Ada Apa dengan Hong Kong? Dulu Sukses Kendalikan Pandemi, Kini Pun Kewalahan
Hong Kong, dengan mengambil pendekatan seperti China daratan, pernah dipuja berkat keberhasilannya mengendalikan pandemi Covid-19. Namun, menghadapi gelombang kelima penularan Covid-19, pertahanan mereka jebol juga.
Hong Kong semula menuai pujian atas kemampuannya meredam pandemi Covid-19. Angka penularan kasus di wilayah itu tercatat salah satu yang terendah di dunia. Namun, pemandangan bulan ini kontras dengan waktu-waktu sebelumnya. Saat ini banyak pasien terpaksa dirawat di koridor-koridor hingga luar gedung rumah sakit. Gambarannya seperti pemandangan di banyak rumah sakit di Indonesia saat dilanda gelombang kedua Covid-19 varian Delta, Juli 2021.
Sistem layanan kesehatan di Hong Kong di ambang kolaps akibat lonjakan pasien Covid-19 yang harus dirawat. Seorang perawat menuturkan, pasien Covid-19 terus berdatangan, sementara daya tampung rumah sakit sudah tidak mencukupi. Yee (25), seorang perawat, bahkan ditolak dan tak bisa dirawat di Rumah Sakit Kwong Wah tempatnya bekerja saat ia terpapar Covid-19 dengan gejala ringan. Ini karena saking membeludaknya pasien Covid-19.
Ia pun menjalani isolasi di rumah. Di rumahnya, Yee menularkan Covid-19 kepada ayahnya. Yee khawatir ibunya dan saudara laki-lakinya juga terinfeksi. Menurut aturan di Hong Kong, Yee seharusnya diisolasi di pusat karantina. Namun, dalam tujuh hari terakhir tidak ada petugas yang bisa dia hubungi.
Rumah sakit-rumah sakit juga telah menjadi kluster baru penularan Covid-19. Di Rumah Sakit Kwong Wah, kapasitas ruang perawatan dan isolasi bagi pasien Covid-19 hanya cukup untuk menampung 40 orang. Namun, kini rumah sakit itu harus menerima 60 pasien Covid-19. Sebagian dari mereka terpaksa dirawat di area koridor rumah sakit.
Baca juga: Hong Kong Tambah Fasilitas Isolasi, AS Timbang Vaksin Penguat Keempat
Belakangan, diketahui bahwa sejumlah pasien non-Covid-19 juga terpapar dan dikonfirmasi positif Covid-19. Pasien-pasien ini kemudian menularkan kepada pasien lain dan para perawat. Para perawat yang positif diminta isolasi mandiri di rumah.
Kepada kantor berita Reuters, Rumah Sakit Kwong Wah melalui pernyataan tertulis mengungkapkan, pihaknya memanfaatkan ”semua ruang yang layak” guna menampung pasien, sementara staf medis yang terpapar dikirim ke fasilitas-fasilitas isolasi.
Di sejumlah rumah sakit, terlihat para pasien lanjut usia dan anak-anak terpaksa dirawat selama berjam-jam di area-area parkir. Mereka menunggu giliran masuk ruang perawatan dalam kedinginan atau kehujanan. Pemandangan seperti ini benar-benar mengguncang, bukan hanya bagi warga setempat, melainkan juga komunitas kesehatan global.
Melonjak 70 kali lipat
Sejumlah perawat dan dokter di rumah sakit-rumah sakit lainnya mengungkapkan, situasi serupa terjadi di banyak layanan sistem kesehatan di Hong Kong. Setiap hari muncul ribuan kasus baru Covid-19. Angka penularan harian melonjak hingga 70 kali lipat sejak awal Februari lalu.
Otoritas Rumah Sakit Hong Kong mengakui, mereka menghadapi tekanan besar dan terpaksa memprioritaskan pasien lanjut usia dan pasien dalam kondisi parah. Jika ruangan-ruangan atau tempat-tempat darurat bisa dibuat dalam waktu cepat, tidak demikian halnya dengan tenaga kesehatan.
”Anda bisa saja terus menambah tempat-tempat tidur pasien, tetapi tidak akan bisa menambah sumber daya manusianya,” ujar Yee. ”Rekan-rekan saya harus bekerja melebihi kapasitas, satu perawat menangani puluhan pasien.”
