Investasi kripto menggiurkan sekaligus berisiko. Tidak hanya naik-turun nilainya, tetapi juga risiko peretasannya. Penegak hukum di Amerika Serikat baru saja membekuk pasangan maling kripto.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
NEW YORK, RABU — Warga New York, Ilya Liechtenstein (34) dan istrinya, Heather Morgan (31), mulai menghadapi persidangan federal Amerika Serikat pada Rabu (9/2/2022) waktu setempat atau Kamis (10/2) waktu Indonesia. Mereka mencuri dana kripto sebesar 3,6 miliar dollar AS pada tahun 2016 dari firma Bitnifex. Atas kejahatan pencurian dan pencucian uang tersebut, pasangan ini masing-masing terancam hukuman penjara 20 tahun.
”Kami ingin menegaskan bahwa maling dan penjahat lainnya tidak bisa bersembunyi di dunia maya, termasuk dunia mata uang serta aset kripto,” kata Wakil Jaksa Agung AS Lisa Monaco. Pengadilan dilakukan di kota New York. Belum ada kabar mengenai kuasa hukum yang mewakili pasangan Liechtenstein-Morgan.
Kejahatan mereka terjadi pada Agustus 2016. Saat itu, firma jual-beli mata uang serta aset kripto Bitnifex mengalami peretasan. Hingga kini, aparat penegak hukum AS masih mencari individu atau kelompok yang melakukan peretasan. Kejadian ini selain melumpuhkan Bitnifex untuk sementara waktu dan juga mengakibatkan nilai mata uang kripto turun 20 persen pada tahun 2016
Liechtenstein dan Morgan memanfaatkan kesempatan ini. Melalui celah yang ditinggalkan oleh peretas, pasangan suami istri ini mencuri 119.754 bitcoin dengan memakai 2.000 transaksi ilegal. Dana ini ketika dinominalkan pada 2016 mencapai 71 juta dollar AS. Apabila disesuaikan dengan kurs Februari 2022 berjumlah 4,5 miliar dollar AS.
Biro Penyelidikan Federal AS (FBI) kemudian meluncurkan penelusuran jejak pemakaian mata uang kripto itu. Mereka mengendus jejak di situs pornografi, jual-beli emas, penjualan non-fungible token (NFT), bahkan juga untuk membeli kupon supermarket. FBI berhasil melacak Liechtenstein dan Morgan lalu meringkus mereka pada awal Februari.
”Banyak orang salah sangka dan menganggap rantai blok (blockchain) merupakan tempat bebas hukum yang tak terlacak. Padahal, rantai blok ini meninggalkan jejak yang mudah ditelusuri dengan teknologi terkini. Aparat penegak hukum global sudah memiliki kapasitas itu,” kata Tom Robinson, salah satu pendiri firma analisis mata uang kripto Elliptic, kepada CNN.
Aset digital, termasuk mata uang kripto, menarik minat masyarakat dunia. Semakin banyak orang dari berbagai usia berinvestasi di sektor ini. Pada saat yang sama, pencurian mata uang digital ini marak terjadi melalui peretasan ataupun ransomware. Pada 2021, Pemerintah AS berhasil mengembalikan dana 2,3 juta dollar AS dari 4,4 juta dollar yang dicuri oleh geng ransomware asal Rusia dari firma Colonial Pipeline.
Lembaga asuransi digital Uno Re mengeluarkan laporan bahwa pada Desember 2021 saja ada 600 juta dollar AS aset maupun mata uang kripto yang dicuri. Dana ini diretas dari berbagai laman jual beli aset seperti Bent Finance, Grim Finance, Vulcan Forged, dan Bitmart.
Media ekonomi Singapura, Money Smart, menerbitkan artikel mengenai pengamanan aset kripto. Mereka menjelaskan bahwa sejatinya pencurian aset kripto yang paling marak ialah melalui phishing, yaitu pencurian data pribadi. Metodenya masih sama dengan 20 tahun lalu, yaitu mengirim tautan di dalam surat elektronik (surel).
”Oleh sebab itu, jangan sembarangan mengklik tautan yang diperoleh dari surel. Selalu cek dan pastikan bahwa alamat surel si pengirim memang dari lembaga resmi jual beli aset kripto,” sebut artikel tersebut.
Cara kedua ialah menyimpan aset kripto di beberapa dompet digital. Hal ini memiliki dua pilihan. Pertama, menyimpan di dompet panas, yaitu pihak ketiga yang beroperasi secara daring. Dompet panas ini terhubung dengan surel dan nomor telepon si pemilik aset. Kelemahannya, apabila tidak sering dikelola dan diganti kata sandinya, masih ada kemungkinan diretas.
Alternatif kedua, menyimpan di dompet dingin. Ini adalah pihak ketiga yang mengelola unit penyimpanan aset kripto secara luring. Kelemahannya, walaupun cara ini lebih aman karena tidak bisa diretas, sangat merepotkan. Tidak semua kota sudah memiliki bank kripto dan biayanya juga lebih mahal. (Reuters)