Rusia Tingkatkan Serangan ke Ukraina, Moskwa Semakin Terisolasi
Militer Rusia telah meningkatkan serangan rudal dan artileri ke sejumlah kota di Ukraina. Di tengah situasi seperti itu, komunitas internasional terus mengisolasi Moskwa dengan paket sanksi yang semakin ketat.
KIEV, SELASA – Angkatan Bersenjata Rusia meningkatkan serangan rudal dan artilerinya ke berbagai kota di Ukraina, Selasa (1/3/2022). Tembakan rudal dan roket, milsalnya, telah menghujani Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina sehingga menewaskan belasan orang.
Sejumlah besar bangunan pemerintah dan kawasan permukiman di kota berpenduduk sekitar 1,4 - 1,5 juta jiwa itu luluh lantak. Kota-kota pelabuhan di Ukraina selatan juga terus dibombardir dengan tembakan rudal dan roket. Penduduk berlarian ketakutan dan menangis histeris sambil mencari tempat-tempat yang aman untuk berlindung.
Sementara itu konvoi ratusan tank dan kendaraan tempur Rusia yang sedang bergerak menujuk ke ibu kota Kiev pun mengular sejauh 40 mil atau sekitar 65 kilometer. Dilaporkan bahwa di seluruh negeri, ribuan warga sipil menghabiskan malam yang dingin di tempat penampungan, ruang bawah tanah, atau koridor yang dianggap aman untuk berlindung.
Baca juga: AS dan Sekutu Ingin ”Lockdown” Rusia
Kantor berita Associated Press (AP) melaporkan, serangan artileri berat Rusia kembali menghantam sasaran-sasaran sipil di Kharkiv, kota strategis terbesar kedua setelah ibu kota Kiev. Sejumlah bangunan penting pemerintah dan permukiman penduduk di kota itu hancur.
Video yang diunggah ke media daring memperlihatkan, ledakan tembakan artileri menghantam gedung administrasi era Uni Soviet dan daerah pemukiman di Kharkiv. Kota di dekat perbatasan dengan Rusia itu menjadi target utama sejak militer Rusia menginvasi secara besar-besaran ke Ukraina, Kamis (24/2/2022) pagi.
Dari video yang telah diverifikasi oleh wartawan di lapangan diketahui, ledakan demi ledakan tampak menghantam kawasan perumahan pada penduduk. Di dalam video itu tampak seorang pria membujuk serorang wanita untuk segera pergi menjauh dari kota itu dan seorang wanita yang lain menangis histeris.
Meski ada hujan tembakan artileri, para pekerja rumah sakit di Kharkiv berusaha keras untuk memindahkan bangsal bersalin di sebuah rumah sakit di kota itu ke tempat yang lebih aman. Ibu-ibu hamil tampak mondar-mandir di tengah ruangan yang penuh sesak manusia itu dengan disertai tangisan puluhan bayi yang baru lahir.
Sementara itu Kementerian Pertahanan Rusia dan orotitas terkait di Moskwa terus membantah kalau mereka telah menargetkan daerah pemukiman. Namun, wartawan AP yang berada di lapangan telah mendokumentasikan banyak bukti dan fakta keras tentang penembakan yang menarget kawasan perumahan penduduk, sekolah, dan rumah sakit.
Pasukan Rusia, menurut TASS, telah menghambat pergerkan militer Ukraina dari Laut Azov di utara Laut Hitam. Sambil mengutip kementerian pertahanan Rusia, Selasa, TASS, melaporkan bahwa pasukan separatis Donetsk dan Luhansk, yang didukung Rusia telah mencapai perbatasan Donetsk di wilayah Ukraina dan bergabung dengan pasukan Rusia.
Baca juga: Lima Jam Berunding, Ukraina-Rusia Belum Capai Resolusi
Gubernur Oblast Kharkiv yang membawahi kota Kharkiv, Oleg Synehubov, mengatakan, kantor pusat pemerintah provinsi di pusat kota Kharkiv telah menjadi sasaran artileri Rusia. "Pagi ini alun-alun pusat kota kami dan markas besar pemerintahan Kharkiv diserang secara membabi-buta," kata Sinegubov dalam video di Telegram.
