Rusia Bisa Menang di Ukraina Tanpa Todongan Senjata
Rusia saat ini sedang mempertimbangkan kemungkinan melakukan invasi militer atau blokade ekonomi untuk menekan Ukraina.
Kekuatan Barat, termasuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang dipimpin Amerika, kini menghadapi tantangan terberat dalam melindungi Ukraina dari tekanan Rusia. Manuver militer Rusia berupa latihan perang bersama Belarus dan latihan solo Angkatan Laut Rusia di Laut Hitam, dikhawatirkan sebagai geladi bersih untuk invasi ke Ukraina.
Memang tidak tanggung-tanggung, dalam latihan bersama dengan Belarus, Rusia mengerahkan sekitar 30.000 personel militer. NATO menggambarkan pergeseran pasukan Rusia sebanyak itu ke Ukraina merupakan pengerahan terbesar sejak Perang Dingin.
Latihan militer Rusia-Belarus berpusat di Brest, wilayah Belarus paling barat yang berbatasan dengan Polandia dan Ukraina. Latihan melibatkan rudal-rudal S-400, sistem senjata antipesawat generasi baru Rusia, dan jet-jet tempur multiperan Shukoi Su-25.
Sementara untuk latihan solo Angkatan Laut Rusia di Laut Hitam dan Laut Azov yang berdekatan, Moskwa mengerahkan enam kapal pendarat besar (LLS) yang bisa mendaratkan tank-tank di tepi pantai. Tiga kapal melewati Selat Bosphorus dan tiga lainnya melewati Selat Dardanella di Turki, salah satu negara anggota NATO.
Baca Juga: Barat Tawarkan Diplomasi Saat Rusia Gelar Latihan Militer
Gelar kekuatan Rusia itu akan berakhir bersamaan dengan penutupan Olimpade Musim Dingin di China pada 20 Februari. Pertanyaan ini bisa muncul lagi: apa yang akan dilakukan Rusia di Ukraina setelah Olimpiade dan latihan perang berakhir? Belum ada kepastian soal itu, meski Rusia mengatakan bahwa usai latihan semua personel ditarik ”pulang ke rumah”.
Ketika Presiden Rusia Vladimir Putin terbang ke Beijing untuk bertemu Presiden China Xi Jinping dan menghadiri pembukaan Olimpade, 4 Februari, Barat menduga bahwa olimpiade hanya menunda rencana invasi Rusia, yang secara potensial bisa terjadi, ke Ukraina. Kemungkinan invasi yang dikhawatirkan Barat bisa terjadi setelah Olimpiade berakhir.
Benarkah demikian? Moskwa mungkin saja semakin mantap mengambil keputusan setelah meraih dukungan Beijing pasca-kebuntuan di Ukraina akibat tekanan Barat. Analis dan pejabat Barat mengatakan, kemungkinan invasi semakin kuat setelah Rusia mendapat dukungan China.
Para pejabat Barat menduga latihan militer Rusia di Belarus dan di Laut Hitam sebagai persiapan akhir untuk serangan militer kedua ke Ukraina. Sebelumnya Rusia menginvasi Ukraina timur dengan menganeksasi Crimea awal 2014 meski Rusia menyebut langkah itu bukan aneksasi. Banyak analis AS dan Eropa yakin bahwa invasi ke Ukraina sekarang merupakan tujuan yang paling mungkin dari pergerakan puluhan ribu personel militer Rusia di dekat Ukraina.
Beberapa analis lain mengatakan, besar kemungkinan Rusia tidak akan memilih invasi, tetapi lebih memilih blokade jalur ekonomi dan perdagangan Ukraina. Tampaknya itulah yang lebih realistis karena invasi dapat membawa konsekuensi ekonomi dan militer yang bisa terasa langsung dan dramatis bagi Rusia, Ukraina, dan Eropa umumnya, serta dampak politik bagi Putin.
Baca Juga: Alasan Ukraina Hindari Rusia dan Pilih Bersandar ke Barat
Ukraina sangat khawatir ketika Rusia mengerahkan angkatan laut untuk menggelar latihan di Laut Hitam dan Laut Azov. Dua laut berdekatan yang dipisahkan oleh Semenanjung Crimea merupakan urat nadi bagi perdagangan Ukraina sehingga Kiev sangat risau dan mengecam keras latihan Angkatan Laut Rusia di kawasan itu.
Mokswa telah menyatakan bahwa wilayah perairan yang luas di sekitar Semenanjung Crimea dan Pelabuhan Odessa di Laut Hitam tidak aman untuk navigasi selama Rusia menggelar latihan. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengecam langkah Rusia tersebut dan dia menggambarkannya sebagai taktik ”perang hibrida”.
”Cakupan manuver yang tidak pernah terjadi sebelumnya itu membuat navigasi di kedua laut hampir mustahil. Intinya, ini komplikasi pelayaran internasional yang signifikan dan tidak dapat dibenarkan, terutama perdagangan, yang dapat menyebabkan konsekuensi ekonomi dan sosial yang kompleks, terutama untuk pelabuhan Ukraina,” kata Kuleba, Kamis (10/2/2022).
