Mencegah lebih baik daripada mengobati. Ini mudah diucapkan, tak gampang dilaksanakan. Penanganan pandemi Covid-19 di Hong Kong memberi banyak pelajaran.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Satu tahun pertama pandemi Covid-19, Hong Kong dipuja dan menjadi salah satu cermin komunitas kesehatan berkat keberhasilannya mengendalikan penyebaran SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Bahkan, setelah gelombang penularan keempat yang berakhir April tahun lalu, pandemi Covid-19 di bekas wilayah koloni Inggris dan kini berada di bawah China itu relatif masih terkendali. Kebanyakan kasus positif berasal dari luar negeri. Angka kasusnya pun masih satu digit.
Namun, semua berubah total sejak kemunculan varian baru Omicron. Seperti dilaporkan, angka penularan harian melonjak hingga 70 kali lipat. Departemen Kesehatan Hong Kong, Rabu (23/2/2022), melaporkan angka rekor penularan, yakni 8.798 kasus baru, dari hasil pengetesan 24 jam terakhir. Ini angka kasus harian tertinggi sejak pandemi. Dalam rentang 24 jam itu, tercatat 50 orang tewas akibat Covid-19 atau total lebih dari 400 orang sejak awal pandemi.
Fasilitas-fasilitas kesehatan di wilayah itu dilukiskan media setempat berada di ambang kolaps. Pasien terus berdatangan. Banyak pasien dirawat di koridor, area parkir, atau luar ruangan di rumah sakit. Seorang perawat menuturkan, rumah sakit-rumah sakit pun telah menjadi kluster penularan. Pasien Covid-19 menularkan virus pada pasien non-Covid dan para perawat. ”Omicron telah memaksa Hong Kong berlutut,” tulis South China Morning Post, media terkemuka di Hong Kong.
Para peneliti di Universitas Hong Kong memperingatkan melalui laporan ”Permodelan Gelombang Kelima Covid-19 di Hong Kong” bahwa pada akhir Maret mendatang angka kematian harian akibat Covid-19 bisa menembus hampir 100 kasus. Angka kematian kumulatif pada pertengahan Mei nanti bisa melonjak menjadi sekitar 3.206 kasus. Adapun angka penularannya bisa berpuncak pada 180.000 kasus per hari.
Situasi Hong Kong, yang kewalahan mengendalikan pandemi saat ini, menjadi perhatian Presiden Xi Jinping. Bagi Xi, kasus di Hong Kong juga menyangkut prestise pendekatan dan strategi ”nol Covid” yang dianut Beijing dalam menangani pandemi. Strategi itu juga diterapkan di Hong Kong. Targetnya, memberantas pandemi hingga nol kasus, berapa pun ongkosnya, termasuk penguncian wilayah, jika diperlukan.
Di China, dengan sistem pemerintahan tangan besi, strategi itu dapat dilaksanakan. Namun, tak semudah itu di Hong Kong yang berpenduduk sekitar 7,4 juta. Selain faktor Omicron yang mudah menular, di Hong Kong ada faktor keteledoran dan kelengahan. Lonjakan kasus di wilayah itu dipicu pengabaian kru maskapai, yang kembali dari luar negeri, menjalani karantina. Dari titik itulah, kasus menyebar tak terkendali.
Tak ada antisipasi kesiapan sistem kesehatan dan fasilitas isolasi. Dari kasus di Hong Kong, kita belajar, hingga pandemi benar-benar terkendali, tak ada ruang bagi keteledoran dan kelengahan.