Synegubov mengatakan Rusia menembakkan rudal Grad dan rudal jelajah. "Serangan semacam itu adalah genosida terhadap rakyat Ukraina, kejahatan perang terhadap penduduk sipil!" katanhya seperti dikutip oleh kantor berita Reuters.
Synehubov mengatakan bahwa sedikitnya 11 orang tewas dan puluhan lainnya terluka selama serangan yang terjadi pada Senin (28/2/2022). Sementara itu, api menghanguskan pangkalan militer pinggiran kota Brvary, yang terletak di timur laut ibu kota Kiev, dalam rekaman yang diambil dari mobil yang melintas.
Gambar yang diunggah secara daring yang telah diverifikasi oleh seorang wartawan di lapangan menunjukkan, gedung bangunan rusak parah akibat ledakan kuat yang juga menghancuran sebagian atapnya. Badan darurat negara mengatakan, serangan itu melukai enam orang, termasuk seorang anak.
Di tempat terpisah, Dmytro Zhyvytsky, Kepala Wilayah Sumy yang terletak di utara Kharkiv dan dekat dengan perbatasan Rusia, mengatakan, sekitar 70 tentara Ukraina di fasilitas militer tewas ditembak Rusia. Mereka sedang mempersiapkan pemakaman 70 tentara Ukraina itu.
Militer Ukraina belum mengkonfirmasi laporan dari wilayah Sumy. Kiev mengatakan, lebih dari 350 warga sipil tewas sejak awal invasi Rusia dimulai pada Kamis (24/2/2022).
Baca juga: Perundingan di Gomel Menentukan Keberlanjutan Perang
Konvoi tank
Sementara itu, beberapa ledakan terdengar di ibu kota Kiev yang berpenduduk 3 juta jiwa itu. Ratusan tank, kendaraan lapis baja, artileri dan kendaraan pendukung lainnya milik Rusia sedang berkonvoi dalam jarak 25 km dari Kiev. Konvoi membentang sejauh 40 mil atau sekitar 65 km.
“Konvoi kendaraan lapis baja, tank, artileri dan kendaraan pendukung berada dalam jarak 25 kilometer (17 mil) dari pusat kota Kiev dan membentang sekitar 65 kilometer (40 mil),” lapor kantor berita AP merujuk citra satelit Maxar Technologies.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, peningkatan serangan militer Rusia itu merupakakan taktik untuk memaksanya tunduk pada konsesi yang diinginkan Moskwa. "Saya yakin Rusia mencoba menekan (Ukraina) dengan metode sederhana ini," kata Zelenskyy, Selasa pagi WIB.
Di seluruh negeri, banyak warga sipil Ukraina menghabiskan satu malam lagi meringkuk di tempat penampungan, ruang bawah tanah atau koridor. Jumlah korban meningkat saat Ukraina menghadapi hari ke-6 invasi Rusia yang telah mengguncang tatanan dunia abad ke-21 ini.
Penasihat Zelenskiyy, Mykhailo Podolyak, Selasa, mengatakan, Rusia sengaja menyerang kota-kota dengan tembakan rudal dan artileri, termasuk pusat pemukiman dan infrastruktur sipil seperti kantor pemerintah. Itu untuk menyebarkan kepanikan di kalangan warga sipil Ukraina.
"Tujuan Rusia jelas, (untuk menimbulkan) kepanikan massal, korban sipil dan merusak infrastruktur,” kata Podolyak. Namun, Moskwa berulang kali membantah jika militernya telah menargetkan wilayah sipil, meskipun roket banyak menghantam di lingkungan perumahan penduduk.
Baca juga: Alasan Rusia Menginvasi Ukraina dan Tantangan bagi Arsitektur Keamanan Eropa
Vadym Boichenko, Wali Kota Mariupol, dalam siaran langsung di TV Ukraina pada Selasa pagi mengatakan, kota pelabuhan di Ukraina selatan itu dihujani tembakan artileri dan rudal secara menerus yang telah menewaskan sejumlah warga sipil dan merusak infrastruktur.
