Amerika Serikat dan sekutunya ingin mengisolasi Rusia dengan berbagai sanksi. Dari awalnya di bidang ekonomi, sanksi meluas ke bidang lain.
Oleh
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
·4 menit baca
Amerika Serikat dan negara-negara sekutu ingin mengisolasi Rusia dari berbagai kegiatan dan komunitas internasional. Menyusul serangan Rusia ke Ukraina per 24 Februari 2022, satu per satu negara menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Rusia. Belakangan sanksi meluas antara lain ke bidang media massa dan olahraga.
Uni Eropa dikabarkan telah menjatuhkan lebih dari 26 bentuk sanksi terhadap Rusia. Ini menyasar 680 warga Rusia dan 52 lembaga. Lembaga yang menjadi target antara lain bank sentral, bank-bank terbesar, badan usaha milik negara, perusahaan energi, dan perusahaan asuransi energi.
Adapun warga yang dimaksud meliputi pejabat tinggi pemerintahan, pejabat militer, politisi, dan orang-orang yang dianggap penyebar propaganda pro-Rusia. Sasaran lainnya adalah oligarki dan pengusaha yang bergerak di bidang energi, bank, dan keuangan.
Uni Eropa, misalnya, telah membekukan aset Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Namun, tidak ada sanksi larangan perjalanan internasional kepada keduanya guna tetap membuka peluang diplomasi.
Uni Eropa menjatuhkan paket sanksi, di antaranya memblokir akses Pemerintah Rusia dan pemerintah daerah di negara Rusia mengakses keuangan dan pasar modal Uni Eropa. UE juga menghentikan dan melarang ekspor pesawat terbang dan suku cadang terkait penerbangan ke Rusia.
AS juga menjatuhkan paket sanksi kepada Rusia. Presiden AS Joe Biden dalam keterangan pers di Gedung Putih, Washington DC, Kamis (24/2/2022) atau Jumat (25/2/2022) dini hari WIB, menyatakan, sanksi terhadap Rusia akan diamplifikasi oleh 27 negara anggota UE serta Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru.
”Dari perekonomian global, kami akan membatasi kemampuan Rusia untuk melakukan bisnis dalam dollar, euro, poundsterling, dan yen. Kami akan membatasi mereka melakukannya,” kata Biden.
Sanksi lain yang termasuk paling berat adalah pemutusan akses Rusia dari sistem pembayaran internasional yang disebut SWIFT.
AS dan sekutu telah menghentikan Pemerintah Rusia untuk mengumpulkan uang dari investor AS atau Eropa. Sebelumnya, investor AS dan sekutu dilarang membeli surat negara Rusia di pasar primer. Kali ini, larangan itu diperluas sampai ke pasar sekunder.
Pada pengumuman Biden tersebut, AS juga melarang investornya membeli surat utang yang diterbitkan perusahaan milik negara terbesar di Rusia. AS juga memutus impor teknologi tinggi Rusia hingga 50 persen dari volume normal.
Sanksi lain yang termasuk paling berat adalah pemutusan akses Rusia dari sistem pembayaran internasional yang disebut SWIFT. Uni Eropa dan AS juga melarang investor negaranya untuk berbisnis atau berinvestasi di Rusia.
Kebanyakan sanksi yang dijatuhkan UE dan AS berupa isolasi ekonomi dan keuangan. Namun, belakangan, sanksi meluas ke berbagai bidang lain, mulai media massa sampai olahraga.
Baru-baru ini, Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen menyatakan, UE melarang media milik Pemerintah Rusia menyiarkan berita-beritanya di Uni Eropa. Media yang dimaksud adalah Russia Today dan Sputnik berikut anak-anak perusahaannya.
Sementara di bidang olahraga, UEFA membatalkan lokasi final Liga Champions Eropa musim 2021-2022 di Saint Petersburg, Rusia. Lokasi final kompetisi antarklub sepak bola Eropa itu lantas dipindah ke Stadion Stade de France, Paris, Perancis. Langkah ini diikuti Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA), yang mencoret keikutsertaan Rusia di Piala Dunia Qatar 2022.
IOC, induk organisasi multicabang olahraga dunia, juga melakukan langkah serupa. ”Ketika atlet-atlet Rusia dan Belarus bisa tampil di ajang olahraga, banyak atlet dari Ukraina tidak bisa melakukannya karena serangan. Untuk melindungi integritas olahraga dan keamanan peserta, kami merekomendasikan seluruh federasi olahraga internasional dan para penyelenggara olahraga untuk tidak mengikutsertakan atlet dan ofisial Rusia serta Belarus,” ungkap IOC dalam keterangan resminya.
Pada 21 Februari 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit yang mengakui Donetsk dan Lugansk sebagai negara merdeka. Ini lantas menjadi dasar bagi Rusia untuk masuk ke Ukraina, tiga hari kemudian.
Rusia menyerang Donetsk dan Lugansk, dua daerah di Ukraina timur sebagai basis kelompok pro-Rusia, per 24 Februari. Serangan kemudian meluas ke sejumlah daerah lain di Ukraina, termasuk ke ibu kota negara, Kiev.
Serangan tersebut merupakan buntut dari ketegangan antara Rusia dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang kasus faktualnya terjadi di Ukraina. Rusia menganggap perluasan keanggotaan aliansi militer ke Eropa timur pasca-Perang Dingin menjadi ancaman keamanan negara itu sekaligus melanggar perjanjian pada masa lalu.
Sementara NATO beranggapan bahwa adalah hak setiap negara untuk bergabung dengan NATO. Dengan demikian, Rusia tidak bisa mendikte keanggotaan NATO. (AFP/AP/REUTERS)