Lihat juga foto-foto: Korsel dan Hong Kong Kewalahan Menghadapi Omicron
Hari Selasa (22/2/2022), otoritas kesehatan di Hong Kong melaporkan 6.211 kasus baru, 32 kasus kematian, dan 9.369 kasus positif tambahan sesuai hasil pengetesan.
Dalam laporan bertajuk ”Permodelan gelombang kelima Covid-19 di Hong Kong”, para peneliti di Universitas Hong Kong memperbarui penelitian mereka pada 10 Februari lalu. Dalam laporan itu, mereka memperkirakan bahwa pada akhir Maret mendatang angka kematian harian akibat Covid-19 bisa menembus hampir 100 kasus. Angka kematian kumulatif pada pertengahan Mei nanti bisa melonjak menjadi sekitar 3.206 kasus. Adapun angka penularannya bisa berpuncak pada 180.000 kasus per hari.
Kurang dari dua pekan lalu, para peneliti tersebut memprediksi angka penularan harian bakal berpuncak pada sekitar 28.000 kasus per hari pada pertengahan Maret, sementara total angka kematian mencapai 954 kasus pada akhir Juni mendatang. Tanpa ada langkah pembatasan sosial lebih intensif, seperti penguncian wilayah, demikian sebut laporan terbaru mereka, ”Pergerakan kasus pada gelombang kelima ini kemungkinan tidak akan banyak berubah dari situasi saat ini.”
Strategi ”dinamis bebas-Covid”
Situasi tekanan akibat pandemi Covid-19 yang dialami Hong Kong saat ini memperlihatkan keterbatasan strategi pemerintah setempat yang selama ini disebut strategi ”dinamis bebas Covid”. Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam menyatakan, strategi itu sama seperti yang diterapkan di China daratan dengan target memberantas pandemi hingga nol kasus, berapa pun biaya yang harus dikeluarkan.
Langkah yang diambil, misalnya, dengan menyasar seluruh kasus penularan dan menelusuri kontak dekatnya untuk dilakukan pengetesan, perawatan, dan karantina. Meski mengambil pendekatan sama dengan China daratan, Lam menyatakan, hingga pekan ini Pemerintah Hong Kong belum mempertimbangkan penguncian wilayah.
Lonjakan kasus Covid-19 di Hong Kong, pekan lalu, menjadi sorotan Presiden China Xi Jinping. Seperti dikutip koran Wen Wei Po dan Ta Kung Pao, Rabu (16/2/2022), Xi memerintahkan Wakil Perdana Menteri China Han Zheng untuk menyampaikan kepada Lam bahwa dirinya memberikan perhatian pada situasi pandemi di Hong Kong.
Pemerintah, kata Xi, ”harus menggerakkan seluruh kekuatan dan sumber daya untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna memastikan keselamatan dan kesehatan penduduk Hong Kong dan memastikan stabilitas masyarakat.”
Baca juga: China Pertahankan Kebijakan Nihil Kasus Covid-19
Namun, dengan lonjakan kasus saat ini, mulai muncul keraguan terhadap strategi ”dinamis bebas Covid” yang diambil Pemerintah Hong Kong. Yee, salah satu perawat, menyebut target dalam strategi itu mustahil bisa dicapai. Buktinya, kata dia, penularan bahkan tidak bisa dicegah di rumah sakit-rumah sakit. Menurut otoritas kesehatan setempat, hingga Selasa (22/2/2022), terdapat 837 staf medis terpapar Covid-19.
”Kami semua telah menyaksikan lonjakan jumlah tenaga kesehatan yang sakit dan diisolasi. Sulit dibayangkan, sistem kesehatan ini bakal mampu bertahan lama tanpa ada perubahan dalam strategi,” kata David Owens, mitra pendiri klinik OT&P.
Mengapa bisa terjadi?
Laman media di Hong Kong, South China Morning Post(SCMP), pada 17 Februari 2022 memaparkan mengapa pertahanan Hong Kong dalam menghadapi pandemi Covid-19 akhirnya jebol juga. Lonjakan penularan lokal dalam gelombang kelima saat ini bermula setelah anggota kru maskapai, yang baru kembali dari terbang ke luar negeri, mengabaikan aturan karantina yang harus mereka jalani.