"Mereka menyerang kami dengan artileri, mereka menembaki kami dengan (rudal) Grad, mereka menyerang kami dengan angkatan udara," kata Boichenko sambil menambahkan sejumlah sekolah dan rumah warga rusak berat. “Ada banyak yang terluka. Ada wanita, anak-anak terbunuh."
Penasihan Zelenskyy lainnya, Oleksiy Arestovich, mengatakan, sebuah depot minyak di timur Sumy dibom oleh Rusia. Di Berdyansk, kota resor tepi laut, lusinan pengunjuk rasa menerikkan Rusia sebagai penjajah dan menyanyikan lagu kebangsaan Ukraina.
Negosiasi
Perkembangan situasi terbaru tersebut terjadi tak lama setelah delegasi Rusia dan Ukraina mengakhiri pertemuan di Gomel, Belarus, dekat perbatasan Ukraina, Selasa dini hari WIB. Solusi damai yang diharapkan dari pertemuan selama lima jam itu tidak berhasil menghentikan serangan.
Menurut TASS dan Ukrinform, pertemuan tersebut dinisiasi Rusia untuk membahas sejumlah isu prioritas. Menurut The New York Times, negosiasi awal berakhir tanpa hasil. Setiap delegasi pulang berkonsultasi dengan pemimpin nasional mereka. Akan ada pertemuan lanjutan dalam waktu dekat.
Salah seorang anggota delegasi Ukraina, Mihailo Podolyak, usai pertemuan mengatakan, Kiev tengah mengupayakan gencatan senjata dan mengakhiri permusuhan. Para pihak mengidentifikasi sejumlah topik prioritas untuk menentukan solusi tertentu. Katanya, “Untuk mendapatkan beberapa peluang implementasi dan solusi logistik, para pihak kembali ke ibu kota mereka untuk berkonsultasi.”
Baca juga: Sepak Terjang Militer Putin, dari Suriah ke Ukraina
Kremlin ingin tuntutan keamanannya diperhitungkan “tanpa syarat,” kata Presiden Vladimir Putin kepada Presiden Perancis, Emmanuel Macron, saat pembicaraan sedang berlangsung. Itu termasuk pengakuan kedaulatan Rusia atas Crimea, “demiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina dan memastikan status netralnya,” yang berarti bahwa Ukraina menarik keinginan bergabung dengan NATO.
Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dilaporkan TASS, mengatakan, Moskwa akan melanjutkan operasi militer khusus di Ukraina sampai tujuannya tercapai. Moskow tidak menyerang kota-kota Ukraina kecuali melumpuhkan infrastruktur militer dan tidak menyerang warga sipil.
Zelenskyy tidak memberikan rincian hasil pembicaraan awal antara delegasi Ukraina dan Rusia di Bomal, Belarus. Namun, dia mengatakan bahwa Kiev tidak siap untuk membuat konsesi "ketika satu pihak menyerang yang lain dengan artileri roket."
Hujan sanksi
Di tengah meningkatkan serangannya ke Ukraina, sejumlah diplomat asing meninggalkan ruangan pertemuan, Selasa, ketika Menlu Rusia Sergei Lavrov, berbicara kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Sebelumnya mereka memboikot pidatonya di Konferensi Perlucutan Senjata, tak jauh dari ruangan pertemuan yang sama.
Para diplomat keluar dari ruangan ketika pesan video Lavrov, yang telah direkam sebelumnya mulai diputar. Itu dilakukan sebagai protes terhadap invasi Moskow ke Ukraina. "Terima kasih banyak atas dukungan yang luar biasa ini kepada orang-orang Ukraina yang berjuang untuk kemerdekaan mereka," kata Wakil Tetap Ukraina untuk PBB, Yevheniia Filipenko.
Moskwa semakin terisolasi oleh sanksi-sanksi yang dijatuhkan negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, dan beberapa negara Asia hingga organisasi keuangan, ekonomi, energi, olahraga, dan bahkan musik hingga media massa.