Blokade telah menegaskan kerentanan garis pantai selatan Ukraina dan pelabuhannya, serta ketidakmampuan Ukraina dan NATO untuk menghalangi Moskwa di Laut Hitam.
”Sayangnya Ukraina belum memiliki angkatan laut yang tepat, dan NATO tidak memiliki strategi yang tepat tentang bagaimana menghadapi Rusia. Itu sebabnya Rusia mendikte strategi di Laut Hitam,” kata Mykhailo Samus, Direktur New Geopolitics Research Network, seperti dikutip media Foreign Policy, 10 Februari 2022.
Ukraina sering dihalangi Rusia untuk melaksanakan kebebasan navigasi di Laut Azov, perairan antara Semenanjung Crimea dan daratan Ukraina serta Rusia. Pada tahun 2018, kapal-kapal Rusia yang didukung oleh pesawat tempur dan helikopter menembaki tiga kapal Ukraina yang sedang berlayar ke Pelabuhan Mariupol, Ukraina timur. Rusia menahan 24 pelaut Ukraina selama beberapa bulan.
Lihat Video: Warga Sipil Ukraina Latihan Militer Bersama Hadapi Rusia
Jumlah dan jenis kapal Rusia yang dikirim ke Laut Hitam untuk latihan ini jauh lebih besar, yang belum pernah terlihat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut situs berita Naval News, enam kapal Rusia itu memiliki kemampuan kolektif untuk membawa lusinan tank dan 2.000 tentara.
Laman resmi militer Rusia menyebutkan, latihan di Laut Hitam memperlihatkan secara keseluruhan lebih dari 140 kapal perang dan kapal pendukung, lebih dari 60 pesawat, serta 1.000 unit peralatan militer. Sekitar 10.000 personel militer terlibat dalam latihan itu.
Untuk pertama kalinya dalam delapan tahun, Rusia tidak meninggalkan koridor itu agar kapal komersial dimungkinkan melewati laut tersebut dengan aman. Di koridor yang sama Rusia juga dapat menggelar latihan militernya. ”Kami tidak ingin ada kepanikan, tetapi ini sangat mirip dengan persiapan untuk 'blokade angkatan laut' pelabuhan Ukraina," sebut Andrii Klymenko, Pemimpin Redaksi Black Sea News, di akun Facebook, Rabu lalu.
Andrii Zagorodniuk, mantan Menteri Pertahanan Ukraina, mengatakan, dirinya menganggap krisis maritim sebagai salah satu skenario yang mungkin dilakukan Rusia sebagai bagian dari upaya untuk mengacaukan Ukraina. ”Mereka bisa saja mencekik Ukraina dari laut,” kata Zagorodniuk.
Sekitar 70 persen impor dan ekspor Ukraina melewati pelabuhan dan sebagian besar terkonsentrasi di pelabuhan di sekitar Odessa, seperti dilaporkan Bloomberg, 27 Januari 2022. Blokade apa pun akan memiliki dampak sangat serius bagi ekonomi negara itu.
”Pada gilirannya pula, langkah itu dapat mengacaukan Ukraina secara politik dan berpotensi menciptakan peluang bagi Rusia untuk meningkatkan pengaruhnya,” kata Zagorodniuk.
Baca Juga: Mencermati Intensi Kremlin di Ukraina
Menurut dia, blokade juga akan menjadi strategi yang memiliki risiko jauh lebih kecil bagi Moskwa daripada melakukan invasi besar-besaran ke Ukraina. ”Mereka (Moskwa) tidak perlu membunuh banyak orang untuk itu. Jadi, mereka takkan dikecam sebagai penjahat perang. Mereka bahkan tidak perlu mengumumkannya, mereka bisa melakukannya,” katanya.
Kemampuan Angkatan Laut Ukraina telah dipatahkan Rusia setelah perebutan Semenanjung Crimea pada 2014. Padahal wilayah itu sebelumnya merupakan pangkalan utama bagi angkatan laut Ukraina. Upaya pembangunan kembali pangkalan berjalan lambat, terhambat oleh keragu-raguan tentang pendekatan mana yang harus diambil.
Pada tahun 2018, negara ini mengadopsi strategi ”armada nyamuk”. Artinya, Ukraina mengembangkan armada kapal patroli kecil yang gesit dan kapal serang kecil untuk bermanuver dengan cepat di sekitar kapal perang yang lebih besar.
Amerika, menurut Samus, telah mengirimkan kapal patroli penjaga pantai bekas untuk membantu meningkatkan armada Ukraina. Pada November 2021, Kiev juga telah meneken kesepakatan dengan London untuk membantu pembelian kapal perang Inggris. ”Angkatan Laut Ukraina adalah sayap angkatan bersenjata yang paling bermasalah,” katanya.
Jika Rusia memilih untuk meningkatkan blokade ekonomi dan perdagangan atas Ukraina, hal itu akan memukul telak Ukraina tanpa harus bertempur atau menodongkan senjata. Upaya Barat untuk mengusir Rusia dari Ukraina bisa saja gagal. (AFP/REUTERS/AP)