Evakuasi Staf Kedutaan dan Warga dari Ukraina Berlanjut
Komunikasi Biden-Putin tidak menurunkan tensi ketegangan AS dan NATO dengan Rusia atas Ukraina. Sejumlah negara mengevakuasi staf kedutaan dan meminta warga mereka keluar dari Ukraina.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
CANBERRA, MINGGU — Sejumlah negara memutuskan untuk mengevakuasi staf kedutaan mereka dari Kiev dan memerintahkan warga mereka untuk meninggalkan Ukraina sesegera mungkin. Komunikasi melalui jaringan telepon selama satu jam antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Sabtu (12/2/2022) waktu Washington tidak menurunkan tensi ketegangan AS dan NATO dengan Rusia atas Ukraina.
Perintah terbaru evakuasi kedutaan dan stafnya dikeluarkan oleh Pemerintah Australia. Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne dalam pernyataan di Canberra, Minggu (13/2/2022), mengatakan, para staf Kedutaan Besar Australia di Kiev diarahkan ke kantor sementara di Lviv. Lviv adalah kota di Ukraina barat, sekitar 70 kilometer dari perbatasan dengan Polandia. ”Kami terus menyarankan warga Australia untuk segera meninggalkan Ukraina dengan cara komersial,” kata Payne.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan bahwa situasi terkait ketegangan NATO-Rusia atas Ukraina mencapai tahap yang sangat berbahaya. ”Tindakan sepihak otokratis Rusia untuk mengancam dan menggertak Ukraina adalah sesuatu yang sepenuhnya dan sama sekali tidak dapat diterima,” katanya.
Morrison, yang pemerintahannya memiliki hubungan dingin dengan China, meminta Beijing untuk berbicara atas nama Ukraina. Ini setelah China mengkritik pertemuan para menteri luar negeri AS, Australia, Jepang, dan India di Melbourne pekan lalu. ”Pemerintah China dengan senang hati mengkritik Australia, tetapi tetap diam terhadap pasukan Rusia yang berkumpul di perbatasan Ukraina,” kata Morrison dalam konferensi pers.
Sebelum Putin-Biden berbicara lewat telepon, Departemen Luar Negeri AS memerintahkan sebagian besar staf kedutaannya untuk meninggalkan Ukraina. Perintah itu menambah seruan Pemerintah AS sehari sebelumnya yang menyerukan agar warga AS meninggalkan Ukraina dalam 24 jam. Departemen Pertahanan AS mengatakan telah menarik sekitar 150 pelatih militer dari negara itu pada akhir pekan ini.
Seorang pejabat AS mengatakan, perintah untuk meninggalkan Ukraina termasuk bagi warga AS yang bekerja untuk Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE). OSCE tidak menanggapi permintaan komentar. OSCE adalah organisasi yang melakukan operasi di Ukraina, termasuk misi pemantauan warga sipil di kelompok-kelompok separatis yang didukung Rusia di timur negara itu. Perang yang meletus pada tahun 2014 di Ukraina menewaskan lebih dari 14.000 orang.
Kedutaan Besar Arab Saudi di Kiev, Sabtu, mendesak warganya untuk segera menghubungi kedutaan. Kedutaan Arab Saudi segera memfasilitasi kepergian mereka dari Ukraina, kata TV Pemerintah Saudi. Arab Saudi dan sejumlah negara Arab, termasuk Kuwait dan Uni Emirat Arab, juga meminta warganya untuk menunda rencana mengunjungi Ukraina di tengah meningkatnya ketegangan antara Kiev dan Moskwa.
Sehari sebelumnya, Pemerintah Israel mengevakuasi keluarga staf kedutaan besarnya di Kiev setelah menilai situasi memburuk. Melalui Kementerian Luar Negeri, Israel mendesak warganya untuk menghindari bepergian ke Ukraina dan mereka yang berada di sana untuk menghindari daerah-daerah yang diliputi ketegangan.
Peringatan AS pada Rusia
Dari Washington dilaporkan, Biden berbicara dengan Putin selama sekitar satu jam. Panggilan telepon Biden-Putin dimulai pada pukul 11.04 waktu setempat dan berakhir pukul 12.06, kata seorang pejabat Gedung Putih.
Dalam siaran pers, Gedung Putih menyatakan bahwa sikap Biden atas Ukraina jelas. Jika Rusia melakukan invasi lebih lanjut ke Ukraina, AS bersama sekutu dan mitranya akan merespons dengan tegas pada Rusia dan Moskwa harus siap menanggung risiko-risikonya.
”Presiden Biden menegaskan bahwa invasi Rusia lebih lanjut ke Ukraina akan menghasilkan penderitaan bagi warga yang meluas dan mengurangi kedudukan Rusia,” demikian sebut Gedung Putih. Washington menegaskan, di tengah upaya diplomasinya, AS berkoordinasi dengan sekutu dan mitranya untuk bersiap secara fisik jika kondisi di Ukraina memburuk.
Mengutip sumber dari kalangan pemerintahan AS, kantor berita Rusia, Tass, menyebutkan bahwa Rusia-AS sepakat tetap menjalin kontak. Dikatakan, jika Rusia melanjutkan aksi militernya di Ukraina, kerusakan yang ditimbulkan di Ukraina akan besar dan berimbas pada keamanan Eropa dan sekaligus Rusia. AS memperingatkan bahwa risiko itu harus dicegah.
Di mata Moskwa, negara-negara Barat dan Ukraina baru-baru ini menyuarakan tuduhan tentang potensi invasi Rusia ke Ukraina. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengecam klaim ini ”kosong dan tidak berdasar” dan lebih berfungsi sebagai taktik untuk meningkatkan ketegangan.
Peskov menyatakan, Rusia tidak menimbulkan ancaman apa pun kepada siapa pun. Namun, Peskov tidak mengesampingkan kemungkinan provokasi yang bertujuan untuk membenarkan klaim tersebut dan memperingatkan bahwa upaya untuk menggunakan kekuatan militer dalam penyelesaian krisis di tenggara Ukraina akan memiliki konsekuensi serius. (AFP/AP/REUTERS)