Baca juga: Hujan Sanksi untuk Rusia Bisa Jadi Bumerang pada Perekonomian Global
Dilaporkan, Uni Eropa telah menjatuhkan lebih dari 26 bentuk sanksi terhadap Rusia yang menyasar 680 warga Rusia dan 52 lembaga. Lembaga yang menjadi target antara lain bank sentral, bank-bank terbesar, badan usaha milik negara, perusahaan energi, dan perusahaan asuransi energi.
Departemen Keuangan Inggris, Selasa, mengatakan bahwa pihaknya menambahkan pemberi pinjaman utama Sberbank ke daftar entitas Rusia yang dikenai sanksi. Langkah itu dilakukan setelah pemerintah pada Senin mengatakan akan membekukan aset semua bank Rusia di Inggris. Semua pelabuhan Inggris untuk menolak kapal Rusia.
Perusahaan kargo internasional, Maersk, juga memboikot pengiriman barang ke dan dari Rusia. Sementara itu FIFA memutuskan untuk mencoret keikutsertaan Rusia di Piala Dunia Qatar 2022. Langkah serupa diikuti Komite Olimpiade Internasional (IOC). Munich Philharmonic Orchestra menghentikan kerja sama dengan konduktor terkenal Rusia, Valery Gergiev.
Perancis mengatakan, sanksi Barat terhadap Moskwa akan menyebabkan ekonomi Rusia ambruk."Kami akan membuat eknomi Rusiah hancur," kata Menteri Keuangan Perancis, Bruno Le Maire kepada radio Franceinfo, setelah Perancis, Uni Eropa, dan lainnya mengatakan mereka akan memberlakukan babak baru sanksi terhadap Rusia.
Lihat foto: Warga Ukraina Berlindung di Stasiun Kereta Bawah Tanah Hingga ke Luar Negeri
UE memasukkan oligarki terkait Kremlin dan juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin ke daftar hitam sanksinya. Tiga orang yang masuk dalam 10 besar terkaya di Rusia versi Forbes, yakni raja logam Alexei Mordashov, tapian Alisher Usmanov, pengusaha dan sekutu Putin Gennady Timchenko.
Le Maire mengatakan, total aset Rusia yang dibekukan berjumlah "hampir 1.000 miliar dolar AS". Negara-negara Barat meningkatkan pengiriman senjata ke Ukraina untuk membantu militer Ukraina mempertahankan diri, tetapi tidak mengirim pasukan.
Inggris memperingatkan Putin dapat diadili karena kejahatan perang. Menteri Kehakiman Inggris, Dominic Raab, mantan jaksa kejahatan perang, mengatakan bahwa Inggris dan sekutunya melihat perkembangan untuk menindak para penjahat perang. Baik Putin maupun para komandan Rusia di lapangan di Ukraina harus bertanggung jawab atas kejahatannya.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag mengatakan bahwa pihaknya sedang menyelidiki laporan setelah menemukan "bukti yang masuk akal" atas dugaan kejahatan perang. Kejahatan terhadap kemanusiaan di Ukraina itu dihitung sejak Rusia merebut Semenanjung Crimea pada 2014.
Baca juga: Rusia Klaim Keunggulan, Dunia Dukung Ukraina
Bagi Putin, para jenderal dan tentara Rusia, "ada risiko yang sangat nyata bahwa mereka akan berakhir di meja pengadilan di Den Haag", kata Raab di televisi BBC. “Jika dan ketika ICC memutuskan untuk mengambil tindakan, saya yakin Inggris dan sekutunya ingin mendukung mereka secara praktis, secara logistik.”
Amnesty International mengatakan bom kluster Rusia menghantam sebuah bangunan prasekolah di timur laut Ukraina, Jumat lalu. Bangunan itu digunakan untuk melindungi warga sipil sehingga menewaskan tiga orang termasuk seorang anak.
Direktur Eksekutif Amnesty Inernasional Agnes Callamard mengatakan, serangan yang menghancur kota Okhtyrka "harus diselidiki sebagai kejahatan perang". (AP/AFP/REUTERS/CAL)