Gara-gara itu, ratusan penghuni kompleks Kwai Chung Estate terpapar Covid-19. Sudah ada penguncian tiga blok selama lima hingga tujuh hari. Namun, kasus-kasus yang tidak terdeteksi telanjur menyebar ke komunitas-komunitas lain. Pada awal Februari lalu, tak lama setelah Imlek, momen yang biasa dimanfaatkan warga setempat untuk berkumpul dengan keluarga, angka penularan harian melonjak.
Lonjakannya menembus angka rata-rata harian 1.000 kasus. Pada Rabu (16/2/2022) pekan lalu, penularan harian menembus 4.285 kasus.
Penasihat pandemi Pemerintah Hong Kong, Profesor David Hui Shu-cheong, menambahkan bahwa lambannya vaksinasi, khususnya di kalangan warga lansia, juga menjadi faktor pemicu lonjakan. Data yang dikutip majalah The Economist (12-18 Februari 2022) menyebutkan bahwa hanya 30 persen dari warga berusia di atas 80 tahun dan 60 persen dari warga berusia 70 tahun baru menerima suntikan vaksin pertama.
”Jika saya mati, biar mati saja. Saya sudah tua,” ujar Yim Suet Mui (83), warga Hong Kong, kepada majalah tersebut.
Menurut Tony Ling, Ketua Asosiasi Dokter Umum Hong Kong, selama dua tahun terakhir Hong Kong sebenarnya mampu mengeluarkan imbauan vaksinasi bagi para warga lansia, meningkatkan kapasitas karantina, dan menyusun rencana langkah-langkah untuk memprioritaskan kasus-kasus parah, serta meminta warga bergejala ringan untuk tidak perlu memeriksakan diri ke rumah sakit.
Namun, kata Tony Ling, ”Tidak ada rencana seperti itu. (Harus diakui), kami belum siap saja. Kami (para dokter) sudah berjuang mati-matian, tetapi kami keletihan juga.”
Lihat juga foto-foto: Hong Kong Wajibkan Tes Covid-19 bagi 7,5 Juta Warganya
Selain itu, pola hunian warga Hong Kong di flat-flat kecil di lingkungan permukiman padat disebut juga berandil dalam lonjakan kasus Covid-19 di wilayah tersebut. Sudah bukan hal asing, flat-flat sempit itu menjadi tempat tinggal tiga generasi dalam satu keluarga. ”Ini jadi masalah besar,” ujar David Chan, kepala serikat pekerja Aliansi Karyawan Otoritas Rumah Sakit, merujuk pada pasien bergejala ringan atau tanpa gejala yang memeriksakan diri di rumah sakit-rumah sakit.
Langkah pemerintah
Menghadapi situasi tersebut, Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam pada Selasa (22/2/2022) mengumumkan aturan tes Covid-19 yang wajib diikuti seluruh warga Hong Kong (sekitar 7,4 juta jiwa) mulai pertengahan Maret mendatang. Dalam skema pengetesan massal itu, setiap warga wajib menjalani tiga kali tes.
Hong Kong memiliki kapasitas pengetesan massal hingga satu juta orang per hari. Sejumlah lokasi, termasuk gedung-gedung sekolah, akan digunakan dalam pengetesan tersebut. Pemerintah Hong Kong juga menyiapkan 10.000 unit isolasi di dua fasilitas umum, salah satunya adalah Terminal Kapal Pesiar Kai Tak.
Selain itu, diberlakukan langkah-langkah pengendalian Covid-19 yang lebih ketat. Larangan penerbangan dari sembilan negara, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, tetap berlaku hingga 20 April mendatang. Bahkan, ada kemungkinan penambahan daftar kedatangan dari negara-negara lain.
Warga dilarang berkumpul lebih dari dua orang. Berbagai tempat, seperti sekolah, gimnasium, dan salon kecantikan, ditutup. Sekolah-sekolah diliburkan lebih cepat, yakni pada Maret hingga April. Biasanya, libur sekolah berlangsung Juli-Agustus. Jika pandemi terkendali, mulai April sekolah-sekolah bisa memulai pelajaran tatap muka lagi. Tahun ajaran baru akan dimulai pada Agustus.
”Satu hingga tiga bulan ke depan bakal krusial dalam penanganan pandemi,” ujar Lam. (AP/REUTERS)