Semakin Kuat Barat Menekan, Rusia Semakin Nekat
Moskwa tidak mau ambil pusing dengan sanksi yang mungkin dijatuhkan Barat jika Rusia pada akhirnya memilih untuk menginvasi Ukraina.
MOSKWA, MINGGU - Pemerintah Rusia, Minggu (13/2/2022), menyatakan prihatin dengan keputusan Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) untuk merelokasi para diplomat mereka di Ukraina. Moskwa juga tak mau ambil pusing dengan sanksi Barat.
Bahkan jika semakin kuat Barat menekan, Rusia akan semakin nekat. Negara-negara Barat disarankan untuk memahami mentalitas bangsa Rusia.
Pernyataan Pemerintah Rusia terkait keputusan OSCE disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova, di Moskwa, Minggu petang atau malam WIB. Pihak OSCE memberi tahu negara-negara peserta tentang keputusan sejumlah negara merelokasi staf nasional mereka dari Misi Pemantauan Khusus OSCE ke Ukraina karena kondisi keamanan yang memburuk.
Menurut Maria Zakharova, keputusan yang diambil negara-negara Barat itu tidak akan mempengaruhi sikap Rusia. Seperti telah dilaporkan sebelumnya, sejumlah negara Barat memutuskan untuk mengevakuasi staf kedutaan mereka dari Kiev dan memerintahkan warga mereka untuk meninggalkan Ukraina sesegera mungkin. Beberapa di antaranya merelokasi stafnya ke kota lain di Ukraina.
Baca juga: Evakuasi Staf Kedutaan dan Warga dari Ukraina Berlanjut
Komunikasi melalui jaringan telepon selama satu jam antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Sabtu (12/2/2022) waktu Washington tidak menurunkan tensi ketegangan AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dengan Rusia atas Ukraina. Tampaknya Moskwa tidak mau peduli dengan semua upaya diplomatik Barat yang sedang berjalan.
Perintah terbaru evakuasi kedutaan dan stafnya dikeluarkan oleh Pemerintah Australia. Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne dalam pernyataan di Canberra, Minggu (13/2/2022), mengatakan, para staf Kedutaan Besar Australia di Kiev diarahkan ke kantor sementara di Lviv, kota di Ukraina barat, sekitar 70 kilometer dari perbatasan dengan Polandia.
Sementara itu Duta Besar Rusia untuk Swedia Viktor Tatarintsev mengatakan, Moskwa tidak mau ambil pusing dengan sanksi yang diberikan Barat jika pada akhirnya Rusia harus memilih untuk menginvasi Ukraina. “Kami tidak peduli dengan semua sanksi mereka,” kata Tatarintsev kepada situs Harian Aftonbladet, Minggu pagi WIB, merujuk kekuatan Barat, termasuk NATO.
Menurut Tatarintsev, pemerintah dan rakyat Rusia sudah terbiasa dengan sanksi yang diberikan oleh negara-negara Barat. "Kami telah menerima banyak sanksi. Hal itu telah memberikan efek positif pada ekonomi dan pertanian kami," kata diplomat kawakan, yang fasih berbahasa Swedia dan telah empat kali bertugas di negara Skandinavia itu.
"Kami lebih mandiri dan mampu meningkatkan ekspor kami. Kami tidak memiliki keju Italia atau Swiss, tetapi kami telah belajar membuat keju Rusia yang sama baiknya dengan menggunakan resep Italia dan Swiss", katanya. Tatarintsev menuduh Barat tidak memahami mentalitas Rusia. "Semakin Barat menekan Rusia, semakin kuat respons Rusia," katanya.
Baca juga: Tensi Meningkat, Sejumlah Negara Minta Warganya Tinggalkan Ukraina
Tatarintsev bersikeras Moskwa berusaha menghindari perang, namun perang akan menjadi pilihan paling akhir. "Itu adalah keinginan paling tulus dari kepemimpinan politik kami."
