat ini, harga sejumlah komoditas mulai terbang sehingga memicu inflasi dan mengganggu pasar keuangan.
Hal itu termuat dalam pernyataan bersama Gubernur IMF Kristalina Georgieva dan Presiden Bank Dunia David Malpass. ”Orang-orang terbunuh, terluka, dan terpaksa melarikan diri, dan kerusakan besar terjadi pada infrastruktur fisik negara itu. Kami mendukung rakyat Ukraina melalui perkembangan kondisi yang mengerikan ini. Perang juga menciptakan dampak yang signifikan ke negara lain,” kata Georgieva dan Malpass.
Georgieva dan Malpass menyatakan sangat terkejut dan sedih dengan perang tersebut. Namun, dalam pernyataan itu, keduanya tidak secara eksplisit menyebut Rusia. Rusia adalah salah satu negara pemegang saham di kedua institusi tersebut.
Rusia memulai serangannya ke Ukraina pada 24 Februari. Angkatan bersenjatanya membombardir sejumlah daerah perkotaan Ukraina. Menurut Kementerian Kesehatan Ukraina, perang itu telah menewaskan ratusan warga Ukraina.
IMF dan Bank Dunia menyatakan, perang juga menciptakan dampak signifikan terhadap negara lain. Harga komoditas terdorong naik dan berisiko memicu inflasi. Dalam kondisi itu, masyarakat miskin adalah yang paling terpukul. Pasar keuangan juga akan terus memburuk.
Sementara sanksi yang diumumkan selama beberapa hari terakhir juga akan memiliki dampak ekonomi besar. ”Kami menilai situasi dan mendiskusikan respons kebijakan yang tepat dengan mitra internasional kami,” kata dua pejabat tertinggi di IMF dan Bank Dunia itu.
Sambil melihat perkembangan yang terjadi atas perang Rusia-Ukraina, IMF dan Bank Dunia telah meningkatkan dana pinjaman dan dukungan kebijakan untuk Ukraina. Disebutkan bahwa kedua otoritas lembaga itu telah melakukan komunikasi harian dengan pihak berwenang di Ukraina tentang langkah-langkah penanganan krisis dari sisi keuangan.
Dewan IMF dapat mempertimbangkan permintaan Ukraina untuk pembiayaan darurat melalui Instrumen Pembiayaan Cepat paling cepat pekan depan. Tambahan dana siaga senilai 2,2 miliar dollar Amerika Serikat (AS) disiagakan sebelum akhir Juni.
Adapun Bank Dunia menyiapkan paket dukungan senilai 3 miliar dollar AS dalam beberapa bulan mendatang. Pendanaan itu akan dimulai dengan suntikan pencairan anggaran secara cepat, setidaknya 350 juta dollar AS. Bank Dunia akan mempertimbangkannya pekan ini. Sumber lain yang disediakan adalah dana senilai 200 juta AS untuk program kesehatan dan pendidikan.
Baik IMF maupun Bank Dunia tengah menghitung dan mengantisipasi dampak ekonomi serta keuangan akibat perang dan pengungsi di negara-negara lain di kawasan dan dunia. Kedua lembaga itu menyatakan siap untuk memberikan peningkatan dukungan kebijakan, teknis, dan keuangan bagi negara-negara di sekitar Ukraina jika diperlukan.
Badan pengungsi PBB menyebutkan, lebih dari 660.000 orang telah meninggalkan Ukraina menuju negara-negara seperti Polandia, Romania, dan Hongaria sejak invasi Rusia ke Ukraina. ”Tindakan internasional yang terkoordinasi akan sangat penting untuk mengurangi risiko dan menavigasi periode berbahaya ke depan,” kata lembaga tersebut.
Harga minyak naik
Harga minyak terus melonjak di atas 100 dollar AS per barel pada Rabu (2/3/2022) WIB. Indeks-indeks saham utama di Jerman, Perancis, Italia dan Spanyol ditutup turun lebih dari 3 persen. Indeks STOXX 600 pan-Eropa turun 2,4 persen. Imbal hasil surat utang Pemerintah AS dan Jerman menguat pada Selasa karena meningkatnya kekhawatiran atas puluhan sanksi yang digelontorkan AS dan sekutu terhadap Rusia.
Harga minyak melonjak lebih dari 10 persen meski ada pembicaraan tentang pelepasan persediaan minyak mentah global. Volumenya kurang dari satu hari konsumsi minyak global. Pelepasan itu dinilai tidak akan cukup untuk menutupi gangguan yang berkembang pada pasar minyak mentah.
Harga minyak mentah berjangka AS melonjak 7,69 dollar AS per barel menjadi 103,41 dollar AS per barel dan Brent tetap 104,97 dollar AS per barel. Adapun harga gas alam Eropa melonjak hampir 29 persen. Para pedagang di pusat minyak terbesar AS telah menahan impor mereka dari perusahaan Rusia meskipun Gedung Putih mengatakan penjualan minyak bukan target sanksi.
Artinya, dampak sanksi menjadi lebih mengganggu dibandingkan sebelumnya. Baik harga minyak maupun gas sekarang naik hampir 60 persen dibandingkan posisi November 2021.
Pasar surat utang jauh lebih khawatir tentang pertumbuhan ekonomi daripada inflasi karena penurunan suku bunga riil.
Risiko perlambatan ekonomi global telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Federal Reserve dan bank sentral lain tidak akan agresif menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang. Kepala ekonom untuk Amerika di lembaga Natixis, Joseph LaVorgna, mengatakan, pasar surat utang jauh lebih khawatir tentang pertumbuhan ekonomi daripada inflasi karena penurunan suku bunga riil.
”Tingkat suku bunga riil telah runtuh, yakni turun hampir 50 basis poin dalam dua pekan. Kekhawatiran sebenarnya tetap pada pertumbuhan ekonomi,” kata LaVorgna tentang kesenjangan antara tingkat nominal dan sekuritas yang dilindungi inflasi. (AFP/REUTERS)