Komentar diplomat Rusia itu muncul saat Barat semakin khawatir bahwa Moskwa sedang mempersiapkan invasi ke Ukraina secara besar-besaran karena telah mempertebal pasukannya hingga lebih dari 100.000 tentara di dekat Ukraina. Washington telah memperingatkan bahwa invasi Rusia itu dapat terjadi "kapan saja" dalam waktu dekat ini.
Situasi di Ukraina semakin tegang akibat kemungkinan invasi Rusia. Sebagian diplomat Barat mulai meninggalkan Kiev atau bergeser ke kota lain di Ukraina, Minggu (13/2/2022), karena menduga invasi Rusia ke Ukraina bisa terjadi dalam waktu dekat. Sebaliknya Rusia menyatakan akan menarik diplomatnya karena terjadi peningkatan provokasi Barat di Ukraina.
Perkembangan itu terjadi setelah Rusia mempertebal pasukannya hingga lebih dari 100.000 personel di dekat Ukraina. Saat ini pun, sejak Kamis lalu, Rusia tengah menggelar latihan darat dengan Belarus dan latihan solo Angkatan Laut Rusia di Laut Hitam dan Laut Azov. Latihan baru akan berakhir pada 20 Februari, bersamaan dengan berakhir Olimpiade Musim Dingin di Beijing.
Di saat Barat terus meningkatkan komunikasi dengan Moskwa, NATO juga menambah pasukan di beberapa negara anggotanya di sekitar Ukraina dan Rusia. Namun ketika Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss bertemu Menlu Rusia Sergey Lavrov di Moskwa, dia mendapat respons tegas bahwa Moskwa tidak akan menerima ceramah dari Barat.
Lihat video: Warga Sipil Ukraina Latihan Militer Bersama Hadapi Rusia
Presiden Rusia Vladimir Putin telah membuat dunia gelisah. Dia mengancam akan melakukan langkah-langkah “teknis militer” jika NATO terus berusaha merangkul Ukraina. Putin sangat terganggu oleh sepak terjang NATO untuk memperluas keanggotannya di Eropa Timur dan berusaha menarik negara-negara pecahan Uni Soviet.
Putin secara sepihak pada Desember 2021 menawarkan dua tuntutan kepada Barat agar membatasi NATO dan anggotanya. Keduanya berisi tuntutan nonstarter, tetapi oleh Barat ditafsir sebagai pernyataan perang daripada tawaran negosiasi. Pertama, NATO tidak boleh merangkul Ukraina dan kedua, pasukan dan senjata NATO dilarang ditempatkan di Eropa Timur, tetapi ditolak Barat.
Aliansi militer Barat yang dipimpin AS itu sebenarnya sudah merespons tuntutan Putin. Presiden AS Joe Biden dan NATO memberikan jawaban tertulis yang terperinci pada Januari lalu, yakni mencoba untuk memulai dialog dengan Putin. Jika Putin menolak tawaran ini, perang mungkin terjadi, tetapi Moskwa belum sepenuhnya menolak negosiasi.
Itulah sebabnya Barat terus mengupayakan pendekatan diplomasi saat Rusia mempertebal pasukannya di dekat Ukraina serta menggelar latihan militer dengan Belarus dan di Laut Hitam. Masih dalam rangka negosiasi untuk meredakan ketegangan itu, Kanselir Jerman Olaf Scholz akan mengunjungi Kiev dan Moskwa, 14-15 Februari 2022.
Baca juga: Alasan Ukraina Hindari Rusia dan Pilih Bersandar ke Barat
Menurut para pengamat, menaklukkan Ukraina bukanlah urusan yang mudah. Putin memahami betul bahwa membunuh ribuan orang dari negara yang ia gambarkan sebagai “bagian dari Rusia” akan membawa dampak politik yang besar bagi dirinya. Hal itu akan sulit dijelaskan kepada warganya, terutama jika banyak personel militer Rusia menjadi korban.
Putin masih berbicara dan bertemu dengan para pemimpin Barat, termasuk Biden, Presiden Perancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Jika Putin setuju untuk bernegosiasi, maka Biden dan sekutunya seharusnya tidak hanya menawarkan konsesi minimal secara defensif untuk mengakhiri krisis. (AFP/AP/REUTERS)